tag:blogger.com,1999:blog-88462182091958002262024-03-16T14:08:32.541+07:00cerita dewasa indocerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.comBlogger32125tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-52864250211327333342009-02-16T20:45:00.001+07:002009-02-16T20:45:43.118+07:00Istriku Selingkuh dengan Keponakan<div class="fullpost"> Istriku Selingkuh dengan Keponakan<br /><br />Kejadian yang terjadi di rumah tanggaku ini tidak akan terulang lagi, karena istriku sendiri sudah menyadari atas kekilafan yang pernah dia lakukan dan dia pun telah minta maaf dan bersumpah untuk tidak mengulanginya lagi. Sebaliknya aku pun demikian, menyadari bahwa semua itu bukan semata-mata kesalahan istriku saja melainkan aku pun merasa ikut bersalah dan memaklumi kalau ini semua tidak direncanakan sebelumnya dan kami anggap sebagai ujian hidup.<br /><br />Maksud dan tujuan semua ini aku ceritakan agar dapat dijadikan pegangan dan referensi buat semua orang yang membacanya, supaya kejadian yang kualami tidak terjadi pada orang lain, disamping hal tersebut agar semakin lepas dari sisa beban batin yang mungkin masih ada di diriku.<br />Kejadiannya memang tidak diduga dan tidak direncanakan. Awalnya hanya sedikit salah paham antara aku dan istriku. Dari kesalah-pahaman itu, aku sedikit merasa sakit hati dan saat itu aku mencoba untuk tidak mau bertegur sapa dengan istriku. Hal itu aku lakukan, karena awalnya aku ingin menggoda sampai dimana ketahanan nafsu seks istriku bila tidak kusentuh selama seminggu. Karena perlu diketahui pembaca, bahwa istriku dan aku umumnya tiga hari sekali rutin melakukan senggama dan itu semua umumnya berakhir dengan cucuran kenikmatan. Memang selama ini kami berdua selalu bervariasi dalam melakukan hubungan seks, dan kami merasa tidak mengalami masalah dalam hal yang satu ini.<br /><br />Sebelum kulanjutkan cerita ini, kuceritakan dulu perihal keluargaku. Di rumahku tinggal aku (36 tahun, asal pulau Pariwisata), istriku Ayu (nama panggilan istriku sesuai dengan orangnya) yang cantik molek, kulit kuning langsat karena turunan dari kota kembang, rambut lurus hitam lebat dan ini sama dengan bulu kemaluannya yang hitam dan lebat, umurnya baru 34 tahun dan hidung mancung, lalu ada dua orang laki-laki lagi yang tinggal di rumahku, yaitu Dani, anakku yang baru berumur tiga tahun dan Wisne (25 tahun) keponakanku yang awalnya numpang tinggal karena keperluan mencari kerja dan saat ini tidak lagi tinggal di rumahku karena telah aku suruh pulang karena menyangkut perselingkuhan dengan istriku.<br /><br />Jadi setelah selama tiga hari aku mencoba menggoda benteng ketahanan istriku dengan cara tidak bertegur sapa dan tidak memberikan kebutuhan biologisnya, ada sisi lain yang aku bisa nikmati, yaitu aku melihat perubahan tingkah dari istriku, tingkah laku yang serba salah, tidur tidak tenang dan banyak lagi hal-hal yang sebelumnya tidak pernah aku lihat. Hal ini entah karena aku yang memberikan ekstra perhatian secara sembunyi-sembunyi atau memang karena akibat dari situasi perseteruan antara aku dan istriku.<br /><br />Suatu malam, kulihat jam menunjuk di angka sembilan malam, saat itu hari keenam aku membisu, aku sengaja pura-pura tidur duluan dan aku yakin istriku tidak lama pasti menyusul masuk kamar seperti biasanya. Pada jam-jam segitu, umumnya kami masih nonton TV bersama di ruang keluarga termasuk juga Wisne keponakanku. Sebenarnya aku sendiri belum ngantuk tapi aku hanya ingin tahu tingkah laku istriku saja. Beberapa menit aku pura-pura sudah tidur dengan sedikit mengeluarkan suara dengkur dan terlihat bayang-bayang (karena pakai lampu tidur) saat itu istriku susah tidur. Dan aku nyaris tidak percaya dengan apa yang aku lihat bahwa istriku memainkan tangannya di selangkangannya sendiri. Awalnya hanya tangannya yang terlihat bergerak, digesek-gesek naik turun dengan irama yang teratur tapi setelah beberapa saat kemudian, kulihat istriku melepaskan CD-nya dan gerakan tangannya semakin tidak beraturan dibarengi nafas yang semakin ngos-ngosan. Darahku berdesir dan hampir aku tidak bisa menahan nafsuku sendiri ketika melihat istriku terengah-engah karena nikmat yang dibuatnya sendiri. Tapi aku tetap pada pendirianku semula, aku seolah-seolah masih sakit hati dan tidak mau bertegur sapa, jadi saat itu aku hanya menikmati tingkah sensual istriku.<br /><br />Dua hari berikutnya, aku lakukan hal yang sama, yaitu sekitar jam sembilan aku masuk kamar. Beberapa menit aku tunggu, istriku tidak masuk kamar seperti biasanya dan aku sengaja menunggu reaksi selanjutnya karena aku sendiri belum merasa mengantuk. Sekitar setengah jam, istriku belum masuk juga, tapi aku sayup-sayup mendengar istriku bicara dengan seseorang. Dan beberapa saat kemudian, istriku masuk kamar tapi cuma sebentar dan kemudian keluar lagi dengan menutup pintu secara perlahan tidak seperti biasanya, mungkin dikiranya aku sudah tertidur pulas pada saat istriku masuk kamar. Aku semakin ingin tahu, apa yang akan dilakukan istriku selanjutnya dan bebarapa menit kemudian, aku mendengar pintu kamar sebelah, yaitu kamar Wisne keponakanku ditutup, tapi suara TV masih menyala. Aku pikir keponakanku pergi tidur dan istriku masih nonton TV sendiri. Sekitar lima belas menit, aku ingin melihat apa yang dilakukan istriku dengan cara naik di atas kursi melihat melalui jendela ventilasi, tapi di sekeliling ruangan keluarga tidak terlihat seorang pun, hanya TV yang menyala, lalu aku bertanya dalam hati kemana perginya istriku, mungkinkah ke kamar mandi, tapi sayup-sayup kudengar ada suara-suara yang sedikit mencurigakan.<br /><br />Dalam hati aku berpikir, mungkinkah istriku masturbasi di kamar mandi. Karena semakin penasaran, maka secara perlahan, aku keluar kamar dan bergerak ala detektif mencari asal suara yang mencurigakan itu. Hampir aku tidak percaya, datangnya suara dari kamar keponakanku. Karena diluar dugaanku, aku harus bertindak cepat untuk mengetahui apa yang dilakukan istriku di kamar keponakanku sendiri, hatiku berdebar-debar dan aku sadar tidak boleh ceroboh dalam bertindak, maka secara perlahan kuambil kursi untuk melihat sedang apa mereka di kamar keponakanku. Astaga apa yang kulihat, istriku sedang berciuman mesra dengan Wisne, hampir aku langsung mendobrak pintu kamar keponakanku, tapi aku gemetar bercampur rasa penasaran dan ada perasaan unik tersendiri begitu melihat istriku bergumul dan bermesraan dengan orang lain, sehingga kuputuskan untuk mengintip perselingkuhan yang dilakukan istriku. Sebenarnya ada rasa ingin marah dan cemburu, tapi di sisi lain, ada perasaan lain yang membuat aku berdebar-debar ingin menyaksikan.<br /><br />Kulihat mereka masih ciuman sambil bersandar di dinding, tangan kanan istriku telah merogoh batang kejantanan Wisne yang masih pakai celana pendek dan tangan tangan Wisne meremas-remas buah dada istriku yang masih pakai daster. Jantungku semakin berdebar dan tidak terasa aku ikut terangsang karena selama ini aku pun menahan nafsuku. Terlihat keduanya sangat bernafsu, terutama istriku. Sambil tangan kanan tetap meremas dan mengocok batang kemaluan Wisne, tangan kirinya melepaskan kancing dasternya dan dalam beberapa saat, dasternya merosot ke lantai, sedang tangan Wisne terlihat berusaha membuka kaitan BH istriku, lalu mulut Wisne beralih ke puting susu istriku. Terlihat istriku menggeliat keenakan. Dan tangan istriku tidak ketinggalan, membuka kancing celana Wisne dan langsung melorotkan CD Wisne. Terlihat batang kemaluan Wisne telah tegak dengan gagahnya, besar dan panjangnya hampir sama dengan punyaku, hanya punya Wisne agak sedikit bengkok ke atas dan agak lebih kuning dari punyaku, mungkin karena dia masih perjaka dan belum pernah diasah.<br /><br />Dan setelah kedua-duanya telanjang bulat, mereka bergeser ke arah ranjang dan sambil masih berciuman, istriku direbahkan dengan kaki masih di lantai.<br />Terdengar suara permohonan istriku pada Wisne, "Wisne cepat masukkan barangmu.. cepaat..!"<br />Mereka terlihat terburu-buru. Karena terlalu lebatnya bulu kemaluan istriku, batang kejantanan Wisne tidak bisa langsung masuk, dan tangan Wisne terlihat menyibakkan bulu-bulu kemaluan istriku. Batang kejantanannya digesek-gesekkan ingin masuk, tetapi terlihat agak susah. Perlu diketahui, istriku saat melahirkan Dani dengan cara operasi caesar, jadi hingga saat ini, lubang senggama istriku masih normal dan sempit.<br />Karena agak mengalami hambatan memasukkan batang kejantanannya, lalu istriku sedikit membuka selangkangannya dan, "Bless.." masuklah kepala batang kejantanan Wisne.<br />Wajah Wisne terlihat nyengir kegelian yang nikmat dan dengan daya tekan ke depan batang keperkasaan Wisne amblass ke liang senggama istriku.<br /><br />"Ohh.. ohh.." keluh kenikmatan istriku.<br />Dengan posisi badan istriku rebah di ranjang dan kaki sedikit diangkat dan kedua tangan istriku dirangkulkan di leher Wisne, sedang Wisne sendiri dengan posisi berdiri dan tangannya bertopang pada ranjang, terlihat mereka menikmati kocokkan-kocokkan yang dibuatnya. Hanya beberapa saat, kocokkan batang kemaluan Wisne semakin cepat dan terlihat mata Wisne meram melek dan istriku memprotesnya.<br />"Jangan dulu Wis.. jangan dulu.. Aku belum apa-apa Wis.." pinta istriku.<br />Dan terdengar suara rintihan nikmat Wisne, "Ehh.. eeh.. creet.. cruutt.."<br />Mungkin karena belum berpengalaman, dia tidak bisa mengendaliakan senjatanya dan dalam hati, aku bersyukur bahwa istriku tidak mendapatkan kenikmatan dari Wisne dengan harapan nantinya minta dilanjutkan denganku, suaminya.<br /><br />Kulihat istriku memukul-mukul pundak Wisne.<br />"Kamu ini gimana sih..? Baru beberapa menit sudah keluar.. Aku belum apa-apa.." kata istriku.<br />Wisne sambil ngos-ngosan menjawab, "Maaf Tante, Wisne belum pengalaman.. "<br />Wisne merebahkan diri telentang di ranjang, batang kejantanannya semakin mengendor, lunglai basah kuyup akibat campuran cairan spermanya dan lendir dari liang senggama istriku. Terlihat istriku mengambil kain untuk membersihkan kemaluannya dari semprotan dan tetesan sperma Wisne dan dilanjutkan membersihkan batang kemaluan Wisne. Kupikir berakhirlah adegan ranjang mereka.<br /><br />Ternyata dengan kelihaian istriku serta nafsu yang masih belum terlampiaskan, batang kejantanan Wisne diusap-usap, dielus dan dikocok-kocok lembut oleh tangan lentik istriku. Akhirnya terlihat mulai mengembang lagi batang keperkasaan Wisne. Biasanya aku kalau habis main dengan istriku, batang kejantananku tidak bisa bangun lagi, mungkin karena tempo permainan yang amat lama dan biasanya istriku langsung terkulai lemas sama seperti aku yang selanjutnya tertidur lelap.<br /><br />Kini batang keperkasaan Wisne tegak menantang kembali dan istriku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan posisi Wisne tetap telentang, istriku mengatur posisi jongkok, persis di atas batang keperjakaan Wisne. Otomatis, dalam hal ini, istriku yang berperan. Tangan kanannya memegang batang keperkasaan Wisne dan menuntun masuk ke lubang kemaluannya. Selanjutnya, istriku bergerak naik turun. Terlihat pantatnya yang kuning mulus berayun seirama dengan gerakannya.<br />Dalam beberapa menit, terdengar rengekkan nikmat istriku, "Ooohh.. oohh.. oohh.. oohh.."<br />Istriku melenguh nikmat dan kocokannya semakin kencang dan, "Ooohh.. oohh.. oohh.." semakin panjang lengkuhannya.<br />"Ooohh.. Wisne.., Aku mau keluar Wis.. Ooohh.."<br />Batang keperkasaan Wisne menancap semua, amblas dan yang terlihat hanya butir-butir kemaluan Wisne. Istriku terkulai lemas di atas dada Wisne. Hal itu dibiarkan saja oleh Wisne, malah kedua tangan Wisne meremas-remas pantat istriku.<br /><br />Beberapa menit kemudian, Wisne berusaha membalikkan posisi. Istriku ditelentangkan dan Wisne bergantian jongkok tepat di atas liang senggama istriku. Lubang kemaluan istriku terlihat mengkilap karena lendir yang dikeluarkannya. Dengan perlahan, Wisne mulai memompa naik turun dan pinggul istriku ikut menggoyang ke arah kiri dan kanan.<br />"Ooohh.. oohh.." terpaksa batang kemaluanku kukocok sendiri karena tidak tahan melihat adegan panas istriku.<br />Kocokan Wisne kali ini lama sekali, tidak berhenti-berhenti dan terdengar istriku minta dipercepat gerakan mengocoknya batang keperkasaan Wisne.<br />"Teruuss.. teruuss.. cepat kocok terus Wis.., cepat lagi Wis..!" sampai terdengar suara kocokan batang kejantanan Wisne di liang senggama istriku, "Pleekk.. pleekk.. pleekk.."<br />Wisne mulai melenguh lagi, "Ohh.. eehh.. oohh.. eehh.."<br />Istriku tidak ketinggalan, juga ikut mendesah, "eehh.. eehh.. eehh.. eehh.. teruuss..! terruuss..! Aku mau keluar lagi Wiiss..! Ooohh.."<br /><br />Wisne menekan batang kemaluannya kuat-kuat di lubang kemaluan istriku karena kedua tangan istriku merangkul pantat Wisne untuk ditekankan ke arahnya. Aku pikir, Wisne juga sudah keluar maka batang kemaluanku kukocok terus hingga spermaku muncrat juga.<br />"Ooohh.. creett.. crett.."<br />Beberapa menit kemudian, terdengar istriku bicara pada Wisne, "Cabut dulu kontolmu Wis..!"<br />Wisne mencabut batang kemaluannya dari jepitan liang senggama istriku. Istriku berbalik tengkurap, mau apa lagi mereka. Ternyata kejantanan Wisne masih terangsang berat.<br />"Masukkan lagi kontolmu Wis.. cepaatt..!" pinta istriku lagi.<br />Agak sedikit berjongkok, dimasukkan lagi ke liang senggama istriku.<br />"Ooohh.." terdengar istriku menikmatinya, "Wis.. terasa mengenai dinding rahimku, Wis..!"<br /><br />Wisne mulai bergerak maju mundur mengaduk-aduk kemaluan istriku lagi<br />"Ooohh.. nikmatnya memek Tante.., oohh enak sekali kalau begini Tante.. semakin enak Tante.."<br />Istriku menikmatinya, "Teruuss.. kocok teruuss Wis..! Aku merasakan kontolmu semakin enak saja Wis..! Teruuss.. Wis.. teruss..!"<br />Semakin Wisne mendapat angin segar, maka dikuatkan kocokkannya dan, "Plookk.. plookk.. plookk.. cleepp.. cleepp.. plookk.. oohh.. oohh.. nikmat Tante. Memek Tante semakin hangeett Tante, oohh.., plokk.. plookk.. cleepp.. plookk.. cleepp.. oohh, Wisne mau keluar Tante.. oohh.. oohh.. Creett.. creett.. cruutt.."<br /><br /><br />TAMAT\\\\\\\\\\\\\\\\\<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-6911516950810190822009-02-16T20:44:00.001+07:002009-02-16T20:44:55.616+07:00Istri Pamanku Yang Menggairahkan<div class="fullpost"><br />Ma, minta susu..! teriak seorang bocah kepada mamanya.<br />"Iya bentar!" teriak mamanya dari dalam kamar.<br />Bocah kecil tersebut adalah anak dari mama yang disebut tadi. Kita sebut saja namanya Ras. Ras merupakan istri dari abang mama saya, mengertikan? Jadi saya seharusnya memanggilnya bibi, tapi karena suatu alasan, dia kami panggil Mbak dan dia tidak keberatan kok dipanggil begitu. Suaminya saat itu bekerja di luar negeri dan dia ditinggal di rumah mertuanya yaitu nenek saya. Suaminya telah lama pergi dan hanya pulang sekali dalam setahun.<br /><br />Pada saat itu umur saya baru akan menginjak 17 tahun, dan sekolah di salah satu perguruan swasta di kota saya dan pada saat itu sekolah kami sedang libur, jadi otomatis di rumah sepi karena semua penghuni rumah sudah keluar entah ke mana. Di rumah kami tinggal bersama nenek, dan 5 orang sepupu saya yang tentu saja lebih kecil dari saya semuanya.<br />Jam baru menunjukkan pukul 9.00 pagi. Nenek saya sedang pergi ke pasar dan biasanya bila beliau ke pasar tidak pernah sebentar. Kelima sepupu saya sudah keluar dari tadi pagi jadi yang tinggal di rumah cuma saya dan Mbak Ras serta anaknya yang baru berumur 5 tahun. Saya dan Mbak Ras bisa dibilang sangat dekat, karena kami sering berbicara dan bercanda bersama. Jadi di antara kami berdua sangat terbuka. Namun pada saat itu saya tidak berani berbuat macam-macam kepadanya, tapi kalau berpikir macam-macam sih pasti ada, he he he.<br />"Ma, buatkan susu dong!" celoteh bocah tadi menagih janjinya tadi.<br />"Iya, nih tiap hari minum susu aja. Susu mahal tau!" mamanya menyodorkan sebotol susu kepada anaknya dan diterima anaknya dengan gembira tanda bahwa dia tidak mau mengerti tentang kemahalan susu.<br /><br />Memang anaknya setiap bangun tidur dan sebelum tidur selalu meminta susu. Kebetulan lagi pada saat itu saya baru selesai sarapan pagi dan timbul keisengan saya untuk bercanda kepada Mbak Ras.<br />"Saya juga minta susu dong Mbak!" kata saya sambil menyodorkan gelas kepadanya.<br />"Eh.. loe itu udah gede, itu kan susu buat anak-anak", balas Mbak Ras.<br />"Lho, jadi kalau udah gede gak boleh minum susu?" tanya saya sambil pasang muka tak berdosa.<br />"Bukannya nggak boleh, tapi itukan susu buat anak-anak", tegasnya sekali lagi.<br />"Jadi yang buat orang dewasa mana?" tantang saya kepadanya.<br />"Ini!" sambil menunjuk kepada buah dadanya yang sepertinya cukup besar dan padat itu.<br />Terang saja saya terkejut, dan saya pun malu karena dia tidak biasanya bercanda sampai begitu.<br /><br />Sebenarnya saya tahu kalau dia itu sebenarnya sudah sangat haus dengan seks. Bayangkan saja selama hampir setahun tidak berhubungan dengan suaminya, siapa yang tahan. Dan argumen saya ini juga telah saya buktikan. Kebetulan kamar saya yang berada di lantai 2 tepat di atas kamar mandi, dan lantai 2 hanya berlantaikan papan jadi iseng-iseng saya melubangi papan itu biar bisa mengintip orang mandi. Saya sering mengintip Mbak Ras mandi dari lubang itu dan saya lihat bahwa Mbak Ras sangat sering merangsang dirinya sendiri di kamar mandi, misalnya dengan memijat-mijat dadanya sendiri dan mengelus-elus kemaluannya sendiri. Jadi dari itu saya mengambil kesimpulan kalau dia sering terangsang.<br /><br />"Kok bengong? mau minum susu nggak?" ucapnya membuyarkan lamunanku.<br />"Apa masih ada? anak Mbak kan udah lima tahun?" jawab saya menetralisir kekagetan saya.<br />"Gak tau dech.. kamu coba aja, hehehe.. udah dech.." katanya sambil melewati saya menuju kamar mandi kemudian berbisik sekilas kepada saya.<br />"Pintu kamar mandi nggak Mbak kunci."<br />Terang saja saya senang sekali, soalnya saya sering baca buku porno dan pernah berkhayal kalau saya melakukan hubungan badan dengan Mbak Ras dan sepertinya sekarang bisa terwujud. Saya membuka pintu kamar mandi perlahan dan saya lihat Mbak Ras sedang membelakangi saya menggantung pakaian yang akan dipakainya. Dengan perlahan juga saya tutup pintu kamar mandi dan menguncinya tanpa suara.<br /><br />Saya melihat Mbak Ras mulai membuka baju tidurnya tanpa membalikkan tubuhnya. Sepertinya dia tidak sadar kalau saya sudah berada di dalam. Setelah baju dilepas kemudian tangan saya menuju ke pengait BH-nya bermaksud membantu membuka BH-nya. Dia kaget karena tiba-tiba ada orang di belakangnya namun setelah mengetahui bahwa yang di belakangnya adalah saya dia tersenyum dan membiarkan saya melanjutkan kegiatan saya. Setelah BH-nya terbuka saya kemudian melemparkannya ke tong tempat baju kotor.<br /><br />"Mbak, susunya boleh saya minum sekarang", tagih saya kepadanya.<br />Dia hanya mengangguk dan kemudian membalikkan badannya. Terlihatlah olehku dua buah tonjolan di dalamnya yang selama ini belum pernah saya lihat secara langsung. Sebelumnya saya hanya mengintip. Kemudian dia menyodorkan dadanya kepada saya dan dengan cepat saya sambar dengan mulut saya. Dia hanya mendesis tidak jelas. Lama saya menghisap dan menjilat kedua dadanya membuat dia terus menggelinjang dan menjambak rambut saya. Dadanya kanan kiri secara bergantian menjadi korban keganasan lidah saya.<br /><br />Mbak Ras kemudian secara lembut membuka kaos saya dan tanpa saya sadari kaos saya sudah terlepas. Mungkin karena keasyikan meminum susu alam. Sementara tangan saya yang kiri mulai meraba-raba perutnya sedangkan yang kanan mengusap-usap dadanya yang sebelah kanan. Sementara mulut saya dengan menjulurkan lidah keluar mempermainkan puting susu yang sebelah kiri yang membuat Mbak Ras semakin ngos-ngosan. Tangan saya sebelah kiri mulai nakal dengan menyusupkan jari-jarinya ke celana tidurnya yang belum dibuka. Tangan Mbak pun tidak mau kalah, dia pun mulai mencari-cari sesuatu di selangkangan saya dan setelah menemukannya dia pijat dengan lembut. Kemaluan saya yang merasakan ada rangsangan dari luar celana semakin meronta minta keluar. Mbak Ras yang sudah berpengalaman itu kemudian membuka reitsleting celana saya dan kemudian melorotkannya ke bawah dengan menggunakan kakinya karena dia tidak bisa membungkuk sebab dadanya sekarang masih berada dalam kekuasaan saya.<br /><br />Setelah CD saya dibuka, tangannya yang sekarang lebih nakal mulai mengocok perlahan batang kejantanan saya dan itu jelas saja membuat saya terbang tinggi, sebab baru kali ini batang kejantanan saya yang satu ini dipegang oleh tangan seorang wanita yang lembut. Mbak Ras makin menjadi ketika jilatan saya turun ke perutnya dan bermain di sekitar pusarnya dan kemudian dengan sekali tarik celana tidur yang dari tadi menghalangi pemandangan indah saya buka dan sekarang di depan saya berdiri seorang wanita hanya dengan celana dalam krem yang jika diperhatikan lebih seksama bisa dilihat transparan, tapi siapa yang sempat melihat ketransparanannya itu kalau sudah terangsang.<br /><br />Jilatan saya turun agak ke bawah menuju ke kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang rapi namun karena sudah basah terlihat acak-acakan. Saya menjilati liang kemaluannya dari luar CD-nya. Itu sengaja saya lakukan agar bisa lebih merangsangnya. Dan ternyata benar dia tidak sabar dan segera menurunkan CD-nya sendiri. Saya hanya tersenyum memandang ketidaksabarannya itu, dan jilatan saya lanjutkan tetapi tetap belum menyentuh lubang kenikmatannya itu yang membuat dia blingsatan dengan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan yang bertujuan agar jilatan saya berlanjut ke liang kemaluannya. Saya lihat kemaluannya sudah banjir, karena tidak pernah merasakan cairan dari wanita maka jilatan saya pun merambah ke liang kemaluannya. Asin! tapi kok enak yah kata saya dalam hati.<br /><br />Mbak Ras pun kembali mendesis keenakan, "Ahh.. terus Tango", ujarnya. Lidah saya pun mulai bermain cepat. Tiba-tiba tubuh Mbak Ras mengejang dan diikuti dengan desahan panjang, "Ahh.. nikmat sekati Tango. Pemanasan kamu sungguh hebat." Kemudian dia pun duduk di lantai kamar mandi dengan perlahan. Setelah puas dengan kemaluannya, saya kembali ke atas dan mencoba untuk melumat bibirnya. Bibir yang dari tadi mendesis tidak karuan itu kemudian melumat bibirku yang baru saja sampai di depannya. Lama kami saling melumat sambil tangan kanan saya memainkan puting susunya dan tangan yang satunya lagi mencari lubang kewanitaannya dan menekan-nekan klitorisnya yang jelas saja membuat lumatan bibirnya semakin menjadi.<br /><br />Tangannya pun tidak mau kalah, sambil berpagutan dia mencari kembali batang yang tadi sempat dilepasnya karena kenikmatan yang dia rasakan. Setelah ketemu, kemudian dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mengocok kemaluanku yang sudah sangat tegang dan membesar sambil sesekali mengusap bagian kepalanya yang sudah mengeluarkan cairan bening kental. Kemudian secara perlahan-lahan saya mendorong kepalanya ke belakang agar dia rebah ke lantai kamar mandi. Setelah dia rebah, Mbak Ras mendorong dada saya lembut yang membuat saya terduduk dan dia kemudian bangkit kembali. Saya terkejut, saya mengira dia telah sadar dengan siapa dia sedang bermain, namun dengan seketika keterkejutan saya hilang sebab dia kemudian dengan sikap merangkak memegangi kelamin saya dan kemudian dia malah memasukkan kelamin saya ke mulutnya.<br /><br />Ahh.. terasa nikmat sekali sebab Mbak Ras sangat pandai memainkan kemaluan saya di dalam mulutnya. Saya bisa merasakan lidahnya bermain dengan lincahnya. Saya juga merasakan kepala kemaluan saya dipermainkan dengan lidahnya yang lincah itu. Setelah bermain lama di bawah situ, mulutnya kemudian merambah ke atas menciumi perut, kemudian dada saya dan kemudian kembali ke mulut saya, namun karena saya tahu dia baru saja melepaskan mulutnya dari kemaluan saya, saya berusaha menghindar dari lumatan bibirnya dan mencoba agar dia tidak tersinggung dengan mencium pipinya dan kemudian telinganya. Tangan saya yang menganggur kemudian saya suruh bekerja lagi dengan mengusap-usap selangkangannya dan terdengar dia berbisik kepada saya, "Masukkan ahh.. sekarang yahh, Mbak udahh kepingin.. banget.. nih.. ahh."<br /><br />Saya kemudian mengambil inisiatif dengan mendorong Mbak Ras agar kembali rebah dan dengan perlahan dia menuruti kemauan saya dengan rebahan di lantai kamar mandi. Saya kemudian mengambil segayung air dan menyiramkan ke tubuhnya dan kemudian satu gayung lagi untuk disiramkan ke tubuh saya sendiri.<br /><br />Setelah kami berdua basah, tangan kanan saya kemudian meremas-remas dadanya sedangkan tangan kiri saya memegang kejantanan saya menuju ke lubang sejuta kenikmatan. Mbak Ras pun sudah siap menerima terjangan saya dengan membuka kedua kakinya agar memudahkan saya memasukinya. Dengan perlahan tapi pasti saya mencoba untuk memasukkan kepunyaan saya yang dari tadi sudah tegak ke kemaluannya. Namun karena sudah lama dia tidak tersentuh laki-laki, membuat saya agak susah juga untuk menancapkannya. Beberapa kali saya arahkan batang saya, namun agak susah untuk berhasil, dan setelah beberapa tusukan, akhirnya kelamin saya masuk dengan sukses ke selangkangannya. Yah, cengkeraman liang kemaluannya sungguh nikmat, karena saat itu liang kemaluannya sangat sempit dan itu sudah membuat saya merem melek, dan dengan gerakan pelan saya mulai menaik-turunkan pinggul saya. Saya melihat Mbak Ras mengerang kenikmatan sampai bola matanya hilang, dan dia juga meggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan dengan maksud agar semua ruang di liang kemaluannya terjejali dengan kemaluanku yang sudah mulai memompa. Setiap pompaan membuat dia mendesah tidak karuan.<br /><br />Setelah beberapa menit, dia kemudian memelukku dengan erat dan membalikkan tubuhku dan tubuhnya. Kini dia sudah berada di atasku, dan gantian dia yang menaik-turunkan pinggulnya mengejar kenikmatan yang tiada tara. Sementara itu tanganku yang sudah bebas kembali memainkan susunya dan mengusap-usap punggungnya.<br /><br />"Ssaayyaa.. udah ahh.. mau.. keeluar nihh.." desahnya.<br />Mendengar desahannya yang begitu seksi saya semakin terangsang dan saya mulai merasakan ada sesuatu tenaga dalam yang ingin dikeluarkan dan semua sepertinya sudah terkumpul di kejantanan saya.<br />"Saya juga udah mau keluar Mbak..!" desis saya mempercepat gerakan pinggul saya dari bawah.<br />"Tahann.. sebenntaarr.." katanya.<br />"Biaarr.. Mbak kee.. luar dulu.. ouhh.."<br />Saya pun mengerti untuk tidak mengeluarkannya di dalam, sebab dengan alasan apapun saya tidak mau sperma yang saya keluarkan ini menjadi anak dari rahim bibi saya. Saya berusaha untuk menahan, sesaat kemudian terasa cengkeraman di kelamin saya terasa kuat dan terasa hangat, tubuh Mbak Ras kembali mengejang. Kalau saya tidak mencabut kemaluan saya dengan sedikit mendorong perut Mbak Ras, mungkin saya pun akan mengalami orgasme bersamaan dengan Mbak Ras. Untung saja saya sigap, sesaat kemudian Mbak Ras terkulai lemas di atas tubuh saya menikmati sisa-sisa kenikmatan. Paha saya terasa hangat karena pelumas yang keluar dari liang kemaluan Mbak Ras.<br /><br />Saya pun memeluknya, dan membalikkan tubuhnya karena saya belum terpuaskan saya pun kembali merangsang Mbak Ras dengan jilatan di sekitar selangkangannya. Setelah berkisar 3 - 4 menit Mbak Ras kembali terangsang dan menyuruh saya memasukkan lagi kepunyaan saya ke dalam kemaluannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, langsung saya tancapkan ke dalam kemaluannya. Kali ini lebih mudah karena kemaluan kami berdua memang telah licin. Setelah memompa beberapa menit, saya kembali merasakan gelombang kenikmatan dan dengan segera saya mencabutnya dan mengocok-ngocoknya dengan tangan sendiri. Namun tidak disangka, Mbak Ras kemudian menangkap kemaluan saya dan menggantikan tangan saya dengan tangannya dan kemudian memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Ahh.. terasa sungguh nikmat, apalagi permainan lidahnya membuat saya tidak bisa bertahan lama dan akhirnya semua saya keluarkan di dalam kuluman mulutnya.<br /><br />Tapi saya tidak melihat dia melepaskannya, dia seakan tidak mau melepaskan kemaluanku yang sedang muntah dan dia menghisap habis semua muntahannya tanpa sisa. Setelah saya merasakan pelumas dari dalam tubuh saya habis, batang kemaluan saya pun perlahan-lahan kembali mengecil. Melihat hal itu, Mbak Ras kemudian melepaskan batang kemaluan saya, dan tersenyum kepada saya. Kemudian dia berbisik, "Tango, terima kasih yah, Mbak udah lama nggak menikmatinya dari pamanmu, entar lain kali kalau ada kesempatan bisa kan kamu puasin Mbak lagi?" Dengan masih terduduk di lantai saya mengangguk sambil tersenyum nakal kepada Mbak Ras. Kemudian kami pun mandi sama-sama, saling membersihkan diri dan sesekali tangan saya bergerak nakal menyentuh payudaranya yang tadi pentilnya sempat mencuat.<br /><br />Setelah kejadian pertama itu, kami pun sering melakukannya di hari Minggu atau hari-hari libur dimana keadaan rumah sedang sepi. Kadang di kamar mandi, kadang di kamarnya. Namun setelah beberapa bulan kami melakukanya, dia mendengar bahwa suaminya yang di luar negeri sudah menikah lagi dan dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di Jakarta. Dan setelah kepergiannya atau lebih tepatnya kepulangannya ke Jakarta saya tidak pernah mendengar kabarnya lagi sampai sekarang.<br /><br /><br />TAMAT\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-2370830163483806982009-02-16T20:43:00.002+07:002009-02-16T20:44:14.416+07:00Indehoy dengan Anak SMU<div class="fullpost"><br />Aku tinggal di Cirebon tapi tempat kerjaku di dekat Indramayu yang berjarak sekitar 45 Km dan kutempuh dengan kendaraan kantor (nyupir sendiri) sekitar 1 jam. Bagi yang tahu daerah ini, pasti akan tahu jalan mana yang kutempuh. Setiap pagi kira-kira jam 06.30 aku sudah meninggalkan rumah melewati route jalan yang sama (cuma satu-satunya yang terdekat) untuk berangkat ke kantor. Pagi hari di daerah ini, seperti biasa terlihat pemandangan anak-anak sekolah entah itu anak SD, SMP ataupun SMU, berjajar di beberapa tempat di sepanjang jalan yang kulalui sambil menunggu angkutan umum yang akan mereka naiki untuk ke sekolah mereka masing-masing. Karena angkutan umum sangat terbatas, biasanya mereka melambai-lambaikan tangannya dan mencoba menyetop kendaraan yang lewat untuk mendapatkan tumpangan. Kadang-kadang ada juga kendaraan truk ataupun pick-up yang berhenti dan berbaik hati memberikan tumpangan, sedangkan kendaraan lainnya jarang mau berhenti, karena yang melambai-lambaikan tangannya berkelompok dan berjumlah puluhan.<br /><br />Suatu hari Senin di bulan Oktober 98, aku keluar dari rumah agak terlambat yaitu jam 06.45 pagi. Kuperhatikan anak-anak sekolah yang biasanya ramai di sepanjang jalan itu mulai agak sepi, mungkin mereka sudah mendapatkan kendaraan ke sekolahnya masing-masing. Saat perjalananku mencapai ujung desa Bedulan (tempat ini pasti dikenal oleh semua orang karena sering terjadi tawuran antar desa sampai saat ini), kulihat ada seorang anak sekolah perempuan yang melambai-lambaikan tangannya.<br />Setelah kulihat di belakangku tidak ada kendaraan lain, aku mengambil kesimpulan kalau anak sekolah itu berusaha mendapatkan tumpangan dariku dan karena dia seorang diri di sekitar situ maka segera kuhentikan kendaraanku serta kubuka kacanya sambil kutanyakan, “Mau ke mana dik?? Kulihat anak sekolah itu agak cemas dan segera menjawab pertanyaanku, “Pak boleh saya ikut sampai di SMA——?(edited by Yuri)? dari tadi kendaraan umum penuh terus dan saya takut terlambat?, dengan wajah yang penuh harap. “Yaa? OK lah.., naik cepat? kataku. “Terima kasih paak? katanya sambil membuka pintu mobilku.<br /><br />Jarak dari sini sampai di sekolahnya kira-kira 10 Km dan selama perjalanan kuselingi dengan pertanyaan-pertanyaan ringan, sehingga aku tahu kalau dia itu duduk di kelas 3 SMU di——dan bernama War (edited by Yuri). Tinggi badannya kira-kira 155 cm, warna kulitnya bisa dibilang agak hitam bersih dan tidak cantik tapi manis dan menarik untuk dilihat, entah apanya yang menarik, mungkin karena matanya agak sayu.<br /><br />Tidak terlalu lama, kendaraanku sudah sampai di daerah——-dan War segera memberikan aba-aba. “Ooom? sekolah saya ada di depan itu? katanya sambil jarinya menunjuk satu arah di kanan jalan. Kuhentikan kendaraanku di depan sekolahnya dan sambil menyalamiku War mengucapkan terima kasih. Sambil turun dari mobil, War masih sempat bertanya, “Oom? besok pagi saya boleh ikut lagi.., nggak Oom, lumayan Oom? bisa naik mobil bagus ke sekolah dan sekalian menghemat ongkos.., boleh yaa.. Oom?? Aku tidak segera menjawab pertanyaan itu, tapi kupandangi wajahnya, lalu kujawab, “Boleh boleh saja War ikut Oom, tapi jangan bergerombol ikutnya yaa?<br />“Enggak deh Oom, saya cuma sendiri saja kok selama ini?<br /><br />Setiap pagi sewaktu aku mencapai desa itu, War sudah ada di pinggir jalan dan melambaikan tangannya untuk menghentikan mobilku. Dalam setiap perjalanan dia makin lama makin banyak bercerita soal keluarganya, kehidupannya di desa, teman-teman sekolahnya dan dia juga sudah punya pacar di sekolahnya. Ketika kutanya apakah pacarnya tidak marah kalau setiap hari naik mobil orang, War bilang tidak apa-apa tapi tanpa ada penjelasan apapun, sepertinya dia enggan menceritakan lebih jauh soal pacarnya. War juga cerita bahwa selama ini dia tidak pernah kemana-mana, kecuali pernah dua kali di ajak pacarnya piknik ke daerah wisata di Kuningan.<br /><br />Seminggu kemudian di hari Jum’at, waktu War akan naik di mobilku kulihat wajahnya sedih dan matanya bengkak seperti habis menangis dan War duduk tanpa banyak bicara.<br />Karena penasaran, kusapa dia, “War, habis nangis yaa? kenapa..? coba War ceritakan.., siapa tahu Oom bisa membantu? War tetap membisu dan sedikit gelisah. Lama dia diam saja dan aku juga tidak mau mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan, tetapi kemudian dia berkata, “Oom, saya habis ribut dengan Bapak dan Ibu? lalu dia diam lagi.<br />“Kalau War percaya pada Oom, tolong coba ceritakan masalahnya apa, siapa tahu Oom bisa membantu? kataku tetapi War saja tetap membisu.<br />Ketika mobilku sudah mendekati sekolahnya, tiba-tiba War berkata, “Oom? boleh nggak War minta waktu sedikit buat bicara di sini, mumpung masih belum sampai di sekolah? Mendengar permintaannya itu, segera saja kuhentikan mobilku di pinggir jalan dan kira-kira jaraknya masih 2 Km dari sekolahnya.<br /><br />“Ada apa War?? Kataku. War tetap diam dan sepertinya ada keraguan untuk memulai berbicara.<br />“Ayoo? lah War (sebenarnya pengarang penuliskan tiga harus terakhir dari namanya, tapi terpaksa oleh Yuri diganti jadi 3 huruf terdepan), jangan takut atau ragu? ada apa sebenarnya? tanyaku lagi.<br />“Begini? Oom, kata War? lalu dia menceritakan bahwa tadi malam dia minta uang kepada orang tuanya untuk membayar uang sekolahnya yang sudah tiga bulan belum dibayar dan hari ini adalah hari terakhir dia harus membayar, karena kalau tidak dia tidak boleh mengikuti ulangan. Orang tuanya ternyata tidak mempunyai uang sama sekali, padahal uang sekolah yang harus dibayar itu sebesar 80 ribu rupiah. Alasan orang tuanya karena panen padi yang diharapkan telah punah karena hujan yang terus menerus. Dan katanya lagi orang tuanya menyuruh dia berhenti sekolah karena tidak mampu lagi untuk membayar uang sekolah dan mau dikimpoikan dengan tetangganya.<br /><br />Aku tetap diam untuk mendengarkan ceritanya sampai selesai dan karena War juga terus diam, lalu kutanya, “Teruskan ceritamu sampai selesai War? Dia tidak segera menjawab tapi yang kulihat airmatanya terlihat menggenang dan sambil mengusap air matanya dia berkata, “Oom, sebetulnya masih banyak yang ingin War ceritakan, tapi saya takut nanti Oom terlambat ke kantornya dan War juga harus ke sekolah, serta lanjutnya lagi? kalau Oom ada waktu dan tidak keberatan, saya ingin pergi dengan Oom supaya saya bisa menceritakan semua masalah pribadi saya? Setelah diam sejenak, lalu War berkata lagi, “Oom, kalau ada dan tidak keberatan, saya mau pinjam uang Oom 80 ribu untuk membayar uang sekolah dan saya janji akan mengembalikan setelah saya dapat dari orang tua saya?<br /><br />Mendengar cerita War walaupun belum seluruhnya, hatiku terasa tersayat dan segera kurogoh dompetku dan kuambilkan uang 200 ribu dan segera kuberikan padanya.<br />“Lho Oom, kok banyak benar? saya takut tidak dapat mengembalikannya? katanya sambil menarik tangannya sebelum uang dari tanganku dipegangnya.<br />“War.., ambillah? nggak apa-apa kok, sisanya boleh kamu belikan buku-buku atau apa saja? saya yakin War membutuhkannya? dan segera kupegang tangannya sambil meletakkan uang itu ditangannya dan sambil kukatakan, “War.., ini nggak usah kamu beritahukan kepada siapa-siapa, juga jangan kepada orang tuamu? dan War nggak perlu mengembalikannya?<br /><br />Belum selesai kata-kataku, tiba-tiba saja dari tempat duduknya dia maju dan mencium pipi kiriku sambil berkata, “Terima kasih banyak Oom.., Oom.. sudah banyak menolong saya? Aku jadi sangat terkesiap dan berdebar, bukan karena mendapat ciuman di pipiku, tapi karena tangan kiriku tersentuh buah dadanya yang terasa sangat empuk sehingga tidak terasa penisku menjadi tegang dan sementara War masih mencium pipiku, kugunakan tangan kananku untuk membelai rambutnya dan kucium hidungnya.<br />“Ayoo? War? sudah lama kita di sini, nanti kamu terlambat sekolahnya?<br />War tidak menjawab tapi kulihat dikedua matanya masih tergenang air matanya. Ketika sudah sampai di depan sekolahnya sambil membuka pintu mobil, War berkata, “Oom.., terima kasih yaa.. Ooom dan kapan Oom ada waktu untuk mendengar cerita War?<br />“Kalau besok gimana..?, kataku.<br />“Boleh.., oom? jawabnya cepat.<br />“Lho? besok kan masih hari Sabtu dan War kan harus sekolah? jawabku.<br />“Sekali-kali mbolos kan nggak apa apa Oom? hari Sabtu kan pelajarannya tidak begitu padat dan kurang penting? kata War.<br />“Oklah? kalau begitu? War, kita ketemu besok pagi ditempat biasa kamu menunggu?<br />Dalam perjalanan ke kantor setelah War turun, masalah War terasa mengganggu pikiranku sehingga tidak terasa aku sudah sampai di kantor. Sebelum pulang kantor, aku izin untuk tidak masuk besok Sabtu pada Bossku dengan alasan akan mengurus persoalan keluarga di Kuningan. Demikian juga waktu malamnya kukatakan pada istriku kalau aku harus ke Jakarta untuk urusan kantor dan kalau selesainya telat terpaksa harus menginap dan pulang pada hari Minggu.<br /><br />Besok paginya dengan berbekal 1 stel pakaian yang telah disiapkan oleh Istriku, aku berangkat dan sampai di tempat yang biasa, kulihat War tetap memakai baju seragam sekolahnya. Setelah dia naik ke mobil, kembali kulihat matanya tetap seperti habis menangis.<br />Lalu kutanya, “War? habis perang lagi yaa?, soal apa lagi??<br />“Oom, ceritanya nanti saja deh? katanya agak malas.<br />“Kita mau kemana Oom?? Tanyanya.<br />“Lho? terserah War saja.., Oom sih ikut saja?<br />“Oom? saya kepingin ke tempat yang agak sepi dan nggak ada orang lain? jadi kalau-kalau War nangis, nggak ada yang melihatnya kecuali Oom?<br />Sambil memutar mobilku kembali ke arah Cirebon, aku berpikir sejenak mau ke tempat mana yang sesuai dengan permintaan War, dan segera teringat kalau di pinggiran kota Cirebon yang ke arah Kuningan ada sebuah lapangan Golf dan Cottage CPN.<br />Segera saja kukatakan padanya, “War?Tempat yang sesuai dengan keinginanmu itu kayaknya agak susah, tapi? bagaimana kalau kita ke CPN saja..??<br />“Dimana itu Oom dan tempat apaan??tanya War.<br />Aku jadi agak susah menjelaskannya, tapi kujawab saja, “Tempatnya sih nggak jauh yaitu sedikit di luar Cirebon dan? begini saja deh.., War.., kita ke sana dulu dan kalau War kurang setuju dengan tempatnya, kita cari tempat lain lagi?<br /><br />Setelah sampai di tempat dan mendaftar di receptionist serta memesan minuman ringan serta mengambil kunci kamarnya, segera aku kembali ke mobil dan kutanyakan pada War–”gimana War.., kamu mau disini..?, lihat saja tempatnya sepi (maklum saja masih pagi-pagi. Receptionistnya saja seperti terheran-heran, sepertinya berfikir kok ada tamu pagi-pagi sekali dan nomor mobilnya bukan dari luar kota).<br /><br />Setelah mobil kuparkir di depan kamar, sebelum turun kutanya dia kembali, “War? gimana.., mau di sini? atau mau cari tempat lain?? War tidak segera menjawab pertanyaanku, tapi dia ikut turun dari mobil dan mengikutiku ke arah pintu kamar motel. Segera setelah sampai di dalam, dia langsung duduk di tempat tidur sambil memperhatikan seluruh ruangan. Karena kulihat dia tetap diam saja, aku jadi merasa tidak enak dan segera kudekati dia yang masih tetap duduk di pinggiran tempat tidur dan sambil agak berlutut, kucium keningnya beberapa saat dan tiba-tiba saja War memelukku dan terdengar tangisan lirih sambil terisak-isak. Sambil masih memelukku, kuangkat berdiri dari duduknya dan kuelus-elus rambutnya, sambil kucium pipinya serta kukatakan, “War coba tenangkan dirimu dan ceritakan semua masalah mu pada Oom? siapa tahu Oom bisa membantumu dalam memecahkan masalahmu itu? War masih saja memelukku tapi senggukan tangisnya mulai mereda. Beberapa saat kemudian kubimbing dia ke arah tempat tidur dan perlahan kutelentangkan War di tempat tidur dan kurangkulkan tangan kiriku di bahunya dan kupandangi wajahnya, sambil kukatakan, “War cobalah ceritakan masalahmu itu dan biar Oom bisa mengetahui permasalahanmu itu?<br /><br />War tetap diam saja dan memejamkan matanya, tapi tak lama kemudian, sambil menyeka air matanya dia membuka matanya dan memandang ke arahku yang jaraknya antara wajahnya dan wajahku sangat dekat sekali.<br />“Oom…”, katanya seperti akan memulai bercerita, tapi lalu dia diam lagi. “War…”, kataku sambil kucium pipinya dan kuusap-usapkan jari tangan kananku di rambutnya, “cerita lah?<br /><br />Lalu War mulai bercerita dan dia menceritakan secara panjang lebar soal kehidupan keluarganya yang miskin, dia anak pertama dari 3 bersaudara, tentang pacarnya di sekolah tapi lain kelas yang sudah 2 tahun pacaran dan sekarang sudah meninggalkan dia karena mendapatkan pacar baru di kelasnya dan dia juga menceritakan kalau orang tuanya sudah menjodohkan dengan tetangganya yang sudah punya istri dan anak, tapi kaya dan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah War dan dia harus segera berhenti dari sekolahnya karena akan dikimpoikan pada bulan Maret akan datang. War katanya kepingin sekolah dulu dan belum pingin kimpoi, apalagi kimpoi dengan orang yang sudah punya Istri dan anak. War punya keinginan mau lari dari rumahnya, tapi tidak tahu mau ke mana. War juga menceritakan bahwa sebetulnya dia masih cinta kepada kawan sekolahnya itu, apalagi dia sudah telanjur pernah tidur bersama sewaktu piknik ke Kuningan dulu, walaupun katanya dia tidak yakin kalau punya pacarnya itu sudah masuk ke vaginanya apa belum, karena belum apa-apa sudah keluar katanya.<br /><br />“Jadi? gimana.., Oom.., apa yang harus saya perbuat dengan masalah ini, katanya setelah menyelesaikan ceritanya.<br />“War? kataku sambil kembali kuelus-elus rambutnya dan kucium pipinya di dekat bibirnya.<br />“War? masalahmu kok begitu rumit, terutama persoalan lamaran tetanggamu itu. Begini saja War? sebaiknya kamu minta kepada orangtuamu untuk menunda perkimpoian itu sampai kamu selesai sekolah. Bilang saja? kalau ujian SMA-mu hanya tinggal beberapa bulan lagi?<br />“Katakan lagi? sayang kalau biaya yang telah dikeluarkan selama hampir tiga tahun di SMA harus hilang percuma tanpa mendapatkan Ijasah. War? sewaktu kamu mengatakan ini semua, jangan pakai emosi, katakan dengan lemah lembut, mudah-mudahan saja orang tuamu mau mengerti dan mengundurkan perjodohanmu dengan tetanggamu itu?<br />“Kalau orang tuamu setuju, jadi kamu bisa konsentrasi untuk menyelesaikan sekolahmu dan yang lainnya bisa dipikirkan kemudian?<br />Setelah selesai memberikan saran ini, lalu kembali kucium pipinya seraya kutanya? “War? bagaimana pendapatmu dengan saran Oom ini??<br />Seraya saja War bangkit dari tidurnya dan memelukku erat-erat sambil menciumi pipiku dan berkata, “Ooom? terima kasih.., atas saran Oom ini? belum terpikir oleh saya sebelumnya hal ini? Oom sangat baik terhadap War entah bagaimana caranya saya membalas kebaikan Oom? dan terasa air matanya menetes di pipiku.<br /><br />Setelah diam sesaat, kembali kurebahkan badan War telentang dan kulihat dari matanya yang tertutup itu sisa air matanya dan segera kucium kedua matanya dan sedikit demi sedikit cimmanku kuturunkan ke hidungnya dan terus turun ke pipi kirinya, setelah itu kugeser ciumanku mendekati bibirnya. Karena War masih tetap diam dan tidak menolak, keberanianku semakin bertambah dan secara perlahan-lahan kugeser ciumanku ke arah bibirnya, dan tiba-tiba saja War menerkam dan memelukku serta mencari bibirku dengan matanya yang masih tertutup. Aku berciuman cukup lama dan sesekali lidahku kujulurkan ke dalam mulutnya dan War mengisapnya. Sambil tetap berciuman, kurebahkan badannya lagi dan tangan kananku segera kuletakkan tepat di atas buah dadanya yang terasa sangat kenyal dan sedikit kuremas. Karena tidak ada reaksi yang berlebihan serta War bukan saja mencium bibirku tapi seluruh wajahku, maka satu persatu kancing baju SMU-nya berhasil kulepas dan ketika kusingkap bajunya, tersembul dua bukit yang halus tertutup BH putih tipis dan ukurannya tidak terlalu besar.<br /><br />Ketika kucoba membuka baju sekolahnya dari tangan kanannya, War kelihatannya tetap diam dan malah membantu dengan membengkokkan tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari tangan kanannya, segera kucari kaitan BH-nya di belakang dan dengan mudah kutemukan serta kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih tetap berciuman, kadang dibibir dan sesekali di seluruh wajah bergantian. BH-nya pun dengan mudah kulepas dari tangan kanannya dan ketika kusingkap BH-nya, tersembul buah dada War yang ukurannya tidak terlalu besar tapi menantang dan dengan puting susunya berwarna kecoklatan.<br /><br />Dan dengan tidak sabar dan sambil meremas pelan payudara kanannya, kuturunkan wajahku menyelusuri leher dan terus ke bawah dan sesampainya di payudaranya, kujilati payudara War yang menantang itu dan sesekali kuhisap puting susunya, sementara War meremas-remas rambutku seraya terdengar suara lirih, “aahh? aahh? ooomm? ssshh? aahh? Aku paling tidak tahan kalau mendengar suara lirih seperti ini, serta merta penisku semakin tegang dan kugunakan kesempatan ini sambil tetap menjilati dan menghisap payudara War, kugunakan tangan kananku untuk menelusuri bagian bawah badan War.<br />Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, “aahh? ssshh? ssshh? aahh? Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.<br /><br />Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.<br /><br />Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, “ssshh? aahh? ssshht? ooom? aahh? Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.<br /><br />Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata, “Jaa? ngaan? Ooom? sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya.<br /><br />Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.<br /><br />Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War. Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.<br /><br />Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis, “Ssshh? ssshh? aahh? ssshh? sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku.<br /><br />Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, “ssshh? ssshh? ooom? aahh? ssshh? dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.<br /><br />Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, “Aduuuhh? ooomm? Jangaannn? sakiiittt? Asiihh.., takuuut., Oom? Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan, “Tidak? apa-apa? sayaang? Oom? pelan-pelan saja? kok? untuk menenangkan ketakutan War. War tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku.<br /><br />Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku, “Aduuuhh? sakiiittt? ooom? Asihh.., takuuut? padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan.<br /><br />Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, “Takut apa sayang..? War tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.<br /><br />Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti menahan sakit.<br /><br />Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, “Bleeesss? terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan, “aahh? sakiiit? ooom<br />Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, “aahh? ssshh? ssshh? aahh? Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.<br /><br />Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.<br /><br />Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, “ssshh? aahh? ssshht? ooom? aahh? Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.<br /><br />Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata, “Jaa? ngaan? Ooom? sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya.<br /><br />Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.<br /><br />Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War. Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.<br /><br />Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis, “Ssshh? ssshh? aahh? ssshh? sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku.<br /><br />Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, “ssshh? ssshh? ooom? aahh? ssshh? dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.<br /><br />Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, “Aduuuhh? ooomm? Jangaannn? sakiiittt? Asiihh.., takuuut., Oom? Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan, “Tidak? apa-apa? sayaang? Oom? pelan-pelan saja? kok? untuk menenangkan ketakutan War. War tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku.<br /><br />Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku, “Aduuuhh? sakiiittt? ooom? Asihh.., takuuut? padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan.<br /><br />Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, “Takut apa sayang..? War tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.<br /><br />Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti menahan sakit.<br /><br />Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, “Bleeesss? terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan, “aahh? sakiiit? ooom?? kudengar suara War sambil seperti menahan rasa sakit dan berusaha menarik pantatku. Untuk sementara tidak kugerakkan pantatku dan setelah kulihat War mulai tenang dan kembali mau menciumi wajahku, lalu perlahan-lahan kutekan penisku yang sudah menembus vaginanya supaya masuk lebih dalam lagi.<br />“aahh? oom? pelan? pelaan..? kudengar War berkata lirih.<br />“Iyaa? sayaang? ooom pelah-pelan? jawabku serta kubelai rambutnya. Setelah kudiamkan sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik turun sangat pelan agar War tidak merasa kesakitan, dan ternyata berhasil, wajah War keperhatikan tidak tegang lagi sehingga pergerakan penisku keluar masuk vagina War sedikit kupercepat dan belum berapa lama terdengar suara War, “ooom? ooom? aaduuuhh? ooomm? aahh? sambil kedua tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi keseluruhan wajahku dengan sangat bernafsu dan badannya berkeringat, lalu War berteriak agak keras, “aahh? ooomm? aduuuhh..? lalu War terkapar dan terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Aku yakin kalau War sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan naik. Karena kulihat War sepertinya sedang kelelahan dengan kedua matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa kasihanku, lalu sambil kuseka keringat wajahnya kuciumi pipi dan bibirnya dengan lembut, tapi War tidak bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya bibirku yang sedang menciumnya seraya berkata lirih, “ooom? nakal? yaa, War baru sekali ini merasakan hal seperti tadi? sambil mencubit punggungku. Aku tidak menjawab komentarnya tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah mulai teratur dan secara perlahan-lahan aku mulai menggerakkan penisku lagi keluar masuk vagina War.<br /><br />Kuperhatikan War mulai terangsang lagi, War mulai menghisap bibirku dan mulai mencoba menggerakkan pantatnya pelan-pelan dan gerakannya ini membuat penisku seperti di pelintir keenakan. Gerakan penisku keluar masuk semakin kupercepat dan demikian juga War mulai makin berani mempercepat gerakan putaran pantatnya, sambil sesekali kedua tangannya yang dipelukkan dipinggangku berusaha menekan sepertinya menyuruhku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya lebih dalam lagi dan kudengar War mulai bersuara lagi? “aahh? aahh? ooohh? oomm? aah? dan tidak terasa akupun mulai berkicau, “aacchh? aahh? Siiihh? enaakk? teruuus? Siiih? Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan kudengar juga nafas War semakin cepat, dengan perlahan-lahan kupeluk badan War dan segera kubalik badannya sehingga sekarang War sudah berada di atasku dan kupelukkan kedua tanganku di pantatnya, sedangkan wajah War ditempelkan di wajahku. Dengan sedikit makan tenaga, kucoba menggerakkan pantatku naik turun dan setiap kali pantatku naik, kugunakan kedua tanganku menekan pantat War ke bawah dan bisa kurasakan kalau penisku masuk lebih dalam di vagina War, sehingga setiap kali kudengar suaranya sedikit keras, “aahh? oooh? Dan mungkin karena keenakan, sekarang gerakan War malah lebih berani dengan menggerakkan pantatnya naik turun sehingga kedua tanganku tidak perlu menekannya lagi dan setiap kali pantatnya menekan ke bawah sehingga penisku serasa masuk semuanya di vagina War, kudengar dia bersuara keenakan, “Aahh? aah disertai nafasnya yang semakin cepat, demikian juga aku sambil berusaha menahan agar maniku tidak segera keluar.<br /><br />Gerakan War semakin cepat saja dan kurasakan wajahnya semakin ditekankan ke wajahku sehingga kudengar nafasnya yang sangat cepat itu di dekat telingaku dan, “Aduuuh? aahh? aahh? ooomm.., War? mauuu.., keluaar? aah?<br />“Tungguuu? Waarrr.., kitaa? samaa? samaa., ooom.., Jugaa.., mauuu? keluarr?<br />“aahh? aahh? ooomm? teriak War sambil mengerakkan pantatnya menggila dan akupun karena sudah tidak tahan menahan maniku dari tadi segera kegerakkan pantatku lebih cepat dan, “Crreeettt? ccrreeett? ccccrrreeett? dan “aahh? siiihh? ooom keluaar? sambil kutekan pantat War kuat-kuat.<br /><br />Setelah beristirahat sebentar, kuajak War ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan War kembali menjatuhkan badannya di tempat tidur, mungkin masih merasakan kelelahan. Tak terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 12 siang dan segera saja kupesan makan siang.<br /><br />Tamat/////////////<br /><br /><br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-9839253356956558552009-02-16T20:43:00.001+07:002009-02-16T20:43:37.310+07:00Ibu Mertuaku yang Pemarah<div class="fullpost"> Bapak mertuaku (Pak Tom, samaran) yang berusia sekitar 60 tahun baru saja pensiun dari pekerjaannya di salah satu perusahaan di Jakarta. Sebetulnya beliau sudah pensiun dari anggota ABRI ketika berumur 55 tahun, tetapi karena dianggap masih mampu maka beliau terus dikaryakan. Karena beliau masih ingin terus berkarya, maka beliau memutuskan untuk kembali ke kampungnya didaerah Malang, Jawa Timur selain untuk menghabiskan hari tuanya, juga beliau ingin mengurusi kebun Apelnya yang cukup luas.<br /><br />Ibu mertuaku (Bu Mar, samaran) walaupun sudah berumur sekitar 45 tahun, tetapi penampilannya jauh lebih muda dari umurnya. Badannya saja tidak gemuk gombyor seperti biasanya ibu-ibu yang sudah berumur, walau tidak cantik tetapi berwajah ayu dan menyenangkan untuk dipandang. Penampilan ibu mertuaku seperti itu mungkin karena selama di Jakarta kehidupannya selalu berkecukupan dan telaten mengikuti senam secara berkala dengan kelompoknya.<br /><br />Beberapa bulan yang lalu, aku mengambil cuti panjang dan mengunjunginya bersama Istriku (anak tunggal mertuaku) dan anakku yang baru berusia 2 tahun. Kedatangan kami disambut dengan gembira oleh kedua orang mertuaku, apalagi sudah setahun lebih tidak bertemu sejak mertuaku kembali ke kampungnya. Pertama-tama, aku di peluk oleh Pak Tom mertuaku dan istriku dipeluk serta diciumi oleh ibunya dan setelah itu istriku segera mendatangi ayahnya serta memeluknya dan Bu Mar mendekapku dengan erat sehingga terasa payudaranya mengganjal empuk di dadaku dan tidak terasa penisku menjadi tegang karenanya.<br /><br />Dalam pelukannya, Bu Mar sempat membisikkan Sur..(namaku).., Ibu kangen sekali denganmu", sambil menggosok-gosokkan tangannya di punggungku, dan untuk tidak mengecewakannya kubisiki juga, "Buu.., Saya juga kangen sekali dengan Ibu", dan aku menjadi sangat kaget ketika ibu mertuaku sambil tetap masih mendekapku membisikiku dengan kata-kata, "Suur.., Ibu merasakan ada yang mengganjal di perut Ibu", dan karena kaget dengan kata-kata itu, aku menjadi tertegun dan terus saling melepaskan pelukan dan kuperhatikan ibu mertuaku tersenyum penuh arti.<br /><br />Setelah dua hari berada di rumah mertua, aku dan istriku merasakan ada keanehan dalam rumah tangga mertuaku, terutama pada diri ibu mertuaku. Ibu mertuaku selalu saja marah-marah kepada suaminya apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, sedangkan ayah mertuaku menjadi lebih pendiam serta tidak meladeni ibu mertuaku ketika beliau sedang marah-marah dan ayah mertuaku kelihatannya lebih senang menghabiskan waktunya di kebun Apelnya, walaupun di situ hanya duduk-duduk seperti sedang merenung atau melamun. Istriku sebagai anaknya tidak bisa berbuat apa-apa dengan tingkah laku orang tuanya terutama dengan ibunya, yang sudah sangat jauh berlainan dibanding sewaktu mereka masih berada di Jakarta, kami berdua hanya bisa menduga-duga saja dan kemungkinannya beliau itu terkena post power syndrome. Karena istriku takut untuk menanyakannya kepada kedua orang tuanya, lalu Istriku memintaku untuk mengorek keterangan dari ibunya dan supaya ibunya mau bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya, maka istriku memintaku untuk menanyakannya sewaktu dia tidak sedang di rumah dan sewaktu ayahnya sedang ke kebun Apelnya.<br /><br />Di pagi hari ke 3 setelah selesai sarapan pagi, istriku sambil membawa anakku, pamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi mengunjungi Budenya di kota Kediri, yang tidak terlalu jauh dari Malang dan kalau bisa akan pulang sore nanti.<br />"Lho.., Mur (nama istriku), kok Mas mu nggak diajak..?", tanya ibunya.<br />"Laah.., nggak usahlah Buu.., biar Mas Sur nemenin Bapak dan Ibu, wong nggak lama saja kok", sahut istriku sambil mengedipkan matanya ke arahku dan aku tahu apa maksud kedipan matanya itu, sedangkan ayahnya hanya berpesan pendek supaya hati-hati di jalan karena hanya pergi dengan cucunya saja.<br /><br />Tidak lama setelah istriku pergi, Pak Tompun pamitan dengan istrinya dan aku, untuk pergi ke kebun apelnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya sambil menambahkan kata-katanya, "Nak Suur.., kalau nanti mau lihat-lihat kebun, susul bapak saja ke sana". Sekarang yang di rumah hanya tinggal aku dan ibu mertuaku yang sedang sibuk membersihkan meja makan. Untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan tugas yang diminta oleh istriku, kugunakan untuk membaca koran lokal di ruang tamu.<br /><br />Entah sudah berapa lama aku membaca koran, yang pasti seluruh halaman sudah kubaca semua dan tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara sesuatu yang jatuh dan diikuti dengan suara mengaduh dari belakang, dengan gerakan reflek aku segera berlari menuju belakang sambil berteriak, "Buu.., ada apa buu?". Dan dari dalam kamar tidurnya kudengar suara ibu mertuaku seperti merintih, "Nak Suur.., toloong Ibuu", dan ketika kujenguk ternyata ibu mertuaku terduduk di lantai dan sepertinya habis terjatuh dari bangku kecil di dekat lemari pakaian sambil meringis dan mengaduh serta mengurut pangkal pahanya. Serta merta kuangkat ibu mertuaku ke atas tempat tidurnya yang cukup lebar dan kutidurkan sambil kutanya, "Bagian mana yang sakit Buu", dan ibu mertuaku menjawab dengan wajah meringis seperti menahan rasa sakit, "Di sini.., sambil mengurut pangkal paha kanannya dari luar rok yang dipakainya".<br /><br />Tanpa permisi lalu kubantu mengurut paha ibu mertuaku sambil kembali kutanya, "Buu.., apa ada bagian lain yang sakit..?<br />"Nggak ada kok Suur.., cuman di sepanjang paha kanan ini ada rasa sakit sedikit..", jawabnya.<br />"Ooh.., iya nak Suur.., tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar ibu, biar paha ibu terasa panas dan hilang sakitnya".<br />Aku segera mencari minyak yang dimaksud di meja rias dan alangkah kagetku ketika aku kembali dari mengambil minyak kayu putih, kulihat ibu mertuaku telah menyingkap roknya ke atas sehingga kedua pahanya terlihat jelas, putih dan mulus. Aku tertegun sejenak di dekat tempat tidur karena melihat pemandangan ini dan mungkin karena melihat keragu-raguanku ini dan tertegun dengan mataku tertuju ke arah paha beliau, ibu mertuaku langsung saja berkata, "Ayoo..lah nak Suur.., nggak usah ragu-ragu, kaki ibu terasa sakit sekali ini lho, lagi pula dengan ibu mertua sendiri saja kok pake sungkan sungkan.., tolong di urutkan paha ibu tapi nggak usah pakai minyak kayu putih itu.., ibu takut nanti malah paha ibu jadi kepanasan.<br /><br />Dengan perasaan penuh keraguan, kuurut pelan-pelan paha kanannya yang terlihat ada tanda agak merah memanjang yang mungkin sewaktu terjatuh tadi terkena bangku yang dinaikinya seraya kutanya, "Bagaimana Buu.., apa bagian ini yang sakit..?<br />"Betul Nak Suur.., yaa yang ituu.., tolong urutkan yang agak keras sedikit dari atas ke bawah", dan dengan patuh segera saja kuikuti permintaan ibu mertuaku. Setelah beberapa saat kuurut pahanya yang katanya sakit itu dari bawah ke atas, sambil memejamkan matanya, ibu mertuaku berkata kembali, "Nak Suur.., tolong agak ke atas sedikit ngurutnya", sambil menarik roknya lebih ke atas sehingga sebagian celana dalamnya yang berwarna merah muda dan tipis itu terlihat jelas dan membuatku menjadi tertegun dan gemetar entah kenapa, apalagi vagina ibu mertuaku itu terlihat mengembung dari luar CD-nya dan ada beberapa helai bulu vaginanya yang keluar dari samping CD-nya.<br /><br />"Ayoo.., doong.., Nak Sur, kok ngurutnya jadi berhenti", kata ibu mertuaku sehingga membuatku tersadar.<br />"Iii.., yaa.., Buu maaf, tapi.., Buu", jawabku agak terbata-bata dan tanpa menyelesaikan perkataanku karena agak ragu.<br />"aah.. kenapa sih Nak Suur..?, kata ibu mertuaku kembali sambil tangan kanannya memegang tangan kiriku serta menggoncangnya pelan.<br />"Buu.., Saa.., yaa.., saayaa", sahutku tanpa sadar dan tidak tahu apa yang harus kukatakan, tetapi yang pasti penisku menjadi semakin tegang karena melihat bagian CD ibu mertuaku yang menggelembung di bagian tengahnya.<br /><br />"Nak Suur..", katanya lirih sambil menarik tangan kiriku dan kuikuti saja tarikan tangannya tanpa prasangka yang bukan-bukan, dan setelah tanganku diciumnya serta digeser geserkan di bibirnya, lalu secara tidak kuduga tanganku diletakkan tepat di atas vaginanya yang masih tertutup CD dan tetap dipegangnya sambil dipijat-pijatkannya secara perlahan ke vaginanya diikuti dengan desis suara ibu mertuaku, "sshh.., sshh". Kejadian yang tidak kuduga sama sekali ini begitu mengagetkanku dan secara tidak sadar aku berguman agak keras.<br />"Buu.., Saa..yaa", dan belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, dari mulut ibu mertuaku terdengar, "Nak Suur.., kook seperti anak kecil saja.., siih?".<br />"Buu.., Saa.., yaa.., takuut kalau nanti bapak datang", sahutku gemetar karena memang saat itu aku takut benar, sambil mencoba menarik tanganku tetapi tangan ibu mertuaku yang masih tetap memegang tanganku, menahannya dan bahkan semakin menekan tanganku ke vaginanya serta berkata pelan, "Nak Suur.., Bapak pulang untuk makan siang selalu jam 1 siang nanti.., tolong Ibuu.., naak", terdengar seperti mengiba.<br /><br />Sebetulnya siapa sih yang tidak mau kalau sudah seperti ini, aku juga tidak munafik dan pasti para pembaca Situs "17 Tahun.Com" pun juga tidak bisa menahan diri kalau dalam situasi seperti ini, tetapi karena ini baru pertama kualami dan apalagi dengan ibu mertuaku sendiri, tentunya perasaan takutpun pasti akan ada.<br />"Ayoo..lah Nak Suur.., tolongin Ibuu.., Naak", kudengar ibu mertuaku mengiba kembali sehingga membuatku tersadar dan tahu-tahu ibu mertuaku telah memelukku.<br />"Buu.., biar saya kunci pintunya dulu, yaa..?", pintaku karena aku was-was kalau nanti ada orang masuk, tetapi ibu mertuaku malah menjawab, "Nggak usah naak.., selama ini nggak pernah ada orang pagi-pagi ke rumah Ibu", serta terus mencium bibirku dengan bernafsu sampai aku sedikit kewalahan untuk bernafas. Semakin lama ibu mertuaku semakin tambah agresif saja, sambil tetap menciumiku, tangannya berusaha melepaskan kaos oblong yang kukenakan dan setelah berhasil melepaskan kaosku dengan mudah disertai dengan bunyi nafasnya yang terdengar berat dan cepat, ibu mertuaku terus mencium wajah serta bibirku dan perlahan-lahan ciumannya bergerak ke arah leher serta kemudian ke arah dadaku.<br /><br />Ciuman demi ciuman ibu mertuaku ini tentu saja membuatku menjadi semakin bernafsu dan ketakutanku yang tadipun sudah tidak teringat lagi.<br />"Buu.., boleh saya bukaa.., rok Ibu..? tanyaku minta izin.<br />"Suur.., bol.., eh.., boleh.., Nak, Nak Suur.., boleh lakukan apa saja..", katanya dengan suara terputus-putus dan terus kembali menciumi dadaku dengan nafasnya yang cepat dan sekarang malah berusaha melepas kancing celana pendek yang ada di badanku. Setelah rok ibu mertuaku terlepas, lalu kulepaskan juga kaitan BH-nya dan tersembulah payudaranya yang tidak begitu besar dan sudah agak menggelantung ke bawah dengan puting susunya yang besar kecoklatan. Sambil kuusapkan kedua tanganku ke bagian bawah payudaranya lalu kutanyakan, "Buu.., boleh saya pegang dan ciumi tetek.., Ibuu..?<br />"Bool.., eh.., boleh.., sayang.., lakukan apa saja yang Nak Sur mau.., Ibu sudah lama sekali tidak mendapatkan ini lagi dari bapakmu.., ayoo.., sayaang", sahut ibu mertuaku dengan suara terbata-bata sambil mengangkat dadanya dan perlahan-lahan kupegang kedua payudara ibu mertuaku dan salah satu puting susunya langsung kujilati dan kuhisap-hisap, serta pelan-pelan kudorong tubuh ibu mertuaku sehingga jatuh tertidur di kasur dan dari mulut ibu mertuaku terdengar, "sshh.., aahh.., sayaang.., oohh.., teruus.., yaang.., tolong puasiin Ibuu.., Naak", dan suara ibu mertuaku yang terdengar menghiba itu menjadikanku semakin terangsang dan aku sudah lupa kalau yang kugeluti ini adalah ibu mertuaku sendiri dan ibu dari istriku.<br /><br />"Naak Suur", kudengar suara ibu mertuaku yang sedang meremas-remas rambut di kepalaku serta menciuminya, "Ibuu.., ingin melihat punyamu.., Naak", seraya tangannya berusaha memegang penisku yang masih tertutup celana pendekku.<br />"Iyaa.., Buu.., saya buka celana dulu Buu", sahutku setelah kuhentikan hisapanku pada payudaranya serta segera saja aku bangkit dan duduk di dekat muka ibu mertuaku. Segera saja ibu mertuaku memegang penisku yang sedang berdiri tegang dari luar celana dan berkomentar, "Nak Suur.., besar betuul.., dan keras lagi, ayoo.., dong cepaat.., dibuka celananya.., agar Ibu bisa melihatnya lebih jelas", katanya seperti sudah tidak sabar lagi, dan tanpa disuruh ibu untuk kedua kalinya, langsung saja kulepas celana pendek yang kukenakan.<br /><br />Ketika aku membuka CD-ku serta melihat penisku berdiri tegang ke atas, langsung saja ibu mertuaku berteriak kecil, "Aduuh.., Suur.., besaar sekali", padahal menurut anggapanku ukuran penisku sepertinya wajar saja menurut ukuran orang Indonesia tapi mungkin saja lebih besar dari punya suaminya dan ibu mertuaku langsung saja memegangnya serta mengocoknya pelan-pelan sehingga tanpa kusadari aku mengeluarkan desahan kecil, "sshh.., aahh", sambil kedua tanganku kuusap-usapkan di wajah dan rambutnya.<br /><br />"Aduuh.., Buu.., sakiit", teriakku pelan ketika ibu mertuaku berusaha menarik penisku ke arah wajahnya, dan mendengar keluhanku itu segera saja ibu mertuaku melepas tarikannya dan memiringkan badannya serta mengangkat separuh badannya yang ditahan oleh tangan kanannya dan kemudian mendekati penisku. Setelah mulutnya dekat dengan penisku, langsung saja ibu mertuaku mengeluarkan lidahnya serta menjilati kepala penisku sedangkan tangan kirinya meremas-remas pelan kedua bolaku, sedangkan tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas rambutnya serta sekaligus untuk menahan kepala ibu mertuaku. Tangan kananku kuremas-remaskan pada payudaranya yang tergantung ke samping.<br /><br />Setelah beberapa kali kepala penisku dijilatinya, pelan-pelan kutarik kepala ibu mertuaku agar bisa lebih dekat lagi ke arah penisku dan rupanya ibu mertuaku cepat mengerti apa yang kumaksud dan walaupun tanpa kata-kata langsung saja kepalanya didekatkan mengikuti tarikan kedua tanganku dan sambil memegangi batang penisku serta dengan hanya membuka mulutnya sedikit, ibu mertuaku secara pelan-pelan memasukkan penisku yang sudah basah oleh air liurnya sampai setengah batang penisku masuk ke dalam mulutnya. Kurasakan lidah ibu mertuaku dipermainkannya dan digesek-gesekannya pada kepala penisku, setelah itu kepala ibu ditariknya mundur pelan-pelan dan kembali dimajukan sehingga penisku terasa sangat nikmat. Karena tidak tahan menahan kenikmatan yang di berikan ibu mertuaku, aku jadi mendesis, "sshh.., aaccrr.., oohh", mengikuti irama maju mundurnya kepala ibu. Makin lama gerakan kepala ibu mertuaku maju mundur semakin cepat dan ini menambah nikmat bagiku.<br /><br />Beberapa menit kemudian, ibu mertuaku secara tiba-tiba melepaskan penisku dari mulutnya, padahal aku masih ingin hal ini terus berlangsung dan sambil kembali menaruh kepalanya di tempat tidur, dia menarik bahuku untuk mengikutinya. Ibu langsung mencium wajahku dan ketika ciumannya mengarah ke telingaku, kudengar ibu berkata dengan agak berbisik, "Naak Suur.., Ibu juga kepingin punya ibu dijilati", dan sambil kunaiki tubuh ibu mertuaku lalu kutanyakan, "Buu.., apa boleh.., saya lakukan?", dan segera saja ibu menjawabnya, "Nak Suur.., tolong pegang dan jilati kepunyaan ibu.., naak.., ibu sudah lama kepingin di gituin".<br /><br />Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, aku menurunkan badanku secara perlahan-lahan dan ketika melewati dadanya kembali kuciumi serta kujilati payudara ibu mertuaku yang sudah tidak terlalu keras lagi, setelah beberapa saat kuciumi payudara ibu, aku segera menurunkan badanku lagi secara perlahan sedangkan ibu mertuaku meremas-remas rambutku, juga terasa seperti berusaha mendorong kepalaku agar cepat-cepat sampai ke bawah. Kuciumi dan kujilati perut dan pusar ibu sambil salah satu tanganku kugunakan untuk menurunkan CD-nya. Kemudian dengan cekatan ku lepas CD-nya dan kulemparkan ke atas lantai. Kulihat vagina ibu mertuaku begitu lebat ditumbuhi bulu-bulu yang hitam mengitari liang vaginanya. Mungkin karena terlalu lama aku menjilati perut dan sekitarnya, kembali kurasakan tangan ibu yang ada di kepalaku menekan ke bawah dan kali ini kuikuti dengan menurunkan badanku pelan-pelan ke bawah dan sesampainya di dekat vaginanya, kuciumi daerah di sekitarnya dan apa yang kulakukan ini mungkin menyebabkan ibu tidak sabaran lagi, sehingga kudengar suara ibu mertuaku, "Nak Suur.., toloong.., cepaat.., saa.., yaang.., ayoo.., Suur".<br /><br />Tanpa kujawab permintaannya, aku mulai melebarkan kakinya dan kuletakkan badanku di antara kedua pahanya, lalu kusibak bulu vaginanya yang lebat itu untuk melihat belahan vagina ibu dan setelah bibir vagina ibu terlihat jelas lalu kubuka bibir kemaluannya dengan kedua jari tanganku, ternyata vagina ibu mertuaku telah basah sekali. Ketika ujung lidahku kujilatkan ke dalam vaginanya, kurasakan tubuh ibu menggelinjang agak keras sambil berkata, "Cepaat.., Suur.., ibu sudah nggak tahaan".<br /><br />Dengan cepat kumasukkan mulut dan lidahku ke dalam vaginanya sambil kujilati dan kusedot-sedot dan ini menyebabkan ibu mulai menaik-turunkan pantatnya serta bersuara, "sshh.., aahh.., Suur.., teruus.., adduuhh.., enaak.., Suur", Lalu kukecup clitorisnya berulang kali hingga mengeras, hal ini membuat ibu mertuaku menggelinjang hebat, "Aahh.., oohh.., Suur.., betuul.., yang itu.., Suur.., enaak.., aduuh.., Suur.., teruskaan.., aahh", sambil kedua tangannya menjambak rambutku serta menekan kepalaku lebih dalam masuk ke vaginanya. Kecupan demi kecupan di vagina ibu ini kuteruskan sehingga gerakan badan ibu mertuaku semakin menggila dan tiba-tiba kudengar suara ibu setengah mengerang, "aahh.., ooh.., duuh.., Suur.., ibuu.., mau.., mauu.., sampaii.., Naak.., ooh", disertai dengan gerakan pantatnya naik turun secara cepat.<br /><br />Gerakan badannya terhenti dan yang kudengar adalah nafasnya yang menjadi terengah-engah dengan begitu cepatnya dan tangannyapun sudah tidak meremas-remas rambutku lagi, sementara itu jilatan lidahku di vagina ibu hanya kulakukan sekedarnya di bagian bibirnya saja. Dengan nafasnya yang masih memburu itu, tiba-tiba ibu mertuaku bangun dan duduk serta berusaha menarik kepalaku seraya berkata, "Naak Suur.., ke sinii.., saayaang", dan tanpa menolak kuikuti saja tarikan tangan ibu, ketika kepalaku sudah di dekat kepalanya, ibu mertuaku langsung saja memelukku seraya berkata dengan suara terputus-putus karena nafasnya yang masih memburu, "Suur.., Ibu puas dengan apa yang Nak Suur.., lakukan tadi, terima kasiih.., Naak". Ibu mertuaku bertubi-tubi mencium wajahku dan kubalas juga ciumannya dengan menciumi wajahnya sambil kukatakan untuk menyenangkan hatinya, "Buu.., saya sayang Ibuu.., saya ingin ibu menjadi.., puu..aas".<br /><br />Setelah nafas ibu sudah kembali normal dan tetap saja masih menciumi seluruh wajahku dan sesekali bibirku, dia berkata, "Naak Suur.., Ibu masih belum puas sekali.., Suur.., toloong puasin ibu sampai benar-benar puaas.., Naak", seraya kurasakan ibu merenggangkan kedua kakinya. Karena aku masih belum memberikan reaksi atas ucapannya itu, karena tiba-tiba aku terpikir akan istriku dan yang kugeluti ini adalah ibu kandungnya, aku menjadi tersadar ketika ibu bersuara kembali, "Sayaang.., ayoo.., toloong Ibu dipuasin lagi Suur, tolong masukkan punyamu yang besar itu ke punya ibu".<br />"Buu.., seharusnya saya tidak boleh melakukan ini.., apalagi kepada Ibuu", sahutku di dekat telinganya.<br />"Suur.., nggak apa-apa.., Naak.., Ibu yang kepingin, lakukanlah Naak.., lakukan sampai Ibu benar-benar puas Suur", katanya dengan suara setengah mengiba.<br /><br />"aahh.., biarlah, kenapa kutolak", pikirku dan tanpa membuang waktu lagi aku lalu mengambil ancang-ancang dan kupegang penisku serta kuusap-usapkan di belahan bibir vagina ibu mertuaku yang sudah sedikit terbuka. Sambil kucium telinga ibu lalu kubisikkan, "Buu.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang, boleh?".<br />"Suur.., cepat masukkan, Ibu sudah kepingin sekali Naak", sahutnya seperti tidak sabar lagi dan tanpa menunggu ibu menyelesaikan kalimatnya aku tusukkan penisku ke dalam vaginanya, mungkin entah tusukan penisku terlalu cepat atau karena ibu katanya sudah lama tidak pernah digauli oleh suaminya langsung saja beliau berteriak kecil, "Aduuh.., Suur.., pelan-pelan saayaang.., ibu agak sakit niih", katanya dengan wajah yang agak meringis mungkin menahan rasa kesakitan. Kuhentikan tusukan penisku di vaginanya, "Maaf Buu.., saya sudah menyakiti Ibu.., maaf ya Bu". Ibu mertuaku kembali menciumku, "Tidak apa-apa Suur.., Ibu cuma sakit sedikit saja kok, coba lagi Suur..", sambil merangkulkan kedua tangannya di pungungku.<br /><br />"Buu.., saya mau masukkan lagi yaa dan tolong Ibu bilang yaa.., kalau ibu merasa sakit", sahutku. Tanpa menunggu jawaban ibu segera saja kutusukkan kembali penisku tetapi sekarang kulakukan dengan lebih pelan. Ketika kepala penisku sudah menancap di lubang vaginanya, kulihat ibu sedikit meringis tetapi tidak mengeluarkan keluhan, "Buu.., sakit.., yaa?". Ibu hanya menggelengkan kepalanya serta menjawab, "Suur.., masukkan saja sayaang", sambil kurasakan kedua tangan ibu menekan punggungku. Aku segera kembali menekan penisku di lubang vaginanya dan sedikit terasa kepala penisku sudah bisa membuka lubang vaginanya, tetapi kembali kulihat wajah ibu meringis menahan sakit. Karena ibu tidak mengeluh maka aku teruskan saja tusukan penisku dan, "Bleess", penisku mulai membongkar masuk ke liang vaginanya diikuti dengan teriakan kecil, "Aduuh.., Suur", sambil menengkeramkan kedua tangannya di punggungku dan tentu saja gerakan penisku masuk ke dalam vaginanya segera kutahan agar tidak menambah sakit bagi ibu.<br />"Buu.., sakit yaa..? maaf ya Buu". Ibu mertuaku hanya menggelengkan kepalanya.<br />"Enggak kok sayaang.., ibu hanya kaget sedikit saja", lalu mencium wajahku sambil berucap kembali, "Suur.., besar betul punyamu itu".<br /><br />Pelan-pelan kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku yang terjepit di dalam vaginanya keluar masuk dan ibupun mulai menggoyang-goyangkan pantatnya pelan-pelan sambil berdesah, "sshh.., ooh.., aahh.., sayaang.., nikmat.., teruuskan.., Naak", katanya seraya mempercepat goyangan pantatnya. Akupun sudah mulai merasakan enaknya vaginan ibu dan kusahut desahannya, "Buu.., aahh.., punyaa Ibu juga nikmat, buu", sambil kuciumi pipinya.<br /><br />Makin lama gerakanku dan ibu semakin cepat dan ibupun semakin sering mendesah, "Aah.., Suurr.., ooh.., teruus.., Suur". Ketika sedang nikmat-enaknya menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya, ibu menghentikan goyangan pantatnya. Aku tersentak kaget, "Buu.., kenapa? apa ibu capeek?", Ibu hanya menggelengkan kepalanya saja, sambil mencium leherku ibu berucap, "Suur.., coba hentikan gerakanmu itu sebentar".<br />"Ada apa Buu", sahutku sambil menghentikan goyangan pantatku naik turun.<br />"Suur.., kamu diam saja dan coba rasakan ini", kata ibu tanpa menjelaskan apa maksudnya dan tidak kuduga tiba-tiba terasa penisku seperti tersedot dan terhisap di dalam vagina ibu mertuaku, sehingga tanpa sadar aku mengatakan, "Buu.., aduuh.., enaak.., Buu.., teruus Bu, ooh.., nikmat Buu", dan tanpa sadar, aku kembali menggerakkan penisku keluar masuk dengan cepat dan ibupun mulai kembali menggoyangkan pantatnya.<br />"ooh.., aah.., Suur.., enaak Suur", dan nafasnya dan nafaskupun semakin cepat dan tidak terkontrol lagi.<br /><br />Mengetahui nafas Ibu serta goyangan pantat Ibu sudah tidak terkontrol lagi, aku tidak ingin ibu cepat-cepat mencapai orgasmenya, lalu segera saja kuhentikan gerakan pantatku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya yang menyebabkan ibu mertuaku protes, "Kenapa.., Suur.., kok berhenti?", tapi protes ibu tidak kutanggapi dan aku segera melepaskan diri dari pelukannya lalu bangun.<br /><br />Tanpa bertanya, lalu badan ibu mertuaku kumiringkan ke hadapanku dan kaki kirinya kuangkat serta kuletakkan di pundakku, sedangkan ibu mertuaku hanya mengikuti saja apa yang kulakukan itu. Dengan posisi seperti ini, segera saja kutusukkan kembali penisku masuk ke dalam vagina ibu mertuaku yang sudah sangat basah itu tanpa kesulitan. Ketika seluruh batang penisku sudak masuk semua ke dalam vaginanya, segera saja kutekan badanku kuat-kuat ke badan ibu sehingga ibu mulai berteriak kecil, "Suur.., aduuh.., punyamu masuk dalam sekali.., naak.., aduuh.., teruus sayaang.., aah", dan aku meneruskan gerakan keluar masuk penisku dengan kuat. Setiap kali penisku kutekan dengan kuat ke dalam vagina ibu mertuaku, ibu terus saja berdesah, "Ooohh.., aahh.., Suur.., enaak.., terus, tekan yang kuaat sayaang".<br /><br />Aku tidak berlama-lama dengan posisi seperti ini. Kembali kehentikan gerakanku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya. Kulihat ibu hanya diam saja tanpa protes lagi dan lalu kukatakan pada ibu, "Buu.., coba ibu tengkurap dan nungging", kataku sambil kubantu membalikkan badan dan mengatur kaki ibu sewaktu nungging, "Aduuh.., Suur.., kamu kok macem-macem sih", komentar Ibu mertuaku. Aku tidak menanggapi komentarnya dan tanpa kuberi aba-aba penisku kutusukkan langsung masuk ke dalam vagina ibu serta kutekan kuat-kuat dengan memegang pinggangnya sehingga ibu berteriak, "Aduuh Suur, ooh", dan tanpa kupedulikan teriakan ibu, langsung saja kukocok penisku keluar masuk vaginanya dengan cepat dan kuat hingga membuat badan ibu tergetar ketika sodokanku menyentuh tubuhnya dan setiap kali kudengar ibu berteriak, "ooh.., ooh.., Suur", dan tidak lama kemudian ibu mengeluh lagi, "Suur.., Ibu capek Naak.., sudaah Suur.., Ibuu capeek", dan tanpa kuduga ibu lalu menjatuhkan dirinya tertidur tengkurap dengan nafasnya yang terengah-engah, sehingga mau tak mau penisku jadi keluar dari vaginanya.<br /><br />Tanpa mempedulikan kata-katanya, segera saja kubalik badan ibu yang jatuh tengkurap. Sekarang sudah tidur telentang lagi, kuangkat kedua kakinya lalu kuletakkan di atas kedua bahuku. Ibu yang kulihat sudah tidak bertenaga itu hanya mengikuti saja apa yang kuperbuat. Segera saja kumasukkan penisku dengan mudah ke dalam vagina ibu mertuaku yang memang sudah semakin basah itu, kutekan dan kutarik kuat sehingga payudaranya yang memang sudah aggak lembek itu terguncang-guncang. Ibu mertuaku nafasnya terdengar sangat cepat, "Suur.., jangaan.., kuat-kuat Naak.., badan ibu sakit semua", sambil memegang kedua tanganku yang kuletakkan di samping badannya untuk menahan badanku.<br /><br />Mendengar kata-kata ibu mertuaku, aku menjadi tersadar dan teringat kalau yang ada di hadapanku ini adalah ibu mertuaku sendiri dan segera saja kehentikan gerakan penisku keluar masuk vaginanya serta kuturunkan kedua kaki ibu dari bahuku dan langsung saja kupeluk badan ibu serta kuucapkan, "Maaf.., Buu.., kalau saya menyakiti Ibu, saya akan mencoba untuk pelan-pelan", segera saja ibu berucap, "Suur nggak apa-apa Nak, tapi Ibu lebih suka dengan posisi seperti ini saja, ayoo.., Suur mainkan lagi punyamu agar ibu cepat puaas".<br />"Iyaa.., Buu.., saya akan coba lagi", sahutku sambil kembali kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku keluar masuk vagina ibu dan kali ini aku lakukan dengan hati-hati agar tidak menyakiti badan ibu, dan ibu mertuakupun sekarang sudah mulai menggoyangkan pantatnya serta sesekali mempermainkan otot-otot di vaginanya, sehingga kadang-kadang terasa penisku terasa tertahan sewaktu memasuki liang vaginanya.<br /><br />Ketika salah satu payudara ibu kuhisap-hisap puting susunya yang sudah mengeras itu, ibu mertuaku semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan terdengar desahannya yang agak keras diantara nafasnya yang sudah mulai memburu, "oohh.., aahh.., Suur.., teruus.., ooh", seraya meremas-remas rambutku lebih keras. Akupun ikut mempercepat keluar masuknya penisku di dalam vaginanya.<br /><br />Goyangan pinggul ibu mertuakupun semakin cepat dan sepertinya sudah tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Disertai nafasnya yang semakin terengah-engah dan kedua tangannya dirangkulkan ke punggungku kuat-kuat, ibu mengatakan dengan terbata-bata, "Nak Suur.., aduuh.., Ibuu.., sudaah.., ooh.., mauu kelluaar". Aku sulit bernafas karena punggungku dipeluk dan dicengkeramnya dengan kuat dan kemudian ibu mertuaku menjadi terdiam, hanya nafasnya saja yang kudengar terengah-engah dengan keras dan genjotan penisku keluar masuk vaginanya. Untuk sementara aku hentikan untuk memberikan kesempatan pada ibu menikmati orgasmenya sambil kuciumi wajahnya, "Bagaimana.., Buu?, mudah-mudahan ibu cukup puas.<br /><br />Ibu mertuaku tetap masih menutup matanya dan tidak segera menjawab pertanyaanku, yang pasti nafas ibu masih memburu tetapi sudah mulai berkurang dibanding sebelumnya. Karena ibu masih diam, aku menjadi sangat kasihan dan kusambung pertanyaanku tadi di dekat telinganya, "Buu.., saya tahu ibu pasti capek sekali, lebih baik ibu istirahat dulu saja.., yaa?", seraya aku mulai mengangkat pantatku agar penisku bisa keluar dari vagina ibu yang sudah sangat basah itu. Tetapi baru saja pantatku ingin kuangkat, ternyata ibu mertuaku cepat-cepat mencengkeram pinggulku dengan kedua tangannya dan sambil membuka matanya, memandang ke wajahku, "Jangaan.., Suur.., jangan dilepas punyamu itu, ibu diam saja karena ingin melepaskan lelah sambil menikmati punyamu yang besar itu mengganjal di tempat ibuu, jangaan dicabut dulu.., yaa.., sayaang", terus kembali menutup matanya.<br /><br />Mendengar permintaan ibu itu, aku tidak jadi mencabut penisku dari dalam vagina ibu dan kembali kujatuhkan badanku pelan-pelan di atas badan ibu yang nafasnya sekarang sudah kelihatan mulai agak teratur, sambil kukatakan, "Tidaak.., Buu.., saya tidak akan mencabutnya, saya juga masih kepingin terus seperti ini", sambil kurangkul leher ibu dengan tangan kananku. Ibu hanya diam saja dengan pernyataanku itu, tetapi tiba-tiba penisku yang sejak tadi kudiamkan di dalam vaginanya terasa seperti dijepit dan tersedot vagina ibu mertuaku, dan tanpa sadar aku mengaduh, "Aduuh.., ooh.., Buu".<br />"Kenapa.., sayaang.., enaak yaa?", sahut ibu sambil mencium bibirku dengan lembut dan sambil kucium hidungnya kukatakan, "Buu.., enaak sekalii", dan seperti tadi, sewaktu ibu mertuaku mula-mula menjepit dan menyedot penisku dengan vaginanya, secara tidak sengaja aku mulai menggerakkan lagi penisku keluar masuk vaginanya dan ibu mertuakupun kembali mendesah, "ooh.., aah.., Suur.., teruus.., naak.., aduuh.., enaak sekali".<br /><br />Semakin lama gerakan pinggul ibu semakin cepat dan kembali kudengar nafasnya semakin lama semakin memburu. Gerakan pinggul ibu kuimbangi dengan mempercepat kocokan penisku keluar masuk vaginanya. Makin lama aku sepertinya sudah tidak kuat untuk menahan agar air maniku tetap tidak keluar, "Buu.., sebentar lagi.., sayaa.., sudaah.., mau keluaar", sambil kupercepat penisku keluar masuk vaginanya dan mungkin karena mendengar aku sudah mendekati klimaks, ibu mertuakupun semakin mempercepat gerakan pinggulnya serta mempererat cengkeraman tangannya di punggungku seraya berkata, "Suur.., teruuss.., Naak.., Ibuu.., jugaa.., sudah dekat, oohh.., ayoo Suur.., semproot Ibuu dengan airmuu.., sekaraang".<br />"Iyaa.., Buu.., tahaan", sambil kutekan pantatku kuat-kuat dan kami akhiri teriakan itu dengan berpelukan sangat kuat serta tetap kutekan penisku dalam-dalam ke vagina ibu mertuaku. Dalam klimaksnya terasa vagina ibu memijat penisku dengan kuat dan kami terus terdiam dengan nafas terengah-engah.<br /><br />Setelah nafas kami berdua agak teratur, lalu kucabut penisku dari dalam vagina ibu dan kujatuhkan badanku serta kutarik kepala ibu mertuaku dan kuletakkan di dadaku.Setelah nafasku mulai teratur kembali dan kuperhatikan nafas ibupun begitu, aku jadi ingat akan tugas yang diberikan oleh istriku.<br />"Buu.., apa ini yang menyebabkan ibu selalu marah-marah pada Bapak..?", tanyaku.<br />"Mungkin saja Suur.., kenapa Suur?", Sahutnya sambil tersenyum dan mencium pipiku.<br />"Buu.., kalau benar, tolong ibu kurangi marah-marahnya kepada Bapak, kasihan dia", ibu hanya diam dan seperti berfikir.<br />Setelah diam sebentar lalu kukatakan, "Buu.., sudah siang lho, seraya kubangunkan tubuh ibu serta kubimbing ke kamar mandi.<br /><br />Setelah peristiwa ini terjadi, ibu seringkali mengunjungi rumah kami dengan alasan kangen cucu dan anaknya Mur, tetapi kenyataannya ibu mertuaku selalu mengontakku melalui telepon di kantor dan meminta jatahnya di suatu motel, sebelum menuju ke rumahku. Untungnya sampai sekarang Istriku tidak curiga, hanya saja dia merasa aneh, karena setiap bulannya ibunya selalu mengunjung rumah kami.<br /><br /><br />TAMAT//////////////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-33659083994627702102009-02-16T20:42:00.001+07:002009-02-16T20:42:55.846+07:00Herry, Teganya Kau<div class="fullpost"> Saya ingin menceritakan pengalaman seks saya 8 tahun yang lalu, sekarang saya sudah berumur 22 tahun. Cerita ini mengenai mengapa saya kehilangan perawan saya untuk pertama kali. Semenjak itu, saya menjadi kesal dengan semua laki-laki tapi bukan berarti saya menjadi lesbi. Saya bukan lesbi tapi saya juga tidak mau mengenal laki-laki. Tidak tahu lagi apa itu namanya.<br /><br />Saya adalah cewek yang lumayan cantik karena saya memiliki hidung yang mancung dengan mata yang kecil dan lentik. Payudara saya cukup besar untuk cewek berumur 14 tahun saat itu. Saya tidak mempunyai pacar karena saya ingin belajar giat supaya saya bisa bersekolah di Philadelphia, United States setelah saya lulus SMA nanti. Saya memiliki kakak laki-laki yang usianya 2 tahun di atas saya. Namanya adalah Herry Susanto (Nama belakangnya bukan nama keluarga saya karena nama belakangnya adalah karangan saya saja). Dia satu sekolah dengan saya sehingga tiap hari Herry selalu menemani saya di sekolah. Saya tidak pernah berpikir kenapa dia sampai melakukan perbuatan maksiat itu terhadap saya apalagi saya adalah adik perempuannya satu-satunya.<br /><br />Saat itu kami berdua sedang libur setelah 2 minggu menjalankan ujian kenaikan kelas. Saya masih ingat sekali bahwa hari kejadian itu adalah hari senin. Saat itu saya sedang nonton VCD Donald Duck dan Mickey Mouse. Ketika saya sedang menonton film tersebut, tiba-tiba saya mau pipis sehingga saya meninggalkan TV untuk cepat-cepat pergi ke kamar mandi karena saya tidak mau ngompol di sofa di mana saya sedang tiduran karena saya bisa dimarahi mama nantinya.<br /><br />Saya lari ke kamar mandi dan langsung pipis. Itulah kesalahan saya yang fatal karena saya lupa menutup pintu. Sewaktu saya sedang pipis, kakak saya Herry datang tergopoh-gopoh. Saya yakin sekali bahwa Herry pasti habis memakai putaw atau jenis drugs yang lain karena saya sering melihat dia teler kalau habis pakai obat. Herry melihat saya sedang pipis dan saya membiarkan saja ketika dia masuk ke kamar mandi karena saya tidak ada perasaan curiga pada dia. Ketika dia masuk, tiba-tiba dia mengunci pintu kamar mandi dan tiba-tiba dia menyerang tubuh saya yang saat itu sedang pipis. Saya kaget dan hendak berteriak tetapi dengan cepat Herry menutup mulut saya dan mengancam mau membunuh saya kalau saya berteriak. Saya langsung menangis karena saya tidak mengerti kenapa kakak saya tega melakukan perbuatan bejad kepada saya.<br /><br />Saya cuma menangis saja menyaksikan Herry membuka pakaian dan celana dalam yang saya kenakan. Setelah saya tidak memakai busana apa-apa lagi, Herry langsung menciumi puting susu saya dengan ganasnya sementara jari-jarinya memainkan klitoris saya. Saya masih menangis karena saya masih tidak mengerti tetapi di lain pihak, saya mulai menikmati permainan kakak saya karena saya kadang-kadang mendesah di tengah tangisan saya, apalagi saya sempat merasakan pipis beberapa kali ketika Herry mulai menjilati liang kemaluan saya dan memainkan lidahnya di dalam lubang kemaluan saya. Saya yakin dia menelan semua cairan kewanitaan saya. Perasaan saya saat itu tidak karuan karena saya mulai menyenangi permainannya dan sekaligus benci dengan sikapnya yang telah memperkosa saya.<br /><br />Herry terus menjilati kemaluan saya dan saya sudah 2 kali merasakan ingin pipis tetapi saya tidak mengerti kenapa saya ingin pipis ketika dia menjilati kemaluan saya, saya merasakan kenikmatan yang maha dasyat. Tiba-tiba saya melihat Herry mulai membuka pakaiannya dan mulai mempersiapkan batang kemaluannya yang sudah mengacung sempurna. Herry langsung menciumi saya dan saya cuma bisa berkata, "Jangan.. jangan..", tetapi Herry diam saja dan mulai memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatan saya. Saya tahu saya masih perawan makanya saya meronta-ronta ketika dia mau memasukkan batang kemaluannya. Saya menampar pipinya tetapi dia malah membalas tamparan saya sehingga saya menjadi sangat takut waktu itu.<br /><br />Akhirnya saya cuma diam saja sambil menangis sementara Herry mulai mengarahkan batang kenikmatannya ke dalam liang kemaluan saya. Ketika batang kemaluan Herry mulai masuk ke dalam kemaluan saya, saya merasakan sakit yang amat sangat tetapi saya tidak bisa melakukan apa-apa karena saya sangat ketakutan apalagi saya tahu dia dalam pengaruh obat, jadinya dia tidak menyadari bahwa dia sedang menyetubuhi adiknya sendiri.<br /><br />Di saat Herry mulai memainkan batangannya di dalam lubang kenikmatan saya, saya merasakan ada cairan darah perawan yang keluar dari liang senggama saya yang sudah dirobek oleh kakak saya sendiri. Saya tiba-tiba menjadi tidak mengerti karena saya mulai menyukai goyangan batang kemaluannya di dalam liang kenikmatan saya karena secara otomatis saya mulai bergoyang-goyang mengikuti irama batang kemaluan Herry di dalam liang senggama saya walaupun saat itu saya masih menangis. Herry memeluk tubuh saya sambil terus menggenjot tubuh saya.<br /><br />Selama 20 menit Herry tetap menggenjot tubuh saya dengan tubuhnya dan batang kenikmatannya yang tertanam di dalam liang kemaluan saya. Saya mulai merasakan bahwa saya ingin pipis tetapi kali ini saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya tetapi rasanya enak sekali dan saya sama sekali tidak mengerti apa itu tetapi ketika saya mengeluarkan cairan nikmat saya, saya berteriak dan memeluk kakak saya erat-erat dan ketika saya memeluknya erat-erat, rupanya batang kemaluan kakakku sepertinya tertanam lebih dalam lagi di liang kenikmatan saya sehingga dia sepertinya mengeluarkan cairan dari dalam batang kelaminnya dan membasahi lapisan kemaluan saya. Setelah itu, herry melepaskan pelukan saya serta mencabut batang kemaluannya dari dalam liang kenikmatan saya dan kemudian meninggalkan saya seorang diri.<br /><br />Saya masih sempat melihat ada cairan bekas Herry yang masih menetes dari dalam lubang kemaluan saya. Saya hanya diam dan tiba-tiba saya menangis sedih karena harga diri saya telah dirusak oleh kakak saya sendiri. Sejak saat itu saya mulai membenci laki-laki, tetapi saya mulai mengenal seks karena ketika saya ingin sekali merasakan pipis nikmat, saya selalu melakukan masturbasi di kamar mandi atau bahkan di kamar tidur saya. Tapi tentunya saya selalu melakukannya kalau tidak ada orang di rumah. Sejak saat itu saya membenci kakak saya dan setiap kali ada lelaki yang mencoba mendekati saya, saya selalu mengolok-oloknya dengan kata-kata yang kasar sehingga satu persatu dari mereka menjauhi saya.<br /><br />Sekarang saya berada di Philadelphia dan banyak teman saya yang mengatakan bahwa saya ini termasuk cewek bodoh karena saya selalu menolak cowok baik-baik yang cakap dan pandai dan itu tidak terjadi sekali. Saya memang membenci laki-laki tetapi saya bukan lesbi karena ketika saya menghindari semua laki-laki di dalam hidup saya, ada seorang lesbi yang mendekati saya dan saya juga menghindarinya. Akibatnya persahabatan kami menjadi renggang dan dia mulai meninggalkan saya. Saya hanya dapat mencapai orgasme ketika saya melakukan masturbasi ketika saya sedang mandi atau sebelum tidur. Jadinya itu membuat saya berpikir, kenapa saya perlu laki-laki kalau saya bisa memuaskan nafsu saya dengan swalayan.<br /><br /><br />TAMAT\\\\\\\\\\\\<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-71225716655252482282009-02-16T20:41:00.000+07:002009-02-16T20:42:16.265+07:00Hanyut Oleh Mantra Pemikat Sukma<div class="fullpost"><br />Kisah ini kembali di kirimkan oleh Ayeng, koresponden saya yang mempercayakannya untuk di gubah. Thank Ayeng semoga puas dengan gubahan ini. Komentar dan saran emailkan pada nabirong_x @yahoo.com<br /><br />Sebagai seorang pimpinan cabang di suatu bank daerah,Yeni mendapat tugas di sebuah daerah yang baru menjadi kabupaten di propinsi Sumatera Barat . jika dipikir Yeni tidak suka di pindah ke pulau itu , namun tugasnya sebagai pegawai negeri, tidak bisa ditolak, bagaimanapun Yeni tidak ingin karir yang ia rintis , beberapa tahun ini harus habis Untuk itu mau tak mau ia harus berkorban dan rela meninggalkan suaminya yang juga bekerja. Mereka suami istri yang masih menjalani masa penganten baru.<br /><br />Untuk menuju kabupaten tersebut harus ditempuh melalui laut dan naik boat yang setiap minggunya hanya ada 1 kali pelayaran. Saat Yeni mulai menempati kantor barunya Beni ikut serta mengantar ke pulau itu, bagaimanpun ia kawatir akan istrinya yang memang cantik itu, apalagi kalau ia ingat saat menaiki boat , hampir semua mata anak buah boat itu memandang terkesima ke pada Yeni. namun Beni tidak mengambil peduli ia amat mendukung karir istrinya itu.<br /><br />Sesampai di pulau ,Yeni langsung menuju ke rumah dinasnya di pulau itu., yang mana kehidupan masyarakatnya memang tergolong masih terbelakang. Selama 1 minggu Beni berada di pulau itu, mendampingi istrinya yang mulai bekerja di kantor bank pemerintah daerah. Selama satu minggu itupun Beni selalu menyirami Yeni dengan kemesraan yang biasa mereka lakukan sebagai suami istri. Beni menyadari Yeni tidak akan bisa terlalu sering datang ke kota propinsi, maka jika ia rindu, Beni yang datang ke pulau itu untuk memberikan jatah sexnya dengan Yeni.<br /><br />Hingga satu saat Beni mendapatkan tugas belajar ke luar negeri dari kantornya , akibatnya mulai saat itu komunikasi mereka agak tersendat dan konsekuensinya bagi Yeni, tidak dapat menerima belaian dan kemesraan dari Beni seperti biasanya, hanya hubungan telpon yang mereka lakukan.<br /><br />Satu saat Yeni dengan teman-teman sesama karyawan di bank dimana ia bekerja pulang ke kota propinsi menggunakan kapal yang biasa mereka tumpangi. Ia diganggu oleh anak buah kapal yang memang sejak pertama kali Yeni datang, selalu memperhatikannya tindak tanduk Yeni. Salube namanya.<br /><br />Salube adalah penduduk asli di pulau itu. Salube selalu memperhatikan, mulai saat Yeni dating bersama Beni dan saat bersama 2 orang temannya yang seluruhnya perempuan yang akan pulang ke kota. Diantara mereka bertiga hanya Yeni yang amat mengundang hasrat para lelaki di atas kapal itu, sedang yang lainnya sudah pada berumur dan tidak menarik lagi untuk digoda.<br /><br />Memang, sosok Yeni, memang selain cantik, juga memiliki tubuh yang semampai, Saat ini Yeni berumur 27 tahun, berkulit putih dengan dada yang padat seimbang dengan bentuk tubuhnya, bentuk bibirnya juga bagus, seolah-olah mengundang setiap pria yang menatapnya untuk mengulumnya. Yeni memiliki leher yang jenjang dan di tengkuknya ditutupi oleh rambut halus sehingga menonjol sekali kecantikannya di tambah sepasang kaki yang panjang bak belalang. Sangat sempurna bak ciptaan seorang maestro pematung.<br /><br />Sedangkan Salube , hanya sebagai anak kapal sungguh amat bertolak belakang, selain kulitnya hitam, pendek dan mukanya amat menakutkan jika terus diperhatikan, belum lagi jika berpapasan baunya amat menyengat hidung.<br /><br />Selama perjalanan pulang itu Yeni tidak mengubris satupun godaan dari Salube. Yeni serasa mau muntah jika dekat Salube , namun Salube tetap menggodanya, untunglah saat itu jarak dengan kota telah dekat.<br /><br />Pada saat Yeni akan kembali ke pulau itu untuk kembali bekerja, mau tidak mau Yeni harus menumpang kapal yang sama. Dan sepanjang perjalanan Yeni amat takut terhadap Salube. Sebagai seorang wanita ia, tidak mungkin membentak Salube, namun Salube tak berhenti, selalu mencoba menggoda Yeni dengan kata kata rayuan, agar Yeni mau berteman dengannya.<br /><br />Yeni membuang muka, ingin rasanya ia mengadukan perbuatan Salube itu kepada nakhoda kapal itu , namun itu tidaklah mungkin, mengingat ia bekerja di daerah yang notabene kelahiran Salube. Akhirnya Yeni mencoba menerangkan ke pada Salube<br /><br />"Saya mohon jangan di ganggu, soalnya saya telah bersuami dan saya ke sini untuk bekerja , harap dimaklumi,, Yeni menerangkan. Salube hanya senyum, dan berkata,<br /><br />"Kak,, jangan sombong,, di pulau ini?segalanya bisa terjadi, saya tau suami kakak.. sedang tidak ada, namun tolong terima saya sebagai kawan dan anggap saya sahabat kakak..... : Salube menerangkan. Dengan marah Yeni meludah dan berkata<br /><br />“Apa,,, kata kamu...!! kamu kira kamu siapa.. kamu jangan ancam saya seperti itu?kamu bisa repot…bapak suami ku orang berpengaruh di kota, kamu bisa di tangkap tau!!?kata Yeni sengit. Lalu Salube berkata?<br /><br />“Baiklah kita lihat saja dalam beberapa waktu nanti kakak pasti bertekuk lutut ke saya minta belas kasian …” kata Salube berlalu. Merah padam wajahnya menahan emosi. Belum pernah ia dipermalukan seperti itu apalagi ini seorang wanita muda. Yeni diam memperhatikan dengan sudut matanya Salube berlalu dan tak pedulikan ancaman Salube.<br /><br />Setelah kejadian itu, seperti biasa Yeni bekerja dan tetap melakukan aktifitasnya di kantornya, Jarak rumah dan kantornya tidaklah jauh hanya 5 menit biasa di tempuhnya berjalan kaki. Itu sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari.<br /><br />Suatu ketika ia bergegas hendak pulang, melangkah terburu-buru keluar dari gedung kantornya. Sesampai diluar kantornya Yeni berpapasan dengan Salube, yang saat itu juga berjalan seorang diri. Cepat Yeni memalingkan muka tidak ingin bertatapan mata dengan Salube. Tak terpikirkan sedikitpun saat itu Salube baru saja kembali dari tempat gurunya untuk minta ramuan pemikat sukma, bagaimanapun ia amat sakit hati di lecehkan Yeni.<br /><br />Dengan mantra dari gurunya Salube mencoba memanggil nama Yeni?Yeni yang sebelumnya melengos,?saat di panggil Salube?terdiam berpaling dan berhenti. Salube berkata,<br /><br />?Yeni kamu mau kemana?...? Entah kenapa Yeni yang sebelumnya amat membenci Salube dan jijik kepadanya? mendadak menjawab pertanyaan Salube?<br /><br />“Saya mau pulang ke rumah?sahut Yeni.<br />"Boleh saya antar ke rumah? ?Salube berkata.<br />“Silahkan jika tidak keberatan??<br /><br />Semua kebencian Yeni saat itu telah sirna dan rasa simpatinya muncul, Yeni tidak menyadari bahwa sukmanya telah dibawah pengaruh Salube. Lelaki itu pun menjejeri langkah wanita muda yang cantik itu. Kekakuan mereka telah cair.<br /><br />Sesampainya di rumah dinasnya , Yeni menyilahkan Salube masuk,<br /><br />"Silahkan masuk be, duduk saja dulu ya?saya kebelakang dulu..?kata Yeni, sambil menutupkan kembali pintu rumah dinasnya yang terletak terpisah agak jauh dari rumah penduduk lainnya. Salube pun duduk di ruang tamu sambil terus membaca mantra. Hanya satu keinginannya membalas sakit hatinya, dengan menaklukkan Yeni.<br /><br />Di pulau itu Salube amat di takuti, dengan bantuan gurunya hampir telah banyak wanita di pulau itu yang ia gauli. Di pulau itu tidak satupun orang yang berani menghentikan perbuatan Salube, ia juga pernah mengauli seorang dokter yang di tugaskan ke pulau itu beberapa tahun lalu namun sang dokter yang baru itu akhirnya pindah tugas ke kota.<br /><br />Salubepun pernah mengintip saat Yeni berhubungan badan dengan suaminya. Mungkin hal itulah salah satu faktor yang mendorong Salube ingin mencicipi Yeni, wanita tercantik yang pernah ditemuinya<br /><br />Beberapa saat kemudian Yeni datang dan membawa air minum untuk Salube,<br /><br />"Diminum airnya ya be?Lalu Yeni duduk di depan Salube, sambil bertanya,<br />“Dari mana saja be ??<br />“Saya dari kapal" jawab Salube.<br /><br />Yeni belum sempat salin pakaian kerjanya. Kadang di tengah pembicaran mereka yang akrab tak sengaja rok kerja Yeni tersingkap. Dan terlihat samar cd merah Yeni oleh Salube. Yeni tidak menyadari bahwa sejak tadi ujung mata Salube tal lepas dari belahan paha Yeni. Yeni terus saja berbicara mengenai kegiatan kantornya. Salube menyela,<br /><br />“Yen tukar aja dulu pakaian kamu?". Yeni terdiam, berdiri seperti perintah Salube. Tak ada sedikitpun dalam pikirannya yang mempertanyakan perbuatannya. Ia lalu melangkah perlahan kekamar. Salube mengikuti di belakang, Yeni tak berkehendak sedikitpun melarang Salube mengikutinya ke kamar. Padahal secara logika tidaklah mungkin seorang istri yang baik membiarkan laki-laki yang bukan suaminya memasuki kamar tidurnya. Tetapi dengan semua mantra yang di punyai Salube hal itu menjadi mungkin. Mantra pemikat sukma yang di gunakan Salube telah bekerja dengan baik sesuai keinginannya.<br /><br />Dikamar, Yeni lalu membuka blouse kerjanya bagian atas. Salube terus memperhatikan dengan seksama, sambil jakunnya naik turun, tak lama lagi Yeni akan berada di dekapannya. Setelah blouse terlepas dari tubuh Yeni yang meninggalkan bh pink 34b yang masih melekat pada tempatnya.<br /><br />Lalu Salube melangkah ke arah Yeni, menjejeri wanita muda itu. Dari belakang ia belai bahu dan tengkuk Yeni yang putih licin itu. Bulu-bulu halus di tengkuk Yeni ia ciumi dengan mulutnya sehingga aroma parfum Yeni yang telah bercampur bau tubuh Yeni menambah nafsu Salube.<br /><br />Yeni memejamkan mata. Tunduk pada pengaruh gairah Salube. Beni suaminya tidak ada lagi di benaknya. Sebelah tangan lelaki hitam itu turun di sepanjang garis punggung Yeni, terhenti pada karet BH, Salube menarik pengait bh Yeni itu, melepaskan dan membuangnya ke lantai !!! Sehingga kedua payudara Yeni menjadi terbuka. Kedua tangan Salube mendekap tubuh outih itu dari belakang, menjalar di permukaan buah dada yang licin tersebut, meremas dan memilin puting susu dengan gerakan tak terburu-buru.<br /><br />“Ahh……………………”desah lirih Yeni menimpali rangsangan yang diterimanya dari setiap gerakan Salube. Sementara mulut Salube terus menciumi leher jenjang yang terawat itu, rambut Yeni ia sisipkan ke pinggir agar dengan mudah ia menciumi tengkuk dan leher yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Segera yeni terbakar gairahnya, tubuhnya melemas, menggigil dalam dekapan Salube. Segera Salube pun bertindak, memapah tubuh bertelanjang dada tersebut ke ranjang yang ada di kamar Yeni.<br /><br />Ia rebahkan tubuh mulus Yeni yang mulai di perciki keringat keluar dari setiap, pori pori tubuhnya yang mulai mengembang. Demikian pula Salube pun ikut naik ke ranjang. Tangan kasarnya kembali menjalar dan membelai dada putih yang membusung itu sehingga memerah .Yeni telah melupakan ketakutanya kepada Salube, lupa bahwa ia adalah isteri sah Beni, lupa pada adapt- adapt ketimurannya !!! Anehnya ia juga tidak merasa jijik kepada Salube, buktinya saat itu dengan leluasa Salube menjamah tubuh mulusnya dengan rakus.<br /><br />“Mhhh……………be..?desis Yeni saat Salube berpindah kekaki Yeni ,ia ciumi jari kaki itu, lalu naik ke betis dan menuju lutut dan paha Yeni. Ini amat membangkitkan gairahnya yang tak terpenuhi akhir-akhir ini. Yeni hanya pasrah, membiarkan Salube yang ambil peranan mengeksplorasi seluruh penjuru tubuhnya saat itu.<br /><br />Kini tangan Salube menarik rok kerja Yeni yang masih melekat, meloloskannya melewati batang pahanya yang putih. Setelah rok itu terlepas ,lalu terpampanglah sepasang paha jenjang yang di tutupi segi tiga pengaman bewarna merah pada pertemuannya. Cd merah itupun lalu mengikuti nasib rioknya Yeni. Diturunkan Salube dari kedua kaki Yeni hingga terlihatlah sejumbut bulu halus yang menutupi lobang vagina Yeni. Dengan jari tangan Salube beraksi pada tempat itu. Liang itu ia korek, mengurut belahan basahnya, berulang-ulang.<br /><br />“Ahhh……………………??Yeni merasakan dirinya terbang keawang awang.<br /><br />Lalu Salube bergerak lagi, daging kecil di belahan vagina Yeni ia pilin. Dan liang itupun kini telah basah, menandakan sang empunya terseret daloam gairah yang timbul Sementara itu tubuh Yeni yang telanjang telah berkeringat menandakan Yeni telah terangsang hebat. Tubuh putih itu berkali-kali menggerinjal-gerinjal, Rambut legam Yeni yang panjang telah acak-acakan, semrawut oleh gerakan liarnya. Salube berhenti, bergerak melucuti seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya. Melangkah mendekat Yeni yang terbaring lesu. Mendekatkan penisnya ke wajah Yeni,<br /><br />“Yennn pegang ini punya saya??Yeni diam meragu, tak yakin ia mencoba memegangnya, mengelusnya perlahan mengikitu bentuk panjangnya. Memandang amat takjub, penis Salube amat besar dan panjang, berwarna hitam dengan kepala bajanya cukup lebar. Bergidik ia membayangkan miliknya yang berliang kecil dan belum pernah melahirkan. Milik suaminya saja tidaklah terlalu panjang dan besar. Sambil merebahkan dirinya berlawanan arah Salube mulai beraksi pada vagina yeni, menciumi dan menjilati dengan rakusnya belahan yang basah di sela paha Yeni itu. Menjulurka lidah kasapnya mencucupi liang yang di kelilingi rambut halus tersebut. Dan Salube meminta Yeni bertindak sama seperti dirinya, mengulum penis hitam yang telah menjulang di depan wajahnya, siap tembak?<br /><br />Dengan sedikit jijik Yeni membawa penis Salube itu ke mulutnya dan mulai menjilatinya dan mengulumnya maju mundur. Sedang Salube terus memainkan liang kemaluan Yeni, menemulan daging kecil di dalamnya yang langsung dipilin dengan lidahnya itu. Sesekali tangannya naik keatas meremas buahdada Yeni yang bergoyang karena gerakan tubuh Yeni menahan gairah. Kurang lebih 18 menit Yeni di perlakukan seperti itu dan telah dua kali pula mengalami orgasme, Sedamg Salube yang memiliki ketahanan yang bagus, baru saat memasuki waktu ke 20 menit ia tak kuasa bertahan, menyemburkankan spermanya di mulut Yeni.<br /><br />“Arrgh……………………..”geram Salube menandai finis yang telah di capainya. Tubuhnya kejang menekan kepala Yeni agar tetap pada selangkangannya. Dan kembali tubuhnya melemas. Segera sesaat setelah semuanya tumpah ruah di mulut Yeni. Yeni langsung berdiri, berlari kecil ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi mulutnya karena jijik, sebagain sperma Salube yang sempat tertelan olehnya.<br /><br />Salube diam menunggu Yeni di tempat tidur sambil megelus kembali penisnya supaya tegak kembali untuk siap pada permainan yang sesungguhnya.. Ia yakin Yeni tidak akan kuasa menolak pengaruhnya.<br /><br />Beberapa saat kemudian Yeni kembali masuk ke kamar dan duduk di pinggiran ranjang. Salube kembali merangsang nafsu Yeni dengan memilin puting buahdada Yeni sehingga puting itu tegak menantang menandakan Yeni sudah kembali bergairah. Lalu tangan Salube merengkuh pinggang Yeni dan salah satu jarinya telah amblas masuk ke dalam lobang vagina Yeni. Yeni tak menghentikan perbuatan Salube. Gairah yang tadi melandanya kini telah kembali, mengoda hasrat kewanitaannya yang belum tersalurkan seutuhnya.<br /><br />“Ouhhh…………?be..lagi..?rintih Yeni tunduk pada keinginan tubuhnya yang dibawah pengaruh mantra pemikat sukma yang di miliki Salube.<br /><br />Salube menginginkan permainan ranjang iitu lanjutkan dengan penetrasi. Kemudian Salube merengkuh sebuah bantal dan meletakkannya di bawah pinggul Yeni, sehingga belahan vagina Yeni terbuka menantang, namun Yeni kembali menutupkannya dengan merapatkan kedua kakinya, sambil berkata,<br /><br />“Be,,, saya tak ingin kamu masukan punyamu ke dalam, saya takut hamil saat ini saya tidak memakai alat kb..? Yeni yang meskipun tengah di liputi nafsu masih sempat berpikir untuk tidak mau beresiko dengan hubungan sex dengan Salube, ia kawatir akan hamil, jika dengan Beni ia tidak ambil peduli. Ia masih menginginkan hubungannya dengan Beni tetap normal dan tetap setia dengan lembaga perkawinannya. Lalu Salube berkata,<br /><br />“Tenang saja , kamu tak kan hamil?.percayalah, nah buka lagi Yennn? ?sambil tangannya menyibakkan kedua kaki Yeni yang berbetis indah itu. Setelah kedua kaki Yeni terbuka , lalu ia lipat ke atas ke dada Yeni dan penisnya yang sedari tadi telah tegak menjulang ia arahkan ke bibir vagina Yeni.<br /><br />Agak hati-hati ia geserkan penisnya menyusuri belahan vertikal itu, menempatka kepal bajanya di permukaan belahan milik yeni. Yeni hanya dapat menahan nafas, menyadari sebentar lagi vaginanya akan di aduk - aduk penis Salube yang amat kekar itu. Salube mendorong, meyibakkan belahan vagina Yeni dengan kepala penisnya, memaksa vagina sempit itu membuka, menerima batang liat yang tak berhenti mendesak masuk.<br /><br />“Ufhhhh………………?.Be..?erang Yeni, merasakan vaginanya membuka di luar biasanya, memaksa daging lembut itu meregang semaksimal mungkin. Penis Salube telah terbenam setengahnya dan ia tak berhenti mendorong, Yeni sesengukkan menahan perih di liangnya<br /><br />“…auuggggghhhhh,,,,,auuuuuhhh,, sakit... Salube!!....?keluh Yeni. Salube tidak memperdulukan kesakitan Yeni, menggenjot terus pinggulnya sehingga seluruh penisnya masuk terbenam kedalam vagina Yeni.<br /><br />“Ahhhh……………….Be..?jerit Yeni. Penis Salube amblas di telan belahan vaginanya. Menyentuh dasar liang tersebut. Salube mulai menggenjot membuat Yeni amat tersiksa karenanya, inilah saat-saat yang diingini Salube,, ia penasaran saat melihat Yeni bersetubuh dengan suaminya , amat mempesona Salube, maka terus ia genjot, telah 20 menit waktu berlalu. Yeni hanya merintih, mengerang antara rasa ngilu dan kesangat ?nikmatan yang tercipta oleh gesekan dinding dalam vaginanya yang digosok oleh batang liat Salube. Bergerak seperti piston sebuah mesin, naik turun dalam ritme yang teratur. Tubuhnya seolah di paku di ranjang oleh penis kekar Salube.<br /><br />Salube berkehendak melampiaskan nafsunya ke pada Yeni karena amat cemburu saat melihat Yeni bersebadan dengan Beni, di kamar dan ranjang yang sama. Bagaimanapun Salube termasuk type laki2 hypersex yang sanggup bertahan lama dalam berhubungan sex, apalagi dengan wanita secantik Yeni nafsunya makin menggila.<br /><br />Erangan dan rintihan disela kecipak pertemuan kelamin mereka silih berganti berkecap-kecap. Saling memacu berkejaran di sirkuit birahi, bersigegas mencapai finish. Keringat membasahi ke dua tubuh telanjang yang amat kontras itu, sedang berdempet ketat. Tubuh putih mulus Yeni di tunggangi oleh tubuh hitam yang berbulu milik Salube.<br /><br />“Ahh?.Ahh…….Ah..”pekik yeni berulang kalim Kedua matanya tak menampakkan bagian hitamnya . Menngelepar dalam kehampaan yang melambungkan perasaanya.<br /><br />Pada menit ke 25……<br /><br />Setelah entah ke berapa kalinya Yeni menggelepar di landa puncak klimaks, yang tak pernah ia dapatkan dari Beni suaminya barulah Salube menyemburkan kan spermanya yang banyak kedalam vagina Yeni, diikuti dengan sentakan-sentakan tubuhnya mendorong. Membenamkan penisnya sedalam mungkin pada otot halus vagina Yeni yang bergerak memijit dan mengurut.dalam klimaksnya. Sedang Yeni sejak tadi telah beberapa kali mengalami klimax orgasme, telah lemas sehingga ia tidak menyadari bahwa Salube telah menumpahkan spermanya dalam rahimnya. Setelah itu Salube terhempas menggelosoh di atas tubuh Yeni yang mulus itu dengan penis yang masih di dalam vagina Yeni.<br /><br />Salube lalu tertidur beberapa saat, sedang di luar rumah mereka hari hujan dengan deras. Menjelang pagi Salube, maupun Yeni kembali mengulang permainan ranjang itu. Yeni yang awalnya malu-malu dan amat jijik kepada Salube, sejak saat itu aktif ikut mengambil peranan dalam memuaskan nafsunya. Tidak segan-segan Yeni kini mengulum dan menjilati setiap inci tubuh Salube. tidak kecuali penis Salube. Sejak kejadian itu mereka selalu melakukan hubungan sex di setiap kesempatan. Mereka melakukannya di rumah Yeni atau di gubuk Salube di hutan bakau pulau itu.<br /><br />Perbuatan Yeni ini tidak ada yang mengetahui, tidak jugah temannya di bank, hanya ia dan Salube yang mengetahui sampai dimana affair mereka.<br /><br />Selama Beni masih tugas belajar di luar negeri, Yeni dan Salube tidak pernah absen melakukan hubungan sex. Yeni menyadari, kawatir akan hamil namun Salube menuturkan bahwa ia telah melakukan sterilisasi, sehingga Yeni tidak akan hamil.<br /><br />Sampai Beni pulang dari luar negeri pun Yeni tetap melayani Salube, baginya Salube amat perkasa dan jantan.<br /><br /><br />TAMAT/////////////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-59337977450989141902009-02-16T20:40:00.000+07:002009-02-16T20:41:09.231+07:00Guru Ku Yang Liar<div class="fullpost"><br />Memiliki rupa yang cantik tidak selamanya menguntungkan. Memang banyak lelaki yang tertarik, atau mungkin hanya sekedar melirik. Ada kalanya wajah menentukan dalam mendapatkan posisi di suatu pekerjaan. Atau bahkan wajah dapat dikomersiilkan pula.<br />Tapi aku tidak pernah mengharapkan wajah yang cantik seperti yang kumiliki saat ini. Aku juga tidak pernah menghendaki tinggi badan 163 centimeter dengan berat 52 kilogram. Tidak juga kulit putih merona dengan dada ukuran 36B. Tidak! Sungguh, semua itu justru membawa bencana bagiku.<br />Bagaimana tidak bencana. Karena postur tubuh dan wajah yang bisa dinilai delapan, aku beberapa kali mengalami percobaan pemerkosaan. Paling awal ketika aku masih duduk di bangku esempe kelas tiga. Aku hampir saja diperkosa oleh salah seorang murid laki-laki di toilet. Murid laki-laki yang ternyata seorang alkoholik itu kemudian dikeluarkan secara tidak hormat dari sekolah. Tapi akupun akhirnya pindah sekolah karena masih trauma.<br />Di sekolah yang baru pun aku tak bisa tenang karena salah seorang satpamnya sering menjahilin aku. Kadang menggoda-goda, bahkan pernah sampai menyingkap rokku ke atas dari belakang. Sampai pada puncaknya, aku digiring ke gudang sekolah dengan alasan dipanggil oleh salah seorang guru. Untung saja waktu itu seorang temanku tahu gelagat tak beres yang tampak dari si Satpam brengsek itu. Ia dan beberapa teman lain segera memanggil guru-guru ketika aku sudah mulai terpojok. Aku selamat dan satpam itu meringkuk sebulan di sel pengap.<br /><br />Dua kali menjadi korban percobaan pemerkosaan, orang tuaku segera mengadakan upacara ruwatan. Walaupun papa mamaku bukan orang Jawa tulen (Tionghoa), tapi mereka percaya bahwa upacara ruwatan bisa menolak bahaya.<br />Selama dua tahun aku baik-baik saja. Tak ada lagi kejadian percobaan pemerkosaan atas diriku. Hanya kalau colak-colek sih memang masih sering terjadi, tapi selama masih sopan tak apalah. Tapi ketika aku duduk di bangku kelas tiga esemu. Kejadian itu terulang lagi. Teman sekelasku mengajakku berdugem ria ke diskotik. Aku pikir tak apalah sekali-kali, biar nggak kuper. Ini kan Jakarta, pikirku saat itu. Aku memang tak ikut minum-minum yang berbau alkohol, tapi aku tak tahu kalau jus jeruk yang aku pesan telah dimasuki obat tidur oleh temanku itu. Waktu dia menyeretku ke mobilnya aku masih sedikit ingat. Waktu dia memaksa menciumku aku juga masih ingat. Lalu dengan segala kekuatan yang tersisa aku berusaha berontak dan menjerit-jerit minta tolong. Aku kembali beruntung karena suara teriakanku terdengar oleh security diskotik yang kemudian datang menolongku.<br />Sejak itu aku merasa tak betah tinggal di Jakarta. Akhirnya aku segera dipindahkan ke Yogyakarta, tinggal bersama keluarga tanteku sambil terus melanjutkan sekolah. Awalnya ketenangan mulai mendatangiku. Hidupku berjalan secara wajar lurus teratur. Tanpa ada gangguan yang berarti, apalagi gangguan kejiwaan tentang trauma perkosaan. Aku sibuk sekolah dan juga ikutan les privat bahasa Inggris.<br />Tapi memasuki bulan kelima peristiwa itu benar-benar terjadi. Aku benar-benar diperkosa. Dan yang lebih kelewat batas. Bukannya lelaki yang memperkosaku, tapi wanita. Yah, aku diperkosa lesbian!! Dan lebih menyakitkan, yang melakukannya adalah guru privatku sendiri. Namanya Jude Kofl. Umurnya 25 tahun, tujuh tahun diatasku. Ia orang Wales yang sudah tujuh tahun menetap di Indonesia. Jadi Jude, begitu aku memanggilnya, cukup fasih berbahasa Indonesia. Jude tinggal tak sampai satu kilometer dari tempatku tinggal. Aku cukup berjalan kaki jika ingin ke rumah kontrakannya.<br />Kejadian itu bermula pada saat aku datang untuk les privat ke tempat Jude. Kadangkala aku memang datang ke tempat Jude kalau aku bosan belajar di rumahku sendiri, itupun kami lakukan dengan janjian dulu. Sebelum kejadian itu aku tidak pernah berpikiran macam-macam ataupun curiga kepada Jude. Sama sekali tidak! Memang pernah aku menangkap basah Jude yang memandangi dadaku lekat-lekat, pernah juga dia menepuk pantatku. Tapi aku kira itu hanya sekedar iseng saja.<br />Siang itu aku pergi ke tempat Jude. Ditengah jalan tiba-tiba hujan menyerang bumi. Aku yang tak bawa payung berlari-lari menembus hujan. Deras sekali hujan itu sampai-sampai aku benar-benar basah kuyup. Sampai di rumah Jude dia sudah menyongsong kedatanganku. Heran aku karena Jude masih mengenakan daster tipis tak bermotif alias polos. Sehingga apa yang tersimpan di balik daster itu terlihat cukup membayang. Lebih heran lagi karena Jude menyongsongku sampai ikut berhujan-hujan.<br />“Aduh Mel, kehujanan yah? Sampai basah begini..?sambutnya dengan dialek Britishnya.“Jude, kenapa kamu juga ikut-ikutan hujan-hujanan sih, jadi sama-sama basah kan.”“Nggak apa-apa nanti saya temani you sama-sama mengeringkan badan.?<br />Kami masuk lewat pintu garasi. Jude mengunci pintu garasi, aku tak menaruh kecurigaan sama sekali. Bahkan ketika aku diajaknya ke kamar mandinya, aku juga tak punya rasa curiga. Kamar mandi itu cukup luas dengan perabotan yang mahal, walau tak semahal milik tanteku. Di depanku nampak cermin lebar dan besar sehingga tubuh setiap orang yang bercermin kelihatan utuh.<br />“Ini handuknya, buka saja pakaian you. Aku ambilkan baju kering, nanti you masuk angin.”Jude keluar untuk mengambil baju kering. Aku segera melepas semua pakaianku, kecuali CD dan BH lalu memasukkannya ke tempat pakaian kotor di sudut ruangan.<br />“Ini pakaiannya,”Aku terperanjat. Jude menyerahkan baju kering itu tapi tubuh Jude sama sekali tak memakai selembar kain pun. Aku tak berani menutup muka karena takut Jude tersinggung. Tapi aku juga tak berani menatap payudara Jude yang besar banget. Kira-kira sebesar semangka dan nampak ranum banget, tanda ingin segera dipetik. Berani taruhan, milik Jude nggak kalah sama milik si superstar Pamela Anderson.<br />“Lho kenapa tidak you lepas semuanya??tanya Jude tanpa peduli akan rasa heranku.“Jude, kenapa kamu nggak pakai baju kayak gitu sih?”Jude hanya tersenyum nakal sambil sekali-sekali memandang ke arah dadaku yang terpantul di cermin. Kemudian Jude melangkah ke arahku. Aku jadi was-was, tapi aku takut. Aku kembali teringat pada peristiwa percobaan pemerkosaanku.<br />Jude berdiri tegak di belakangku dengan senyum mengembang di bibir tipisnya. Jemarinya yang lentik mulai meraba-raba mengerayangi pundakku.“Jude! Apa-apaan sih, geli tahu!”Aku menepis tangannya yang mulai menjalar ke depan. Tapi secepat kilat Jude menempelkan pistol di leherku. Aku kaget banget, tak percaya Jude akan melakukan itu kepadaku.<br />“Jude, jangan main-main!?aku mulai terisak ketakutan.“It’s gun, Mel and I tak sedang main-main. Aku ingin you nurut saja sama aku punya mau.?Ujar Jade mendesis-desis di telinga Jade.“Maumu apa Jude?”“Aku mau sama ini.. ini juga ha..ha..”“Auh..?<br />Seketika aku menjerit ketika Jude menyambar payudaraku kemudian meremas kemaluanku dengan kanan kirinya. Tahulah aku kalau sebenarnya Jude itu sakit, pikirannya nggak waras khususnya jiwa sex-nya. Buah dadaku masih terasa sakit karena disambar jemari Jude. Aku harus berusaha menenangkan Jude.“Jude ingat dong, aku ini Melinda. Please, lepaskan aku..”“Oh.. baby, aku bergairah sekali sama you.. oh.. ikut saja mau aku, yah..?Jude mendesah-desah sambil menggosok-gosokkan kewanitaannya di pantatku. Sedangkan buah dadanya sudah sejak tadi menempel hangat di punggungku. Matanya menyipit menahan gelegak birahinya.<br />“Jude, jangan dong, jangan aku..”Muka Jude merah padam, matanya seketika terbelalak marah. Nampaknya ia mulai tersinggung atas penolakanku. Ujung pistol itu makin melekat di dekat urat-urat leherku.<br />“You can choose, play with me or.. you dead!”Aah.. Dadaku serasa sesak. Aku tak bisa bernafas, apalagi berfikir tenang. Tak kusangka ternyata Jude orang yang berbahaya.“Okey, okey Jude, do what do you want. Tapi tolong, jangan sakiti aku please..?rintihku membuat Jude tertawa penuh kemenangan.<br />Wajah wanita yang sebenarnya mirip dengan Victoria Beckham itu semakin nampak cantik ketika kulit pipinya merah merona. Jude meletakkan pistolnya di atas meja. Kemudian dia mulai menggerayangiku.<br />Jude mulai mencumbui pundakku. Merinding tubuhku ketika merasakan nafasnya menyembur hangat di sekitar leherku, apalagi tangannya menjalar mengusap-usap perutku. Udara dingin karena CD dan BHku yang basah membuatku semakin merinding.<br />Jemari Jade yang semula merambat di sekitar perut kini naik dan semakin naik. Dia singkapkan begitu saja BHku hingga kedua bukit kembarku itu lolos begitu saja dari kain tipis itu. Setiap sentuhan Jade tanpa sadar aku resapi, jiwaku goyah ketika jari-jari haus itu mengusap-usap dengan lembut. Aku tak tahu kalau saat itu Jade tersenyum menang ketika melihatku menikmati setiap sentuhannya dengan mata tertutup.<br />“Ah.. ehg.. gimana baby sweety, asyik??kata Jude sambil meremas-remas kedua buah dadaku.“Engh..?hanya itu yang bisa aku jawab. Deburan birahiku mulai terpancing.“Engh..?aku mendongak-dongak ketika kedua puting susuku diplintir oleh Jude “Juude..ohh..?<br />Aku tak tahan lagi kakiku yang sejak tadi lemas kini tak bisa menyangga tubuhku. Akupun terjatuh ke lantai kamar mandi yang dingin. Jude langsung saja menubrukku setelah sebelumnya melucuti BH dan CDku. Kini kami sama-sama telah telanjang bagai bayi yang baru lahir.<br />“You cantik banget Mel, ehgh..?Jude melumat bibirku dengan binal.“Balaslah Mel, hisaplah bibirku.”Aku balas menghisapnya, balas menggigit-gigit kecil bibir Jude. Terasa enak dan berbau wangi. Jude menuntun tanganku agar menyentuh buah dadanya yang verry verry montok. Dengan sedikit gemetar aku memegang buah dadanya lalu meremas-remasnya.<br />“Ah.. ugh.. Mel, oh..?Jude mendesis merasakan kenikmatan remasan tanganku. Begitupun aku, meletup-letup gairahku ketika Jude kembali meremas dan memelintir kedua bukit kembarku.“Teruslah Mel, terus ..”Lalu Jude melepaskan ciumannya dari bibirku.“Agh.. Oh.. Juude..”Aku terpekik ketika ternyata Jude mengalihkan cumbuannya pada buah dadaku secara bergantian. Buah dadaku rasanya mau meledak.“Ehg.. No!!?teriakku ketika jemari Jude menelusuri daerah kewanitaanku yang berbulu lebat.“Come on Girl, enjoy this game. Ini masih pemanasan honey..?<br />Pemanasan dia bilang? Lendir vaginaku sudah mengucur deras dia bilang masih pemanasan. Rasanya sudah capek, tapi aku tak berani menolak. Aku hanya bisa pasrah menjadi pemuas nafsu sakit Jude. Walau aku akui kalau game ini melambungkan jiwaku ke awang-awang.<br />Jude merebahkan diri sambil merenggangkan kedua pahanya. Bukit kemaluannya nampak jelas di pangkal paha. Plontos licin. Lalu Jude memintaku untuk mencumbui vaginanya. Mulanya aku jijik, tapi karena Jude mendorong kepalaku masuk ke selakangannya akupun segera menciumi kewanitaan Jude. Aroma wangi menyebar di sekitar goa itu. Lama kelamaan aku menciuminya penuh nafsu, bahkan makin lama aku makin berani menjilatinya. Juga mempermainkan klitnya yang mungil dan mengemaskan.“Ahh.. uegh..?teriak Jude sedikit mengejan.Lalu beberapa kali goa itu menyemburkan lendir berbau harum.“Mel, hisap Mel.. please..?rengek Jude.Sroop.. tandas sudah aku hisap lendir asin itu.Suur.. kini ganti vaginaku yang kembali menyemburkan lendir kawin.“Jude aku keluar..?ujarku kepada Jude.“Oya??Jude segera mendorongku merebah di lantai. Lalu kepalanya segela menyusup ke sela-sela selakanganku.<br />Gadis bule itu menjilati lendir-lendir yang berserakan di berbagai belantara yang tumbuh di goa milikku. Aku bergelinjangan menahan segala keindahan yang ada. Jude pandai sekali memainkan lidahnya. Menyusuri dinding-dinding vaginaku yang masih perawan.“Aaah..?kugigit bibirku kuat kuat ketika Jude menghisap klit-ku, lendir kawinkupun kembali menyembur dan dengan penuh nafsu Jude menghisapinya kembali.“Mmm.. delicious taste.?Gumamnya.Jude segera memasukkan batang dildo yang aku tak tahu dari mana asalnya ke dalam lubang kawinku.<br />“Ahh..!! Jude sakit..”“Tahan sweety.. nanti juga enak..?<br />Jude terus saja memaksakan dildo itu masuk ke vaginaku. Walaupun perih sekali akhirnya dildo itu terbenam juga ke dalam vaginaku. Jude menggoyang-goyangkan batang dildo itu seirama. Antara perih dan nikmat yang aku rasakan. Jude semakin keras mengocok-ngocok batang dildo itu. Tiba-tiba tubuhku mengejang, nafasku bagai hilang. Dan sekali lagi lendir vaginaku keluar tapi kali ini disertai dengan darah. Setelah itu tubuhku pun melemas.<br />Air mataku meleleh, aku yakin perawanku telah hilang. Aku sudah tak pedulikan lagi sekelilingku. Sayup-sayup masih kudengar suara erangan Jude yang masih memuaskan dirinya sendiri. Aku sudah lelah, lelah lahir batin. Hingga akhirnya yang kutemui hanya ruang gelap.<br />Esoknya aku terbangun diatas rajang besi yang asing bagiku. Disampingku selembar surat tergeletak dan beberapa lembar seratus ribuan. Ternyata Jude meninggalkannya sebelum pergi. Dia tulis dalam suratnya permintaan maafnya atas kejadian kemarin sore. Dan dia tulis juga bahwa dia takkan pernah kembali untuk menggangguku lagi. Aku pergi dari rumah kontrakan terkutuk itu seraya bertekad akan memendam petaka itu sendiri.<br /><br /><br />TAMAT/\\\\\\\\\\\\\\<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-15293963742312074742009-02-16T20:39:00.000+07:002009-02-16T20:40:20.280+07:00Gairah Adik Sepupuku<div class="fullpost"> Kedua barbel kecil masing-masing seberat 5 kilogram terasa telah kian berat saja kuayun-ayunkan bergantian. Keringatku telah sejak tadi berseleweran membasahi seluruh tubuhku yang kuperhatikan lewat cermin sebesar pintu di depanku itu telah tambah mekar dan kekar. Kalau dibandingkan dengan atlet binaraga, aku tak kalah indahnya. Aku hanya tersenyum sambil kemudian menaruh kedua barbelku dan menyeka keringat di dahi. Kuperhatikan jam telah menunjukan pukul 22:39 tepat. Ya, memang pada jam-jam seperti ini aku biasa olahraga berat untuk membentuk otot-otot di tubuhku. Suasana sepi dan udara sejuk sangat aku sukai. Kamar kost-ku di pinggirn utara kota Jogja memang menawarkan hawa dinginnya. Itulah sebabnya aku sangat betah kost di sini sejak resmi jadi mahasiswa hingga hampir ujian akhirku yang memasuki semester delapan ini.<br /><br />Sudah jadi kebiasaanku, aku selalu berolahraga dengan telanjang bulat, sehingga dapat kuperhatikan tubuhku sendiri lewat cermin itu yang kian hari kian tumbuh kekar dan indah. berkulit sawo matang gelap. Rambut kasar memenuhi hampir di seluruh kedua lengan tangan dan kaki serta dadaku yang membidang ke bawah, lebih-lebih pada daerah kemaluanku. Rambutnya tumbuh subur dengan batang zakarnya yang selalu terhangati olehnya. Kuraba-raba batang kemaluanku yang mulai beranjak tegang ereksi ini. Hmm, ouh, mengasyikan sekali. Air keringatku turut membasahi batang zakar dan buah pelirku. Dengan sambil duduk di kursi plastik aku berfantasi seandainya ini dilakukan oleh seorang wanita. Mengelus-elus zakarku yang pernah kuukur memiliki panjang 20 centimeter dengan garis lingkar yang 18 centimeter! Mataku hanya merem melek saja menikmati sensasi yang indah ini. Perlahan-lahan aku mulai melumuri batang zakarku dengan air liurku sendiri. Kini sambil menggenggam batang zakar, aku terus menerus melakukan mengocok-ngocok secara lembut yang berangsur-angsur ke tempo cepat.<br /><br />Aku tengah menikmati itu semua dengan sensasiku yang luar biasa ketika tiba-tiba pintu kamar kost-ku diketok pelan-pelan. Sial, aku sejenak terperangah, lebih-lebih saat kudengar suara cewek yang cukup lama sekali tak pernah kudengar.<br />“Mas, Mas Wid? Ini aku, Irma!?<br />Irma? Adik sepupuku dari Pekalongan? Ngapain malam-malam begini ini datang ke Jogja? Gila! Buru-buru aku melilitkan kain handuk kecilku sambil memburu ke arah pintu untuk membukakannya. “Irma??ucapku sambil menggeser posisiku berdiri untuk memberi jalan masuk buat adik sepupuku yang terkenal tomboy ini. Irma terus saja masuk ke dalam sambil melempar tas ranselnya dan lari ke kamar mandi yang memang tersedia di setiap kamar kost ini. Sejenak aku melongok keluar, sepi, hanya gelap di halaman samping yang menawarkan kesunyian. Pintu kembali kututup dan kukunci. Aku hanya menghela nafasku dalam-dalam sambil memperhatikan tas ransel Irma.<br /><br />Tak berapa lama Irma keluar dengan wajah basah dan kusut. Rambutnya yang lebat sebahu acak-acakan. Aku agak terkejut saat menyadari bahwa kini Irma hanya memakai kaos oblong khas Jogja. Rupanya ia telah melepas celana jeans biru ketatnya di kamar mandi. Kulit pahanya yang kuning langsat dan ketat itu terlihat jelas. “Ada masalah apa lagi, hmm? Dapat nilai jelek lagi di sekolahan lalu dimarahi Bapak Ibumu??tanyaku sambil mendekat dan mengelus rambutnya, Irma hanya terdiam saja. Anak SMU kelas dua ini memang bandel. Mungkin sifat tomboynya yang membuat dirinya begitu. Tak mudah diatur dan maunya sendiri saja. Jadinya, aku ini yang sering kewalahan jika ia datang mendadak minta perlindunganku. Aku memang punya pengaruh di lingkungan keluarganya.<br /><br />Irma hanya berdiri termangu di depan cermin olah ragaku. Walau wajahnya merunduk, aku dapat melihat bahwa dia sedang memandangi tubuhku yang setengah telanjang ini.<br />“Lama ya Mas, Irma nggak ke sini.?<br />“Hampir lima tahun,?jawabku lebih mendekat lagi lalu kusadari bahwa lengan dan tangannya luka lecet kecil.<br />“Berantem lagi, ya? Gila!?seruku kaget menyadari memar-memar di leher, wajah, kaki, dan entah dimana lagi.<br />“Irma kalah, Mas. Dikeroyok sepuluh cowok jalanan. Sakit semua, ouih. Mas, jangan bilang sama Bapak Ibu ya, kalau Irma kesini. Aduh??teriak tertahan Irma mengaduh pada dadanya.<br />“Apa yang kamu rasakan Ir? Dimana sakitnya, dimana??tanyaku menahan tubuhnya yang mau roboh.<br />Tapi dengan kuat Irma dapat berdiri kembali secara gontai sambil memegangi lenganku.<br />“Seluruh tubuhku rasanya sakit dan pegal semua, Mas, ouh!?<br />“Biar Mas lihat, ya? Nggak apa-apa khan? Nggak malu, to??desakku yang terus terang aku sudah mulai tergoda dengan postur tubuh Irma yang bongsor ketat. Irma hanya mengangguk kalem.<br />“Ah, Mas Wid. Irma malah pengin seperti dulu lagi, kita mandi bareng?Irma kangen sama pijitan Mas Wid!?ujar Irma tersenyum malu.<br /><br />Edan! Aku kian merasakan batang kemaluanku mengeras ketat. Dan itu jelas sekali terlihat pada bentuk handuk kecil yang menutupinya, ada semacam benda keras yang hendak menyodok keluar. Dan Irma dapat pula melihatnya! Perlahan kulepas kaos oblong Irma. Sebentar dirinya seperti malu-malu, tapi kemudian membiarkan tanganku kemudian melepas BH ukuran 36B serta CD krem berenda ketatnya. Aku terkejut dan sekaligus terangsang hebat. Di tubuh mulusnya yang indah itu, banyak memar menghiasinya. Aku berjalan memutari tubuh telanjangnya.<br /><br />Dengan gemetaran, jemariku menggerayangi wajahnya, bibirnya, lalu leher dan terus ke bawahnya. Cukup lama aku meraba-raba dan mengelus serta meremas lembut buah dadanya yang ranum ini. “Mas Wid?enak sekali Mas, teruskan yaaa?ouh, ouh..!?pinta mulut Irma sambil merem-melek. Mulutku kini maju ke dada Irma. Perlahan kuhisap dan kukulum nikmat puting susunya yang coklat kehitaman itu secara bergantian kiri dan kanannya. Sementara kedua jemari tanganku tetap meremas-remas kalem dan meningkat keras. Mulut Irma makin merintih-rintih memintaku untuk berbuat lebih nekat dan berani. Irma menantangku, sedotan pada puting susunya makin kukeraskan sambil kuselingi dengan memilin-milin puting-puting susu tersebut secara gemas.<br /><br />“Auuuh, aduh Mas Wid, lebih keras?lebih kencang, ouh!?menggelinjang tubuh Irma sambil berpegangan pada kedua pundakku. Puting Irma memang kenyal dan mengasyikan. Kurasakan bahwa kedua puting susu Irma telah mengeras total. Aku merendahkan tubuhku ke bawah, mulutku menyusuri kulit tubuh bugil Irma, menyapu perutnya dan terus ke bawah lagi. Rambut kemaluan Irma rupanya dicukur habis, sehingga yang tampak kini adalah gundukan daging lembut yang terbelah celah sempitnya yang rapat. Karuan lagi saja, mulutku langsung menerkam bibir kemaluan Irma dengan penuh nafsu. Aku terus mendesakkan mulutku ke dalam liang kemaluannya yang sempit sambil menjulurkan lidahku untuk menjilati klitorisnya di dalam sana. Irma benar-benar sangat menggairahkan. Dalam masalah seks, aku memang memliki jadwal rutin dengan pacarku yang dokter gigi itu. Dan kalau dibandingkan, Irma lebih unggul dari Sinta, pacarku. Mulutku tidak hanya melumat-lumat bibir kemaluan Irma, tapi juga menyedot-nyedotnya dengan ganas, menggigit kecil serta menjilat-jilat.<br /><br />Tanpa kusadari kain handukku terlepas sendiri. Aku sudah merasakan batang kemaluanku yang minta untuk menerjang liang kemaluan lawan. Karuan lagi, aku cepat berdiri dan meminta Irma untuk jongkok di depanku. Gadis itu menurut saja. “Buka mulutmu, Dik. Buka!?pintaku sambil membimbing batang kemaluanku ke dalam mulut Irma. Gadis itu semula menolak keras, tapi aku terus memaksanya bahwa ini tidak berbahaya. Akhirnya Irma menurut saja. Irma mulai menyedot-nyedot keras batang kemaluanku sembari meremas-remas buah zakarku. Ahk, sungguh indah dan menggairahkan. Perbuatan Irma ini rupanya lebih binal dari Sinta. Jemari Irma kadangkala menyelingi dengan mengocok-ngocok batang kemaluanku, lalu menelannya dan melumat-lumat dengan girang.<br /><br />“Teruskan Dik, teruskan, yeeeahh, ouh?ouh?auh!?teriakku kegelian. Keringat kembali berceceran deras. Aku turut serta menusuk-nusukan batang kemaluanku ke dalam mulut Irma, sehingga gadis cantik ini jadi tersendak-sendak. Tapi justru aku kian senang. Kini aku tak dapat menahan desakan titik puncak orgasmeku. Dengan cepat aku muntahkan spermaku di dalam mulut Irma yang masih mengulum ujung batang kemlauanku.<br />“Crooot?creet?crret??<br />“Ditelan Dik, ayo ditelan habis, dan bersihkan lepotannya!?pintaku yang dituruti saja oleh Irma yang semula hendak memuntahkannya. Aku sedikit dapat bernafas lega. Irma telah menjilati dan membersihkan lepotan air maniku di sekujur ujung zakar.<br /><br />“Maaasss, ouh, rasanya aneh??ujar Irma sambil kuminta berdiri. Sesaat lamanya kami saling pandang. Kami kemudian hanya saling berpelukan dengan hangat dan mesra. Kurasakan desakan buah dadanya yang kencang itu menggelitik birahiku kembali.<br />“Ayo Dik, menungging di depan cermin itu!?pintaku sambil mengarahkan tubuh Irma untuk menungging. Irma manut. Dengan cepat aku terus membenamkan batang kemaluanku ke liang kemaluan Irma lewat belakang dan melakukan gerakan maju mundur dengan kencang sekali. “Aduuh, auuh?ouh.. ouh?aaah?ouh, sakit, sakit Mas!?teriak-teriak mulut Irma merem-melek. Tapi aku tak peduli, adik sepupuku itu terus saja kuperkosa dengan hebat. Sambil berpegangan pada kedua pinggulnya, aku menari-narikan batang kemaluanku pada liang kemaluan Irma.<br />“Sakiiit?ouhh??<br />“Blesep?slep?sleeep…” suara tusukan persetubuhan itu begitu indah.<br />Irma terus saja menggelinjang hebat.<br /><br />Aku segera mencabut batang kemaluanku, membalikkan posisi tubuh Irma yang kini telentang dengan kedua kakinya kuminta untuk melipat sejajar badannya. sementara kedua tangannya memegangi lipatan kedua kakinya. Kini aku bekerja lagi untuk menyetubuhi Irma.<br />“Ouuh?aaahhk?ouh?ouh??<br />Dengan menopang tubuhku berpegangan pada buah dadanya, aku terus kian ganas tanpa ampun lagi menikam-nikam kemaluan Irma dengan batang kemaluanku.<br />“Crrrooot?cret?creet??<br />Menyemprot air mani zakarku di dalam liang kemaluan Irma. “Maaas?ouuuh?aduh?aaahk!?teriak Irma yang langsung agak lunglai lemas, sementara aku berbaring menindih tubuh bugilnya dengan batang kemaluanku yang masih tetap menancap di dalam kemaluanya.<br /><br />“Dik Irma, bagaimana kalau adik pindah sekolah di Jogja saja. Kita kontrak satu rumah?hmm??tanyaku sambil menciumi mulut tebal sensual Irma yang juga membalasku. “Irma sudi-sudi saja, Mas. Ouh…” Entah, karena kelelehan kami, akhirnya tidur adalah pilihannya. Aku benar-benar terlelap.<br /><br />TAMAT/////////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-463196082843749042009-02-16T20:36:00.000+07:002009-02-16T20:38:29.514+07:00Gairah Bu RT<div class="fullpost"><br />Usia Bu Harjono sebenarnya tidak muda lagi. Mungkin menjelang 50 tahun. Sebab suaminya, Pak Harjono yang menjabat Ketua RT di kampungku, sebentar lagi memasuki masa pensiun. Aku mengetahui itu karena hubunganku dengan keluarga Pak Harjono cukup dekat. Maklum sebagai tenaga muda aku sering diminta Pak Harjono untuk membantu berbagai urusan yang berkaitan dengan kegiatan RT.<br /><br />Namun berbeda dengan suaminya yang sering sakit-sakitan, sosok istrinya wanita beranak yang kini menetap di luar Jawa mengikuti tugas sang suami itu, jauh berkebalikan. Kendati usianya hampir memasuki kepala lima, Bu Har (begitu biasanya aku dan warga lain memanggil) sebagai wanita belum kehilangan daya tariknya. Memang beberapa kerutan mulai nampak di wajahnya. Tetapi buah dadanya, pinggul dan pantatnya, sungguh masih mengundang pesona. Aku dapat mengatakan ini karena belakangan terlibat perselingkuhan panjang dengan wanita berpostur tinggi besar tersebut.Kisahnya berawal ketika Pak Harjono mendadak menderita sakit cukup serius. Ia masuk rumah sakit dalam keadaan koma dan bahkan berhari-hari harus berada di ruang ICU (Intensive Care Unit) sebuah RS pemerintah di kotaku. Karena ia tidak memiliki anggota keluarga yang lain sementara putri satu-satunya berada di luar Jawa, aku diminta Bu Har untuk membantu menemaninya selama suaminya berada di RS menjalani perawatan. Dan aku tidak bisa menolak karena memang masih menganggur setamat SMA setahun lalu.<br /><br />“Kami bapak-bapak di lingkungan RT memita Mas Rido mau membantu sepenuhnya keluarga Pak Harjono yang sedang tertimpa musibah. Khususnya untuk membantu dan menemani Bu Har selama di rumah sakit. Mau kan Mas Rido,??Begitu kata beberapa anggota arisan bapak-bapak kepadaku saat menengok ke rumah sakit. Bahkan Pak Nandang, seorang warga yang dikenal dermawan secara diam-diam menyelipkan uang Rp 100 ribu di kantong celanaku yang katanya untuk membeli rokok agar tidak menyusahkan Bu Har. Dan aku tidak bisa menolak karena memang Bu Har sendiri telah memintaku untuk menemaninya.<br /><br />Hari-hari pertama mendampingi Bu Har merawat suaminya di RS aku dibuat sibuk. Harus mondar-mandir menebus obat atau membeli berbagai keperluan lain yang dibutuhkan. bahkan kulihat wanita itu tak sempat mandi dan sangat kelelahan. Mungkin karena tegang suaminya tak kunjung siuman dari kondisi komanya. Menurut dokter yang memeriksa, kondisi Pak Harjono yang memburuk diduga akibat penyakit radang lambung akut yang diderita. Maka akibat komplikasi dengan penyakit diabetis yang diidapnya cukup lama, daya tahan tubuhnya menjadi melemah.<br /><br />Menyadari penyakit yang diderita tersebut, yang kata dokter proses penyembuhannya dapat memakan waktu cukup lama, berkali-kali aku meminta Bu Har untuk bersabar. “Sudahlah bu, ibu pulang dulu untuk mandi atau beristirahat. Sudah dua hari saya lihat ibu tidak sempat mandi. Biar saya yang di sini menunggui Pak Har,?kataku menenangkan.<br /><br />Saranku rupanya mengena dan diterima. Maka siang itu, ketika serombongan temannya dari tempatnya mengajar di sebuah SLTP membesuk (oh ya Bu Har berprofesi sebagai guru sedang Pak Har karyawan sebuah instansi pemerintah), ia meminta para pembesuk untuk menunggui suaminya. “Saya mau pulang dulu sebentar untuk mandi diantar Nak Rido. Sudah dua hari saya tidak sempat mandi,?katanya kepada rekan-rekannya.<br /><br />Dengan sepeda motor milik Pak Har yang sengaja dibawa untuk memudahkan aku kemana-mana saat diminta tolong oleh keluarga itu, aku pulang memboncengkan Bu Har. Tetapi di perjalanan dadaku sempat berdesir. Gara-gara mengerem mendadak motor yang kukendarai karena nyaris menabrak becak, tubuh wanita yang kubonceng tertolak ke depan. Akibatnya di samping pahaku tercengkeram tangan Bu Har yang terkaget akibat kejadian tak terduga itu, punggungku terasa tertumbuk benda empuk. Tertumbuk buah dadanya yang kuyakini ukurannya cukup besar.<br /><br />Ah, pikiran nakalku jadi mulai liar. Sambil berkonsentrasi dengan sepeda motor yang kukendarai, pikiranku berkelana dan mengkira-kira membayangkan seberapa besar buah dada milik wanita yang memboncengku. Pikiran kotor yang semestinya tidak boleh timbul mengingat suaminya adalah seorang yang kuhormati sebagai Ketua RT di kampungku. Pikiran nyeleneh itu muncul, mungkin karena aku memang sudah tidak perjaka lagi. Aku pernah berhubungan seks dengan seorang WTS kendati hanya satu kali. Hal itu dilakukan dengan beberapa teman SMA saat usai pengumuman hasil Ebtanas.<br /><br />Setelah mengantar Bu Har ke rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahku, aku pamit pulang mengambil sarung dan baju untuk ganti. “Jangan lama-lama nak Rido, ibu cuma sebentar kok mandinya. Lagian kasihan teman-teman ibu yang menunggu di rumah sakit,?katanya.<br /><br />Dan sesuai yang dipesannya, aku segera kembali ke rumah Pak Har setelah mengambil sarung dan baju. Langsung masuk ke ruang dalam rumah Pak Har. Ternyata, di meja makan telah tersedia segelas kopi panas dan beberapa potong kue di piring kecil. Dan mengetahui aku yang datang, terdengar suara Bu Har menyuruhku untuk menikmati hidangan yang disediakan. “Maaf Nak Rido, ibu masih mandi. Sebentar lagi selesai,?suaranya terdengar dari kamar mandi di bagian belakang.<br /><br />Tidak terlalu lama menunggu, Ia keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke kamarnya lewat di dekat ruang makan tempatku minum kopi dan makan kue. Saat itu ia hanya melilitkan handuk yang berukuran tidak terlalu besar untuk menutupi tubuhnya yang basah. Tak urung, kendati sepintas, aku sempat disuguhi pemandangan yang mendebarkan. Betapa tidak, karena handuk mandinya tak cukup besar dan lebar, maka tidak cukup sempurna untuk dapat menutupi ketelanjangan tubuhnya.<br /><br />Ah,.. benar seperti dugaanku, buah dada Bu Har memang berukuran besar. Bahkan terlihat nyaris memberontak keluar dari handuk yang melilitnya. Bu Har nampaknya mengikat sekuatnya belitan handuk yang dikenakanannya tepat di bagian dadanya. Sementara di bagian bawah, karena handuk hanya mampu menutup persis di bawah pangkal paha, kaki panjang wanita itu sampai ke pangkalnya sempat menarik tatap mataku. Bahkan ketika ia hendak masuk ke kamarnya, dari bagian belakang terlihat mengintip buah pantatnya. Pantat besar itu bergoyang-goyang dan sangat mengundang saat ia melangkah. Dan ah, .. yang tak kalah syur, ia tidak mengenakan celana dalam.<br /><br />Bicara ukuran buah dadanya, mungkin untuk membungkusnya diperlukan Bra ukuran 38 atau lebih. Sebagai wanita yang telah berumur, pinggangnya memang tidak seramping gadis remaja. Tetapi pinggulnya yang membesar sampai ke pantatnya terlihat membentuk lekukan menawan dan sedap dipandang. Apalagi kaki belalang dengan paha putih mulus miliknya itu, sungguh masih menyimpan magnit. Maka degup jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik Bu Har. Sayang cuma sekilas, begitu aku membatin.<br /><br />Tetapi ternyata tidak. Kesempatan kembali terulang. Belum hilang debaran dadaku, ia kembali keluar dari kamar dan masih belum mengganti handuknya dengan pakaian. Tanpa mempedulikan aku yang tengah duduk terbengong, ia berjalan mendekati almari di dekat tempatku duduk. Di sana ia mengambil beberapa barang yang diperlukan. Bahkan beberapa kali ia harus membungkukkan badan karena sulitnya barang yang dicari (seperti ia sengaja melakukan hal ini).<br /><br />Tak urung, kembali aku disuguhi tontonan yang tak kalah mendebarkan. Dalam jarak yang cukup dekat, saat ia membungkuk, terlihat jelas mulusnya sepasang paha Bu Har sampai ke pangkalnya. Paha yang sempurna , putih mulus dan tampak masih kencang. Dan ketika ia membungkuk cukup lama, pantat besarnya jadi sasaran tatap mataku. Kemaluannya juga terlihat sedikit mengintip dari celah pangkal pahanya. Perasaanku menjadi tidak karuan dan badanku terasa panas dingin dibuatnya.<br /><br />Apakah Bu Har menganggap aku masih pemuda ingusan? Hingga ia tidak merasa canggung berpakaian seronok di hadapanku? Atau ia menganggap dirinya sudah terlalu tua hingga mengira bagian-bagian tubuhnya tidak lagi mengundang gairah seorang laki-laki apalagi laki-laki muda sepertiku? Atau malah ia sengaja memamerkannya agar gairahku terpancing? Pertanyaan-pertanyaan itu serasa berkecamuk dalam hatiku. Bahkan terus berlanjut ketika kami kembali berboncengan menuju rumah sakit.<br /><br />Dan yang pasti, sejak saat itu perhatianku kepada Bu Har berubah total. Aku menjadi sering mencuri-curi pandang untuk dapat menatapi bagian-bagian tubuhnya yang kuanggap masih aduhai. Apalagi setelah mandi dan berganti pakaian, kulihat ia mengenakan celana dan kaos lengan panjang ketat yang seperti hendak mencetak tubuhnya. Gairahku jadi kian terbakar kendati tetap kupendam dalam-dalam. Dan perubahan yang lain, aku sering mengajaknya berbincang tentang apa saja di samping selalu sigap mengerjakan setiap ia membutuhkan bantuan. Hingga hubungan kami semakin akrab dari waktu ke waktu.<br /><br />Sampai suatu malam, memasuki hari kelima kami berada di rumah sakit, saat itu hujan terus mengguyur sejak sore hari. Maka orang-orang yang menunggui pasien yang dirawat di ruang ICU, sejak sore telah mengkapling-kapling teras luar bangunan ICU. Maklum, di malam hari penunggu tidak boleh memasuki bagian dalam ruang ICU. Dan pasien biasanya memanfaatkan teras yang ada untuk tiduran atau duduk mengobrol. Dan malam itu, karena guyuran hujan, lahan untuk tidur jadi menyempit karena pada beberapa bagian tempias oleh air hujan. Sementara aku dan Bu Har yang baru mencari kapling setelah makan malam di kantin, menjadi tidak kebagian tempat.<br /><br />Setelah mencari cukup lama, akhirnya aku mengusulkan untuk menggelar tikar dan karpet di dekat bangunan kamar mayat. Aku mengusulkan itu karena jaraknya masih cukup dekat dengan ruang ICU dan itu satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk berteduh kendati cukup gelap karena tidak ada penerangan di sana. Awalnya Bu Har menolak, karena posisinya di dekat kamar mayat. Namun akhirnya ia menyerah setelah mengetahui tidak ada tempat yang lain dan aku menyatakan siap berjaga sepanjang malam.<br /><br />“Janji ya Rid (setelah cukup akrab Bu Har tidak mengembel-embeli sebutan Nak di depan nama panggilanku), kamu harus bangunkan ibu kalau mau kencing atau beli rokok. Soalnya ibu takut ditinggal sendirian,?katanya.<br />“Wah, persediaan rokokku lebih dari cukup kok bu. Jadi tidak perlu kemana-mana lagi,?jawabku.<br />Nyaman juga ternyata menempati kapling dekat kamar mayat. Bisa terbebas dari lalu-lalang orang hingga bisa beristirahat cukup tenang. Dan kendati gelap tanpa penerangan, bisa terbebas dari cipratan air hujan karena tempat kami menggelar tikar dan karpet terlindung oleh tembok setinggi sekitar setengah meter. Sambil tiduran agak merapat karena sempitnya ruang yang ada, Bu Har mengajakku ngobrol tentang banyak hal. Dari soal kerinduannya pada Dewi, anaknya yang hanya bisa pulang setahun sekali saat lebaran sampai ke soal penyakit yang diderita Pak Harjono. Menurut Bu Har penyakit diabetis itu diderita suaminya sejak delapan tahun lalu. Dan karena penyakit itulah penyakit radang lambung yang datang belakangan menjadi sulit disembuhkan.<br /><br />“Katanya penyakit diabetes bisa menjadikan laki-laki jadi impotensi ya Bu??<br />“Kata siapa, Rid??<br />“Eh,.. anu, kata artikel di sebuah koran,?jawabku agak tergagap.<br />Aku merasa tidak enak berkomentar seperti itu terhadap penyakit yang diderita suami Bu Har.<br />“Rupanya kamu gemar membaca ya. Benar kok itu, makanya penyakit kencing manis di samping menyiksa suami yang mengidapnya juga berpengaruh pada istrinya. Untung ibu sudah tua,?ujarnya lirih.<br />Merasa tidak enak topik perbincangan itu dapat membangkitkan kesedihan Bu Har, akhirnya aku memilih diam. Dan aku yang tadinya tiduran dalam posisi telentang, setelah rokok yang kuhisap kubuang, mengubah posisi tidur memunggungi wanita itu. Sebab kendati sangat senang bersentuhan tubuh dengan wanita itu, aku tidak mau dianggap kurang ajar. Sebab aku tidak tahu secara pasti jalan pikiran Bu Har yang sebenarnya. Tetapi baru saja aku mengubah posisi tidur, tangan Bu Har terasa mencolek pinggangku.<br /><br />“Tidurmu jangan memunggungi begitu. Menghadap ke sini, ibu takut,?katanya lirih.<br />Aku kembali ke posisi semula, tidur telentang. Namun karena posisi tidur Bu Har kelewat merapat, maka saat berbalik posisi tanpa sengaja lenganku menyenggol buah dada wanita itu. Memang belum menyentuh secara langsung karena ia mengenakan daster dan selimut yang menutupi tubuhnya. Malangnya, Bu Har bukannya menjauh atau merenggangkan tubuh, tetapi malah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Seperti anak kecil yang ketakutan saat tidur dan mencari perasaan aman pada ibunya.<br /><br />Akhirnya, dengan keberanian yang kupaksakan - karena ku yakin saat itu Bu Har belum pulas tertidur - aku mulai mencoba-coba. Seperti yang dimauinya, aku mengubah kembali posisi tidur miring menghadapinya. Jadilah sebagian besar tubuhku merapat ketat ke tubuhnya hingga terasa kehangatan mulai menjalari tubuhku. Sampai di situ aku berbuat seolah-olah telah mulai lelap tertidur sambil menunggu reaksinya.<br /><br />Reaksinya, Bu Har terbangkit dan menarik selimut yang dikenakannya. Selimut besar dan tebal itu ditariknya untuk dibentangkan sekaligus menutupi tubuhku. Jadilah tubuh kami makin berhimpitan di bawah satu selimut. Akhirnya, ketika aku nekad meremas telapak tangannya dan ia membalas dengan remasan lembut, aku jadi mulai berani beraksi lebih jauh.<br /><br />Kumulai dengan menjalari pahanya dari luar daster yang dikenakannya dengan telapak tanganku. Ia menggelinjang, tetapi tidak menolakkan tanganku yang mulai nakal itu. Malah posisi kakinya mulai direnggangkan yang memudahkanku menarik ke atas bagian bawah dasternya. Baru ketika usapan tanganku mulai menjelajah langsung pada kedua pahanya, kuketahui secara pasti ia tidak menolaknya. Tanganku malah dibimbingnya untuk menyentuh kemaluannya yang masih tertutup celana dalam.<br /><br />Seperti keinginanku dan juga keinginannya, telapak tanganku mulai menyentuh dan mengusap bagian membusung yang ada di selangkangan wanita itu. Ia mendesah lirih saat usapan tanganku cukup lama bermain di sana. Juga saat tanganku yang lain mulai meremasi buah dadanya dari bagian luar Bra dan dasternya. Sampai akhirnya, ketika tanganku yang beroperasi di bagian bawah telah berhasil menyelinap ke bagian samping celana dalam dan berhasil mencolek-colek celah kemaluannya yang banyak ditumbuhi rambut, dia dengan suka rela memereteli sendiri kancing bagian depan dasternya. Lalu seperti wanita yang hendak menyusui bayinya, dikeluarkannya payudaranya dari Bra yang membungkusnya.<br /><br />Layaknya bayi yang tengah kelaparan mulutku segera menyerbu puting susu sebelah kiri milik Bu Har. Kujilat-jilat dan kukulum pentilnya yang terasa mencuat dan mengeras di mulutku. Bahkan karena gemas, sesekali kubenamkan wajahku ke kedua payudara wanita itu. Payudara berukuran besar dan agak mengendur namun masih menyisakan kehangatan.<br /><br />Sementara Ia sendiri, sambil terus mendesis dan melenguh nikmat oleh segala gerakan yang kulakukan, mulai asyik dengan mainannya. Setelah berhasil menyelinap ke balik celana pendek yang kukenakan, tangannya mulai meremas dan meremas penisku yang memang telah mengeras. Kata teman-temanku, senjataku tergolong long size, hingga Ia nampak keasyikkan dengan temuannya itu. Tetapi ketika aku hendak menarik celana dalamnya, tubuhnya terasa menyentak dan kedua pahanya dirapatkan mencoba menghalangi maksudku.<br /><br />“Mau apa Rid,.. jangan di sini ah nanti ketahuan orang,?katanya lirih.<br />“Ah, tidak apa-apa gelap kok. Orang-orang juga sudah pada tidur dan tidak bakalan kedengaran karena hujannya makin besar.?<br />Hujan saat itu memang semakin deras.Entah karena mempercayai omonganku. Atau karena nafsunya yang juga sudah memuncak terbukti dengan semakin membanjirnya cairan di lubang kemaluannya, ia mau saja ketika celananya kutarik ke bawah. Bahkan ia menarik celana dalamnya ketika aku kesulitan melakukannya. Ia juga membantu membuka dan menarik celana pendek dan celana dalam yang kukenakan.<br /><br />Akhirnya, dengan hanya menyingkap daster yang dikenakannya aku mulai menindih tubuhnya yang berposisi mengangkang. Karena dilakukan di dalam gelap dan tetap dibalik selimut tebal yang kupakai bersama untuk menutupi tubuh, awalnya cukup sulit untuk mengarahkan penisku ke lubang kenikmatannya. Namun berkat bimbingan tangan lembutnya, ujung penisku mulai menemukan wilayah yang telah membasah. Slep?penis besarku berhasil menerobos dengan mudah liang sanggamanya.<br /><br />Aku mulai menggoyang dan memaju-mundurkan senjataku dengan menaik-turunkan pantatku. Basah dan hangat terasa setiap penisku membenam di vaginanya. Sementara sambil terus meremasi kedua buah dadanya secara bergantian, sesekali bibirnya kulumat. Maka ia pun melenguh tertahan, melenguh dan mengerang tertahan. Ah, dugaanku memang tidak meleset tubuhnya memang masih menjanjikan kehangatan. Kehangatan yang prima khas dimiliki wanita berpengalaman.<br /><br />Dihujam bertubi-tubi oleh ketegangan penisku di bagian kewanitannya, Ia mulai mengimbangi aksiku. Pantat besar besarnya mulai digerakkan memutar mengikuti gerakan naik turun tubuhku di bagian bawah. Memutar dan terus memutar dengan gerak dan goyang pinggul yang terarah. Hal itu menjadikan penisku yang terbenam di dalam vaginanya serasa diremas. Remasan nikmat yang melambungkan jauh anganku entah kemana. Bahkan sesekali otot-otot yang ada di dalam vaginanya seolah menjepit dan mengejang.<br /><br />“Ah,.. ah.. enak sekali. Terus, ah.. ah,?<br />“Aku juga enak Rid, uh.. uh?uh. Sudah lama sekali tidak merasakan seperti ini. Apalagi punyamu keras dan penjang. Auh,.. ah.. ah,?<br />Sampai akhirnya, aku menjadi tidak tahan oleh goyangan dan remasan vaginanya yang kian membanjir. Nafsuku kian naik ke ubun-ubun dan seolah mau meledak. Gerakan bagian bawah tubuhku kian kencang mencolok dan mengocok vaginanya dengan penisku.<br />“Aku tidak tahan, ah.. ah.. Sepertinya mau keluar, shhh, ah, .. ah,?<br />“Aku juga Rid, terus goyang, ya .. ya,.. ah,?<br /><br />Setelah mengelojot dan memuntahkan segala yang tak dapat kubendungnya, aku akhirnya ambruk di atas tubuh wanita itu. Maniku cukup banyak menyembur di dalam lubang kenikmatannya. Begitupun Ia, setelah kontraksi otot-otot yang sangat kencang, ia meluapkan ekspresi puncaknya dengan mendekap erat tubuhku. Dan bahkan kurasakan punggungku sempat tercakar oleh kuku-kukunya. Cukup lama kami terdiam setelah pertarungan panjang yang melelahkan.<br />“Semestinya kita tidak boleh melakukan itu ya Rid. Apalagi bapak lagi sakit dan tengah dirawat,?kata Ia sambil masih tiduran di dekatku.<br />Aku mengira ia menyesal dengan peristiwa yang baru terjadi itu.<br />“Ya Maaf,.. soalnya tadi,..?<br />“Tetapi tidak apa-apa kok. Saya juga sudah lama ingin menikmati yang seperti itu. Soalnya sejak 5 tahun lebih Pak Har terkena diabetis, ia menjadi sangat jarang memenuhi kewajibannya. Bahkan sudah dua tahun ini kelelakiannya sudah tidak berfungsi lagi. Cuma, kalau suatu saat ingin melakukannya lagi, kita harus hati-hati. Jangan sampai ada yang tahu dan menimbulkan aib diantara kita,?ujarnya lirih.<br /><br />Plong, betapa lega hatiku saat itu. Ia tidak marah dan menyesal dengan yang baru saja terjadi. Dan yang membuatku senang, aku dapat melampiaskan hasrat terpendamku kepadanya. Kendati aku merasa belum puas karena semuanya dilakukan di kegelapan hingga keinginanku melihat ketelanjangan tubuhnya belum kesampaian.<br /><br />Dan seperti yang dipesankannya, aku berusaha mencoba bersikap sewajar mungkin saat berada diantara orang-orang. Seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang luar biasa diantara kami. Kendati aku sering harus menekan keinginan yang menggelegak akibat darah mudaku yang gampang panas saat berdekatan dengannya. Dan sejak itu lokasi teras di belakang kamar mayat menjadi saksi sekitar tiga kali hubungan sumbang kami. Hubungan sumbang yang terpaksa kuhentikan seiring kedatangan Bu Hartini, adik Pak Harjono yang bermaksud menengok kondisi sakit kakaknya. Hanya terus terang, sejak kehadirannya ada perasaan kurang senang pada diriku. Sebab sejak Ia ada yang menemani merawat suaminya di rumah sakit, kendati aku tetap diminta untuk membantu mereka dan selalu berada di rumah sakit, aku tidak lagi dapat menyalurkan hasrar seksualku. Hanya sesekali kami pernah nekad menyalurkannya di kamar mandi ketika hasrat yang ada tak dapat ditahan. Itu pun secara kucing-kucingan dengan Bu Tini dan segalanya dilaksanakan secara tergesa-gesa hingga tetap tidak memuaskan kami berdua.<br /><br />Sampai suatu ketika, saat Pak Har telah siuman dan perawatannya telah dialihkan ke bangsal perawatan yang terpisah, Bu Tini menyarankan kepada Ia untuk tidur di rumah.<br />“Kamu sudah beberapa hari kurang tidur Mbak, kelihatannya sangat kelelahan. Coba kamu kalau malam tidur barang satu dua hari di rumah hingga istirahat yang cukup dan tidak jatuh sakit. Nanti kalau kedua-duanya sakit malah merepotkan. Biar yang nunggu Mas Har kalau malam aku saja diteman Dik Rido kalau mau?ujarnya.<br />Ia setuju dengan saran adik iparnya. Ia memutuskan untuk tidur di rumah malam itu. Maka hatiku bersorak karena terbuka peluang untuk menyetubuhinya di rumah. Tetapi bagaimana caranya pamit pada Bu Tini? Kalau aku ikut-ikutan pulang untuk tidur di rumah apa tidak mengundang kecurigaan? Aku jadi berpikir keras untuk menemukan jalan keluar. Dan baru merasa plong setelah muncul selintas gagasan di benakku.<br /><br />Sekitar pukul 22.00 malam, lewat telepon umum kutelepon rumahnya. Wanita itu masih terjaga dan menurut pengakuannya tengah menonton televisi. Maka nekad saja kusampaikan niatku kepadanya. Dan ternyata ia memberi sambutan cukup baik.<br />“Kamu nanti memberi tanda kalau sudah ada di dekat kamar ibu ya. Nanti pintu belakang ibu bukakan. Dan sepeda motornya di tinggal saja di rumah sakit biar tidak kedengaran tetangga. Kamu bisa naik becak untuk pulang,?katanya berpesan lewat telepon.<br />Untuk tidak mengundang kecurigaan, sekitar pukul 23.00 aku masuk ke bangsal tempat Pak Har dirawat menemani Bu Tini. Namun setengah jam sesudahnya, aku pamit keluar untuk nongkrong bersama para Satpam rumah sakit seperti yang biasa kulakukan setelah kedatangan Bu Tini. Di depan rumah sakit aku langsung meminta seorang abang becak mengantarku ke kampungku yang berjarak tak lebih dari satu kilometer. Segalanya berjalan sesuai rencana. Setelah kuketuk tiga kali pintu kamarnya, kudengar suara Ia berdehem. Dan dari pintu belakang rumah yang dibukakannya secara pelan-pelan aku langsung menyelinap masuk menuju ruang tengah rumah tersebut.<br /><br />Rupanya, bertemu di tempat terang membuat kami sama-sama kikuk. Sebab selama ini kami selalu berhubungan di tempat gelap di teras kamar mayat. Maka aku hanya berdiri mematung, sedang Ia duduk sambil melihat televisi yang masih dinyalakannya. Cukup lama kami tidak saling bicara sampai akhirnya Ia menarik tanganku untuk duduk di sofa di sampingnya. Setelah keberanianku mulai bangkit, aku mulai berani menatapi wanita yang duduk di sampingku. Ia ternyata telah siap tempur. Terbukti dari daster tipis menerawang yang dikenakannya, kulihat ia tidak mengenakan Bra di baliknya. Maka kulihat jelas payudaranya yang membusung. Hanya, ketika tanganku mulai bergerilya menyelusuri pangkal paha dan meremasi buah dadanya ia menolak halus.<br />“Jangan di sini Rid, kita ke kamar saja biar leluasa,?katanya lirih.<br />Ketika kami telah sama-sama naik ke atas ranjang besar di kamar yang biasa digunakan oleh suami dan dia, aku langsung menerkamnya. Semula Ia memintaku mematikan dulu saklar lampu yang ada di kamar itu, tetapi aku menolaknya. “Saya ingin melihat semua milikmu,?kataku.<br />“Tetapi aku malu Rid. Soalnya aku sudah tua,.?<br /><br />Persetan dengan usia, dimataku, Ia masih menyimpan magnit yang mampu menggelegakkan darah mudaku. Sesaat aku terpaku ketika wanita itu telah melolosi dasternya. Dua buah gunung kembarnya yang membusung nampak telah menggantung. Tetapi tidak kehilangan daya pikatnya. Buah dada yang putih mulus dan berukuran cukup besar itu diujungnya terlihat kedua pentilnya yang berwarna kecoklatan. Indah dan sangat menantang untuk diremas. Maka setelah aku melolosi sendiri seluruh pakaian yang kukenakan, langsung kutubruk wanita yang telah tiduran dalam posisi menelentang. Kedua payudaranya kujadikan sasaran remasan kedua tanganku. Kukulum, kujilat dan kukenyot secara bergantian susu-susunya yang besar menantang. Kesempatan melihat dari dekat keindahan buah dadanya membuat aku seolah kesetanan. Dan Ia, wanita berhidung bangir dengan rambut sepundak itu menggelepar. Tangannya meremas-remas rambut kepalaku mencoba menahan nikmat atas perbuatan yang tengah kulakukan.<br /><br />Dari kedua gunung kembarnya, setelah beberapa saat bermain di sana, dengan terus menjulurkan lidah dan menjilat seluruh tubuhnya kuturunkan perhatianku ke bagian perut dan di bawah pusarnya. Hingga ketika lidahku terhalang oleh celana dalam yang masih dikenakannya, aku langsung memelorotkannya. Ah, vaginanya juga tak kalah indah dengan buah dadanya. Kemaluan yang besar membusung dan banyak ditumbuhi rambut hitam lebat itu, ketika kakinya dikuakkan tampak bagian dalamnya yang memerah. Bibir vaginanya memang nampak kecoklatan yang sekaligus menandakan bahwa sebelumnya telah sering diterobos kemaluan suaminya. Tetapi bibir kemaluan itu belum begitu menggelambir. Dan kelentitnya, yang ada di ujung atas, uh,.. mencuat menantang sebesar biji jagung.<br /><br />Tak tahan cuma memelototi lubang kenikmatan wanita itu, mulailah mulutku yang bicara. Awalnya mencoba membaui dengan hidungku. Ah, ada bau yang meruap asing di hidungku. Segar dan membuatku tambah terangsang. Dan ketika lidahku mulai kumainkan dengan menjilat-jilat pelan di seputar bibir vaginanya besar itu, Ia tampak gelisah dan menggoyang-goyang kegelian.<br />“Ih,.. jangan diciumi dan dijilat begitu Rid. Malu ah, tapi, ah..ah.. ah,?<br />Tetapi ia malah menggoyangkan bagian bawah tubuhnya saat mulutku mencerucupi liang nikmatnya. Goyangannya kian kencang dan terus mengencang. Sampai akhirnya diremasnya kepalaku ditekannya kuat-kuat ke bagian tengah selangkannya saat kelentitnya kujilat dan kugigit kecil. Rupanya ia telah mendapatkan orgasme hingga tubuhnya terasa mengejang dan pinggulnya menyentak ke atas.<br /><br />“Seumur hidup baru kali ini vaginaku dijilat-jilat begitu Rid, jadinya cepat kalah. Sekarang gantian deh Aku mainkan punyamu,?ujarnya setelah sebentar mengatur nafasnya yang memburu.<br />Aku dimintanya telentang, sedang kepala dia berada di bagian bawah tubuhku. Sesaat, mulai kurasakan kepala penisku dijilat lidah basah milik wanita itu. Bahkan ia mencerucupi sedikit air maniku yang telah keluar akibat nafsu yang kubendung. Terasa ada senasi tersendiri oleh permainan lidahnya itu dan aku menggelinjang oleh permainan wanita itu. Namun sebagai anak muda, aku merasa kurang puas dengan hanya bersikap pasif. Terlebih aku juga ingin meremas pantat besarnya yang montok dan seksi. Hingga aku menarik tubuh bagian bawahnya untuk ditempatkan di atas kepalaku. Pola persetubuhan yang kata orang disebut sebagai permainan 69. Kembali vaginanya yang berada tepat di atas wajahku langsung menjadi sasaran gerilya mulutku. Sementara pantat besarnya kuremas-remas dengan gemas.<br /><br />Tidak hanya itu jilatan lidahku tidak berhenti hanya bermain di seputar kemaluannya. Tetapi terus ke atas dan sampai ke lubang duburnya. Rupanya ia telah membersihkannya dengan sabun baik di kemaluannya maupun di anusnya. Maka tak sedikit pun meruap bau kotoran di sana dan membuatku kian bernafsu untuk menjilat dan mencoloknya dengan ujung lidahku. Tindakan nekadku rupanya membuat nafsunya kembali naik ke ubun-ubun. Maka setelah ia memaksaku menghentikan permainan 69, ia langsung mengubah posisi dengan telentang mengangkang. Dan aku tahu pasti wanita itu telah menagih untuk disetubuhi. Ia mulai mengerang ketika batang besar dan panjang milikku mulai menerobos gua kenikmatannya yang basah. Hanya karena kami sama-sama telah memuncak nafsu syahwatnya, tak lebih dari 10 menit saling genjot dan menggoyang dilakukan, kami telah sama-sama terkapar. Ambruk di kasur empuk ranjang kenikmatannya. Ranjang yang semestinya tabu untuk kutiduri bersama wanita itu.<br /><br />Malam itu, aku dan dia melakukan persetubuhan lebih dari tiga kali. Termasuk di kamar mandi yang dilakukan sambil berdiri. Dan ketika aku memintanya kembali yang keempat kali, ia menolaknya halus.<br />“Tubuh ibu cape sekali Rid, mungkin sudah terlalu tua hingga tidak dapat mengimbangi orang muda sepertimu. Dan lagi ini sudah mulai pagi, kamu harus kembali ke rumah sakit agar Bu Tini tidak curiga,?katanya.<br />Aku sempat mencium dan meremas pantatnya saat Ia hendak menutup pintu belakang rumah mengantarku keluar. Ah,.. indah dan nikmat rasanya.<br /><br />Usia Pak Har ternyata tidak cukup panjang. Selama sebulan lebih dirawat di rumah sakit, ia akhirnya meninggal setelah sebelumnya sempat dibawa RS yang lebih besar di Semarang. Di Semarang, aku pun ikut menunggui bersamanya serta Bu Tini selama seminggu. Juga ada Mbak Dewi dan suaminya yang menyempatkan diri untuk menengok. Hingga hubunganku dengan keluarga itu menjadi kian akrab.<br /><br />Namun, hubungan sumbangku dengannya terus berlanjut hingga kini. Bahkan kami pernah nekad bersetubuh di belakang rumah keluarga itu, karena kami sama-sama horny sementara di ruang tengah banyak sanak famili dari keluarganya yang menginap. Entah kapan aku akan menghentikannya, mungkin setelah gairahnya telah benar-benar padam.<br /><br /><br /><br />TAMAT//////////////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-90023661283465807362009-02-16T20:34:00.000+07:002009-02-16T20:35:05.934+07:00Ella<div class="fullpost"> --------------------------------------------------------------------------------<br /><br />Ella adalah wanita berusia 35 dan aku sangat menghormatinya. Sedang aku lajang berusia 27 tahun. Sudah 5 tahun kami bersahabat tanpa pernah ternoda. Kedekatan sebatas teman,jadi aku tak pernah menidurinya atau menyentuh tubuhnya.meski kami adakalanya terlihat begitu dekat dan bersikap romantis. Misalnya saja, kami berpelukan mesra ketika berada di diskotek atau aku memeluknya dari belakang ketika berdansa. Tapi hanya sebatas itu, tak pernah lebih.<br />Jujur saja, aku kadang merasa libido ku memuncak pada saat bersentuhan dengannya. Misalnya, ketika ia tidur di sampingku di rumahku dan aku memeluknya dari belakang. PEnisku yang menyentuh pinggulnya yang terbalut jins ketat dan besar itu merangsang naluri kelaki-lakianku.Tapi aku tak berani melakukan lebih jauh.<br />Ella, janda beranak 1 itu lama-lama memenuhi ruang imajinasiku. Aku sudah sering meniduri 1000 perempuan, tapi Ella bukan perkara gampang. Dia jauh leabih sulit daripada gadis-gadis yang pernah kukencani.Tapi tantangan ini justru memacu hasratku. Aku ingin menaklukkannya. Aku ingin membahagiakannya secara seksual.<br />Suatu malam, aku ingin menuntaskan hasrat terpendam bertahun-tahun itu. Hari itu, kebetulan ia mampir ke rumah kontrakanku.<br />"APa kabar sayangf?"sapaku mesra.<br />"Baik, aku capek hari ini, rasanya aku bete,"katanya.<br />Aku mendekapnya dari belakang. Dari pantulan cermin yang ada di depan, aku bisa melihat raut wajahnya yang kusut.<br />"Aku pijit leher kamu yaah say,"kataku.<br />Ia diam berarti itu setuju. Jemariku memejit lembut lehernya yang putih nan jenjang. Dengus nafasku menerpa pori-pori lehernya juga. Astaga, secepat itu libido meninggi. Penisku dari balik celana training mendesak-desak.Aku tak berusaha untuk menetralisirnya, bahkan aku sengaja semakin mengeraskan penisku agar terasa mengganjal di pinggulnya. Dan memang Ella berespon sedikit, ia sempat menoleh ke belakang dan ke bawah.<br />"Enak Say,"katanya manja.<br />Wajahku semakin mendekat ke bagian belakang lehernya.Dengan sengaja sedikit kusentuhkan wajah ku di bagian itu. Ah, Ella menggelinjang.Sempat aku khawatir ia akan berespon negatif, marah kepadaku misalnya. Tapi untunglah, ia tidak begitu. Ia tetap diam, bahkan tersenyum tipis.<br />Tanganku yang kiri melingkari bagian dadanya. Ku genggam tangannya dengan lembut di sana. Tapi, lenganku tentu saja menyentuh lingkar dadanya yang tampak tertutup rapat blazer hitam itu.<br />Aku semakin mempererat pelukanku, sehingga penisku yang keras nyaris rapat di pantatnya yang besar itu. Sementara lenganku kutekan ke dadanya.<br />"Hmmmm...kamu mulai nakal,"katanya kemudian. Reakasi itu mengagetkanku, karena memang pertama kali aku agak nakal padanya.<br />"Aku memang nakal!"kataku tak peduli.<br />LAntas, aku mulai menciumi tengkuknya.Terus ke bagian lehernya.Ella menggelinjang lembut. Desahan dan rintihan mulai meluncur dari bibirnya yang mungil dan merah itu. Tangan Ella mencengkram rambutku dari depan. Ciuman ku semakin liar dan menjadi-jadi. Leher jenjang itu kujilati dari samping. Di cermin kuperhatikan Ella menikmati sensasi yang kuciptakan.<br />Pelan-pelan, tanganku menelusup ke dalam blazernya. Terasa BRA ketat membungkus payudara Ella. Pelan, kusentuh lembut bagian payudaranya yang tersentuh.<br />Ella masih tak berkata apa-apa, selain merintih mesra. Tanganku mencari-cari putingnya yang agak sulit kujangkau.<br />Ella membalikkan badannya. KAmi berhadapan. "Aku mandi dulu Ya..gerah!"<br />Aku mengangguk.<br />Setengah jam, Ella sudah kembali ke kamar. Ia kini mengenakan baju santai. Baru kali ini aku melihat ia mengenakan baju seksi berwarna kerem. Dengan belahan di dada, tampak sebagian payudaranya yan g putih itu menyembul.Sementara rok mini ketat membungkus pinggulnya.<br />Ella menarik tanganku ke ruang tamu. "Aku jadi segaran sekarang!" katanya sambil duduk di sofa.<br />Jujur saja, baru sekali ini aku bisa meliaht pemandangan di bagian dadanya lebih leluasa. Tak kuduga Ella memiliki dada yang besar. Tanpa bosam terus kupelototi buah dada yang dibalut BH putih itu.<br /><br />Kudekati wajahnya dan mulumat bibir ranum itu dengan mesra. Lehernya kujilati lagi. Sementara tanganku menembus dada itu dan meremes-remas payudara yang besar itu.<br />"Sayang besar sekali. Gak sangka,"pujiku.<br />"Kamu suka gak?"<br />"Ya"<br />Aku mencari putingnya dan meremesnya dengan lembut. Hmm..puting coklat dan mungil itu menggemaskan. Ella meraih wajahnya ku dan menjukurkan sebelah payudaranya yang telah dibukanya.<br /><br />Seperti anak kecil, aku diteteki. Sejuta kasih sayang tersalurkan lewatputingnya yang indah itu. Aku mengemutnya dan menghisapnya. BEtapa kenyal dan padatnya payudara Ella. Aku salut. Maklumlah, ia rajin ikut fitness. MEski beranak sati tapi payudara indah itu terawat dengan baik.<br />"Terimakasih sayang...payudara kamu indah sekali!"kataku.<br />Ella tersenyum manja.<br /><br />Ella membalikkan tubuhnya dengan posisi agak jongkok. Sambil kujilati tengkuk dan bahunya kulepas tali BH nya. Juga rok mini yang dikenakannya. lantas aku menjilati vaginanya yang terbalut cd putih. Hmmm wanginya nikmat. Ella kaget melihat aksiku. Tapi ia tak kuasa menolak.<br /><br />Vagina itu bersih dan wangi. Ella merintih keras..."Awwww...sayynnangggg...sssss....ennnakkkk !!!!<br /><br />Giliran Ella beraksi. Jinsku dilepasnya dan begitu liat cd ku yang penuh ia kaget. Bahkan lebih kaget lagiketika ia melapas cd itu. Penny ku yang panjang dan besar melesat keluar.<br />"Gede banget sayang???Ihhhh..."pekiknya tertahan.<br />"KAmu suka gak?"<br />Ella mengangguk pelan. Katanya belum pernah ia melihat penny sebesar itu. Digenggammnya dan langsung dikulumnya dengan mulut. Aku mendesar nikmat. Kadang dikocoknya keras-keras.<br /><br />Ella meminta dimasukkan ke vaginanya. Dengan pelan kudorong pennyku yang super keras ke dalam liang itu. Ella memekik sakit. Tapi aku tak peduli. Kudorong berulang-ulang, bahkan semakin keras goyangannya.<br /><br />"Sssssaaayanggg.....**** me honey...ughhhhh!!!!"<br />Lama tidak pernah dimasukin membuat Ella tampil buas. Ia terus menggoyang. Bahkan ia yang mengatur posisi. Dan aku menikmati itu semua.<br /><br />Posisi ini membuat aku leluasa bermain. Sambil menekan vaginanya dengan penny, aku toh bisa sambil menghisap putingnya yang kenyal. Ella orgasme di sini. Tapi aku masih belum selesai.<br />"KAmu hebat sayang...blom keluar juga sperma kamu?"kata Ella.<br />"Belum"<br /><br />Setengah jam telah berlalu.<br /><br />Ella menunggi di pinggir sofa. PAntatnya yang besar membentuk dengan indah. Ini gaya favoritku. Tanpa ampun kutusukkan penny ku ke liangnya yang setengah terbuka. Ella menahan gempuran ku yang bertubi-tubi. Sepasang payudaranya berayun=ayun indah. Kadang aku sempat meraih teteknya dan kuremes dengan gemas.<br /><br />Satu jam kami bercinta. Wajah Ella menghiasi dengan senyum kebahagiaan.<br />"Kamu hebat sayang!"<br />"KAmu juga!"<br /><br />Puncaknya, Ella meraih batang penisku dan menghisap-hisap nya. Ia ingin merasakan spermaku. Lima menitkemudian, penny ku memuncratkan lahar yang banyak. Ella menelannya dan sebagian yang meleleh di kepala dan batangnya dijilatinya.<br /><br />Ella tersenyum ke arahku. Dan diraihnya wajahku untuk dibenamkan di dadanya yang penuh. Ella menetekiku dengan lembut, seperti seorang ibu dan bayinya.<br /><br />TAMAT////////////////<br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-79824088763419090762009-02-16T20:33:00.001+07:002009-02-16T20:33:37.196+07:00Eliza<div class="fullpost"> Namaku Eliza. Cerita ini terjadi saat usiaku masih 17 tahun. Waktu itu, aku duduk di kelas 2 SMA swasta yang amat terkenal di Surabaya. Aku seorang Chinese, tinggi 157 cm, berat 45 kg, rambutku hitam panjang sepunggung. Kata orang orang, wajahku cantik dan tubuhku sangat ideal. Namun karena inilah aku mengalami malapetaka di hari Sabtu, tanggal 18 Desember. Seminggu setelah perayaan ultahku yang ke 17 ini, dimana aku akhirnya mendapatkan SIM karena sudah cukup umur, maka aku ke sekolah dengan mengendarai mobilku sendiri, mobil hadiah ultahku. Sepulang sekolah, jam menunjukkan waktu 18:30 (aku sekolah siang, jadi pulangnya begitu malam), aku merasa perutku sakit, jadi aku ke WC dulu. Karena aku bawa mobil sendiri, jadi dengan santai aku buang air di WC, tanpa harus kuatir merasa sungkan dengan sopir yang menungguku. Tapi yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, aku harus bolak balik ke wc sampai 5 kali, mungkin setelah tak ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air. Namun perutku masih terasa mulas. Maka aku memutuskan untuk mampir ke UKS sebentar dan mencari minyak putih. Sebuah keputusan fatal yang harus kubayar dengan kesucianku.<br /><br />Aku masuk ke ruang UKS, menyalakan lampunya dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu mencari cari minyak putih di kotak obat. Setelah ketemu, aku membuka kancing baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu untuk meredakan rasa sakit perutku. Aku amat terkejut ketika tiba tiba tukang sapu di sekolahku yang bernama Hadi membuka pintu ruang UKS ini. Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak putih, terkesiap melihat dia menyeringai, tanpa menyadari 3 kancing baju seragamku dari bawah yang terbuka dan memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini. dan belum sempat aku sadar apa yang harus aku lakukan, ia sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke belakang dengan tangan kanannya, dan membekap mulutku erat erat dengan tangan kirinya. Aku meronta ronta, dan berusaha menjerit, tapi yang terdengar cuma “eeemph?eeemph…”. Dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku dengan tangan kiriku yang masih bebas. Namun apa arti tenaga seorang gadis yang mungil sepertiku menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Hadi ini? Aku sungguh merasa tak berdaya.“Halo non Eliza?kok masih ada di sekolah malam malam begini??tanya Hadi dengan menjemukan. Mataku terbelalak ketika masuk lagi tukang sapu yang lain yang bernama bernama Yoyok. “Girnooo? ia melongok keluar pintu dan berteriak memanggil satpam di sekolahku. Aku sempat merasa lega, kukira aku akan selamat dari cengkeraman Hadi, tapi ternyata Yoyok yang mendekati kami bukannya menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremasi payudaraku. “Wah baru kali ini ada kesempatan pegang susu amoy.. ini non Eliza yang sering kamu bilang itu kan Had??tanya Yoyok pada Hadi, yang menjawab “iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak??tanya Hadi. Sambil tertawa Yoyok meremas payudaraku makin keras. Aku menggeliat kesakitan dan terus meronta berusaha melepaskan diri sambil berharap semoga Girno yang sering kuberi tips untuk mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka berdua yang sudah seperti kerasukan iblis ini. Tapi aku langsung sadar aku dalam bahaya besar. Yang memanggil Girno tadi itu kan Yoyok. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak pada Girno yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri pandang padaku. Ataukah??<br /><br />Beberapa saat kemudian Girno datang, dan melihatku diperlakukan seperti itu, Girno menyeringai dan berkata, “Dengar! Kalian jangan gegabah.. non Eliza ini kita ikat dulu di ranjang UKS ini. Setelah jam 8 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong, dan itu saatnya kita berpesta kawan kawan!? Maka lemaslah tubuhku setelah dugaanku terbukti, dan dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS. Kedua tangan dan kakiku diikat erat pada sudut sudut ranjang itu, dan dua kancing bajuku yang belum lepas dilepaskan oleh Hadi, hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus, serta bra warna pink yang menutupi payudaraku. Aku mulai putus asa dan memohon “Pak Girno.. tolong jangan begini pak..? Ratapanku ini dibalas ciuman Girno pada bibirku. Ia melumat bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan nafas, lalu ia menyumpal mulutku supaya aku tak bisa berteriak minta tolong. “Non Eliza, tenang saja. Nanti juga non bakalan merasakan surga dunia kok? kata Girno sambil tersenyum memuakkan. Kemudian Girno memerintahkan mereka semua untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di ruang UKS sialan ini. Girno kembali ke posnya, Hadi dan Yoyok meneruskan pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang belum disapu. Dan aku kini hanya bisa pasrah menunggu nasib.<br /><br />Aku bergidik membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadapku. Dari berbagai macam cerita kejahatan yang aku dengar, aku mengerti mereka pasti akan memperkosaku ramai ramai. Sakit perutku sudah hilang berkat khasiat minyak putih tadi. Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa setengah jam sudah berlalu. Jam di ruang UKS sudah menunjukkan pukul 20:00. tibalah saatnya aku dibantai oleh mereka. Hadi masuk, diikuti Yoyok, Girno, dan celakanya ternyata mereka mengajak 2 satpam yang lain, Urip dan Soleh. “Hai amoy cantik.. sudah nggak sabar menunggu kami ya?? kata Hadi. Dengan mulut yang tersumpal sementara tangan dan kakiku terikat, aku hanya bisa menggeleng nggelengkan kepala, dengan air mata yang mengalir deras aku memandang mereka memohon belas kasihan, walaupun aku tahu pasti hal ini tak ada gunanya. Mereka hanya tertawa dan dengan santai melepaskan baju seragam sekolahku, hingga aku tinggal mengenakan bra dan celana dalam yang warnanya pink. Mereka bersorak gembira, mengerubutiku dan mulai menggerayangi tubuhku, tanpa aku bisa melawan sama sekali. Aku masih sempat memperhatikan, betapa kulit mereka itu hitam legam dan kasar dibandingkan kulitku yang putih mulus, membuatku sedikit banyak merasa jijik juga ketika memikirkan tubuhku dikerubuti mereka, untuk kemudian digangbang tanpa ampun..<br />Aku terus meronta, tapi tiba tiba perasaanku tersengat ketika jari-jari Girno menyentuh selangkanganku, menekan nekan klitorisku yang masih terbungkus celana dalam. Aku tak tau sejak kapan, tapi bra yang aku pakai sudah lenyap entah kemana, dan payudaraku diremas remas dengan brutal oleh Hadi dan Yoyok, membuat tubuhku panas dingin tak karuan. Selagi aku masih kebingungan merasakan sensasi aneh yang melanda tubuhku, Urip mendekatiku, melepas sumpalan pada mulutku, dan melumat bibirku habis habisan. Ya ampun.. aku semakin gelagapan, apalagi kemudian Soleh meraba dan membelai kedua pahaku. Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa oleh 5 orang sekaligus, aku merasakan gejolak luar biasa melanda tubuhku yang tanpa bisa kukendalikan, berkelojotan dan mengejang hebat, berulang kali aku terlonjak lonjak, ada beberapa saat lamanya tubuhku tersentak sentak, kakiku melejang lejang, rasanya seluruh tubuhku bergetar. “oh.. oh?augh.. ngggg.. aaaaaaagh…” aku mengerang dan menjerit keenakan dan keringatku membanjir deras. Lalu aku merasa kelelahan dan lemas sekali, dan mereka menertawakanku yang sedang dilanda orgasme hebat. “Enak ya non? Hahaha?nanti Non pasti minta tambah? Aku tak melihat siapa yang bicara, tapi aku tahu itu suara Yoyok, dan aku malas menanggapi ucapan yang amat kurang ajar dan merendahkanku itu.<br /><br />Kemudian Girno berkata padaku, “Non Eliza, kami akan melepaskan ikatanmu. Jika nona tidak macam macam, kami akan melepaskan nona setelah kami puas. Tapi jika nona macam macam, nona akan kami bawa ke rumah kosong di sebelah mess kami. Dan nona tahu kan apa akibatnya? Di situ nona tidak hanya harus melayani kami berlima, tapi seluruh penghuni mess kami. Mengerti ya non?? Mendengar hal itu, aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan berharap aku cukup kuat untuk melalui ini semu. “Iya pak. Jangan bawa saya ke sana pak. Saya akan menuruti kemauan bapak bapak. Tapi tolong, jangan lukai saya dan jangan hamili saya. Dan lagi, saya masih perawan pak. Tolong jangan kasar. Tolong jangan keluarkan di dalam ya??pintaku sungguh sungguh, dan merasa ngeri jika aku harus dibawa ke mess mereka. Aku tahu penghuni mess itu ada sekitar 60 orang, yang merupakan gabungan satpam, tukang sapu dan tukang kebun dari SMA tempat aku sekolah ini, ditambah dari SMP dan SD yang memang masih sekomplek, maklum satu yayasan. Daripada aku lebih menderita digangbang oleh 60 orang, lebih baik aku menuruti apa mau mereka yang ‘cuma?berlima ini. Dan aku benar benar berharap agar tak ada yang melukaiku, berharap mereka tidak segila itu untuk menindik tubuhku, trend yang kudengar sering dilakukan oleh pemerkosanya?menindik puting susu korbannya. Aku benar benar takut.<br /><br />“Hahaha, non Eliza, sudah kami duga non memang masih perawan. Nona masih polos, dan tidak mengerti kalo kami suka memandangi tubuh nona yang sexy, dan selalu memimpikan memperawani non Eliza yang cantik ini sejak non masih kelas 1 SMA. Minggu lalu, ketika non ulang tahun ke 17 dan merayakannya di kelas, bahkan memberi kami makanan, kami sepakat untuk menghadiahi non kenikmatan surga dunia. Tenang saja non. Kami memang menginginkan tubuh non, tapi kami tak sekejam itu untuk melukai tubuh non yang indah ini. Dan kalo tentang itu tenang non, kami sudah mempersiapkan semua itu. Seminggu terakhir ini, aqua botol yang non titip ke saya, saya campurin obat anti hamil. Sedangkan yang tadi, saya campurin obat anti hamil sekaligus obat cuci perut. Non Eliza tadi sakit perut kan? Hahaha…” jelas Girno sambil tertawa, tertawa yang memuakkan. Jadi ini semua sudah direncanakannya! Kurang ajar betul mereka ini. Aku memberi mereka makanan hanya karena ingin berbagi, tanpa memandang status mereka. Tapi kini balasannya aku harus melayani mereka berlima. Aku akan digangbang mereka, dan mereka akan mengeluarkan sperma mereka di dalam rahimku sepuasnya tanpa kuatir menghamiliku. Lebih tepatnya, tanpa aku kuatir harus hamil oleh mereka. Membayangkan hal ini, entah kenapa tiba tiba aku terangsang hebat, dan birahiku naik tak terkendali.<br /><br />Mereka semua mulai melepas semua pakaian mereka, dan ternyata penis penis mereka sudah ereksi dengan gagahnya, membuat jantungku berdegup semakin kencang melihat penis penis itu begitu besar. Girno mengambil posisi di tengah selangkanganku, sementara yang lain melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku. Girno menarik lepas celana dalamku, kini aku sudah telanjang bulat. Tubuhku yang putih mulus terpampang di depan mereka yang terlihat semakin bernafsu. “Indah sekali non Eliza, mem*knya non. Rambutnya jarang, halus, tapi indah sekali? puji Girno. Memang rambut yang tumbuh di atas vaginaku amat jarang dan halus. Semakin jelas aku melihat penis Girno, yang ternyata paling besar di antara mereka semua, dengan diameter sekitar 6 cm dan panjang yang sekitar 25 cm. Aku menatap sayu pada Girno. “Pak, pelan pelan pak ya..?aku mencoba mengingatkan Girno, yang hanya menganguk sambil tersenyum. Kini kepala penis Girno sudah dalam posisi siap tempur, dan Girno menggesek gesekkannya ke mulut vaginaku. Aku semakin terangsang, dan mereka tanpa memegangi pergelangan tangan dan kakiku yang sudah tidak terikat, mungkin karena sudah yakin aku yang telah mereka taklukkan ini tak akan melawan atau mencoba melarikan diri, mulai mengerubutiku kembali.<br /><br />Kedua payudaraku kembali diremas remas oleh Hadi dan Yoyok, sementara Urip dan Soleh bergantian melumat bibirku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat aku orgasme yang ke dua kalinya. Kembali tubuhku berkelojotan dan kakiku melejang lejang, bahkan kali ini cairan cintaku muncrat menyembur membasahi penis Girno yang memang sedang berada persis di depan mulut vaginaku. “Eh.. non Eliza ini.. belum apa apa sudah keluar 2 kali, pake muncrat lagi. Sabar non, kenikmatan yang sesungguhnya akan segera non rasakan. Tapi ada bagusnya juga lho, mem*k non pasti jadi lebih licin, nanti pasti lebih gampang ditembus ya? ejeknya sambil mulai melesakkan penisnya ke vaginaku. “Aduh.. sakit pak?erangku, dan Girno berkata “Tenang non, nanti juga enak? Kemudian ia menarik penisnya sedikit, dan melesakkannya sedikit lebih dalam dari yang tadi. Rasa pedih yang amat sangat melanda vaginaku yang sudah begitu licin, tapi tetap saja karena penis itu terlalu besar, Girno kesulitan untuk menancapkan penisnya ke vaginaku, namun dengan penuh kesabaran, Girno terus memompa dengan lembut hingga tak terlalu menyakitiku.<br />Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di vaginaku mulai bercampur rasa nikmat yang luar biasa. Dan Girno terus melakukannya, menarik sedikit, dan menusukkan lebih dalam lagi, sementara yang lain terus melanjutkan aktivitasnya sambil menikmati tontonan proses penetrasi penis Girno ke dalam vaginaku. Hadi dan Yoyok mulai menyusu pada kedua puting payudaraku yang sudah mengeras karena terus menerus dirangsang sejak tadi. Tak lama kemudian, aku merasakan selangkanganku sakit sekali, rupanya akhirnya selaput daraku robek. “Ooooooh?aaaauuuugggh?hngggkk aaaaaaagh?“Aku menjerit kesakitan, seluruh tubuhku mengejang, dan air mataku mengalir, dan kembali aku merasakan keringatku mengucur deras. Aku ingin meronta, tapi rasa sesak di vaginaku membatalkan niatku. Aku hanya bisa mengerang, dan gairahku pun padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini. “Aduh.. sakit pak Girno.. ampun? erangku, namun Girno hanya tertawa tawa puas karena berhasil memperawaniku, dan yang lain malah bersorak, “terus.. terus..? Aku menggeleng gelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri menahan sakit, sementara bagian bawah tubuhku mengejang hebat, tapi aku tak berani terlalu banyak bergerak, dan berusaha menahan lejangan tubuhku supaya vaginaku penuh sesak itu tak semakin terasa sakit. Namun lumatan penuh nafsu pada bibirku oleh Urip ditambah belaian pada rambutku serta dua orang tukang sapu yang menyusu seperti anak kecil di payudaraku ini membuat gairahku yang sempat padam kembali menyala.<br /><br />Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan itu. Girno terus memperdalam tusukannya penisnya yang sudah menancap setengahnya pada vaginaku. Dan Girno memang pandai memainkan vaginaku, kini rasa sakit itu sudah tak begitu kurasakan lagi, yang lebih kurasakan adalah nikmat yang melanda selangkanganku. Penis itu begitu sesaknya walaupun baru menancap setengahnya, dan urat urat yang berdenyut di penis itu menambah sensasi yang luar biasa. Sementara itu Girno mulai meracau, “Oh sempitnya non. Enaknya.. ah.. ?sambil terus memompa penisnya sampai akhirnya amblas sepenuhnya, terasa menyodok bagian terdalam dari vaginaku, mungkin itu rahimku. Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat. Mulutku ternganga, kedua tanganku mencengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak dengan penis raksasa yang sedang menancap begitu dalam di vaginaku.<br /><br />Dan setelah diam untuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Girno memulai pompaanya. Aku mengerang dan mengerang, mengikuti irama pompaan si Girno. Dan erangangku kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Urip memasukkan penisnya ke dalam mulutku yang sedang ternganga ini. Aku gelagapan, dan Urip berkata “Isep non. Awas, jangan digigit ya!?Aku hanya pasrah, dan mulai mengulum penis yang baunya tidak enak ini, tapi lama kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu. Penis itu panjang juga, tapi diameternya tak terlalu besar disbanding dengan penisnya Girno. Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum penis itu, Urip memompa penisnya dalam mulutku, sampai berulang kali melesak ke dalam tenggorokanku. Aku berusaha supaya tidak muntah, meskupun berulang kali aku tersedak. Selagi aku bejruang beradaptasi terhadap sodokan penis si Urip ini, Soleh meraih tangan kananku, menggengamkan tanganku ke penisnya. “Non, ayo dikocok!? perintahnya. Penis itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang mungil, dan aku tak sempat memperhatikan seberapa panjang penis itu, walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar penis itu panjang. Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba tiba pintu terbuka, dan pak Edy, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja penis Girno masih tetap bersemayam dalam vaginaku.<br /><br />Melihat semuanya ini, pak Edy membentak, “Apa apaan ini? Apa yang kalian lakukan pada Eliza?? Aku merasa ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada penis Urip, dan sedikit berteriak “Pak Edy, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka? Pak Edy seolah tak mendengarku, dan berkata pada Girno, “Kalian ini.. ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung saya mau mencari bon pembelian kotak P3K tadi. Kalo begini sih, itu bon gak ketemu juga tidak apa apa?hahaha…”. Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara gangbang ini, dengan kesal melanjutkan kocokan tanganku pada penis Soleh juga kulumanku pada penis Urip. Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa aku juga ingin semua ini berakhir. Setelah sadar bahwa pak Edy juga sebejat mereka, semuanya tertawa lega, dan sambil mulai melanjutkan pompaan penisnya pada vaginaku, Girno berkata, “Pak Edy tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri non Eliza masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Edy dulu. Tapi kalo soal mem*knya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih? Pak Edy tertawa. “Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar kan??katanya mengiyakan sambil melepas pakaiannya dan ternyata (untungnya) penisnya tidak terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka.<br /><br />Tapi aku sudah tak perduli lagi. Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang ke tiga kalinya. “aaaaagh.. paaak?sayaaa?keluaaaar?? erangku yang tanpa sadar mulai menggenggam penis pak Edy yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang menganggur. Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhku terlonjak lonjak, entah ada berapa lamanya tersentak sentak, namun kini cairanku tak keluar karena vaginaku yang masih sangat sempit ini seolah dibuntu oleh penis Girno yang berukuran raksasa. Dalam kelelahan ini, aku harus melayani 6 orang sekaligus. Sodokan sodokan yang dilakukan Girno membuat gairahku cepat naik walaupun aku baru saja orgasme hebat. Tapi aku tak tahu, kapan Girno akan orgasme, ia begitu perkasa. Sudah 15 menit berlalu, dan ia masih memompaku dengan garangnya. Desahan kami bersahut sahutan memenuhi ruangan yang kecil ini. Kedua tanganku mengocok penis dari Soleh dan pak Edy, wali kelasku yang ternyata bejat, membuatku bingung memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya mulai senin besok dan seterusnya saat dia mengajar.<br />Urip mengingatkanku untuk kembali mengulum penisnya yang kembali disodokkannya ke kerongkonganku, membuat aku tak sempat terlalu lama memikirkan hal itu.. Kini aku sudah mulai terbiasa, bahkan sejujurnya mulai menikmati saat saat tenggorokanku diterjang penis si Urip ini. Kepasrahanku ini membuat mereka semua semakin bernafsu. Tiba tiba Girno menarikku hingga aku terduduk, lalu dia tiduran di ranjang, hingga sekarang aku berada dalam posisi woman on top, dan penis itu terasa semakin dalam menancap dalam vaginaku. Aku masih tak tahu apa yang ia inginkan, tiba tiba aku ditariknya lagi hingga rebah dan payudaraku menindih tubuhnya. Urat penisnya terasa mengorek ngorek dinding vaginaku. “Eh, daripada satu lubang rame rame, kan lebih nikmat kalo dua, eh, tiga sekalian, tiga lubang rame rame??tanya Girno pada yang lain, yang segera menyetujui sambil tertawa. “Akuuur?? seru mereka, dan Urip segera ke belakangku, kemudian meludahi anusku. “Oh Tuhan?aku akan disandwich.. bagaimana ini..? kataku dalam hati. “Jangaaaan? Jangan di situuu?!?teriakku ketakutan. Namun seperti yang aku duga, Urip sama sekali tidak perduli. Aku memejamkan mata ketika Urip menempelkan kepala penisnya ke anusku, dan yang lain bersorak kegirangan, memuji ide Girno. “aaaaaagh…” erangku ketika penis Urip mulai melesak ke liang anusku. Mataku terbeliak, tanganku menggenggam erat sprei kasur tempat aku aku dibantai ramai ramai, tubuhku terutama pahaku bergetar hebat menahan sakit yang luar biasa.<br /><br />Ludah Urip yang bercampur dengan air liurku di penis Urip yang baru kukulum tadi, tak membantu sama sekali. Rasa pedih yang menjadi jadi mendera anusku, dan aku kembali mengerang panjang. “aaaaaaaaaaaaagh? sakiiiiiit? Jangaaaaan?.? erangku tanpa daya ketika akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam anusku. Selagi aku mengerang dan mulutku ternganga, Soleh mengambil kesempatan itu untuk membenamkan penisnya dalam mulutku, hingga eranganku teredam. Sial, ternyata penis Soleh ini agak mirip punya Urip yang sedang menyodomiku. Begitu panjang, walaupun diameternya tidak terlalu besar, tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok nyodok tenggorokanku. Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi. Rasa sakit yang hampir tak tertahankan melandaku saat Urip mulai memompa anusku. Setiap ia mendorongkan penisnya, penis Soleh menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis Girno sedikit tertarik keluar, tapi sebaliknya, saat Urip memundurkan penisnya, penis Soleh juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganku, tapi akibatnya tubuhku yang turun membuat penis Girno kembali menancap dalam dalam di vaginaku, ditambah lagi Girno sedikit menambah tenaga tusukannnya, hingga rasanya penisnya seperti menggedor rahimku. Sedikit sakit memang, tapi perlahan rasa sakit pada anusku sudah berkurang banyak, dan ketika rasa sakit itu reda, aku sudah melayang dalam kenikmatan. Hanya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah. Tubuhku hanya bisa bergetar, aku tak bisa bergerak banyak karena semuanya seolah olah terkunci. Dalam keadaan orgasme, mereka tanpa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multi orgasme!<br /><br />Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang ulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 3 menit. namun semua cairan cintaku yang aku yakin sudah bercampur darah perawanku tak bisa mengalir keluar, terhambat oleh penis Girno. Tanganku yang menumpu pada genggaman tangan Girno bergetar getar. Sementara Soleh membelai rambutku dan Urip meremas remas payudaraku dari belakang. Sungguh, aku tak kuasa menyangkal. Kenikmatan yang aku alami sekarang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seperti ini. Aku memang pernah bermasturbasi, namun yang ini benar benar membuatku melayang. Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang terdengar hanya desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama penis Soleh mengorek ngorek tenggorokanku. Entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sampai akhirnya, “hegh.. hu?huoooooooh..? Girno melenguh, penisnya berkedut, kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam liang vaginaku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke sekian kalinya. Akhirnya Girno orgasme juga bersamaan denganku, dan penisnya sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk membuat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela sela mulut vaginaku, yang merupakan campuran darah perawanku, cairan cintaku dan sperma Girno.<br /><br />“Oh.. enake rek, mem*k amoy seng sek perawan…” kata Girno, yang tampak amat puas. Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Urip dan Soleh cukup pengertian. Urip mencabut penisnya dari anusku, dan Soleh tak memaksaku mengulum penisnya yang terlepas ketika aku yang sudah begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Girno yang masih belum juga melepaskan penisnya yang masih terasa begitu besar untukku. Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku selama hampir satu jam ini. Namun aku tidak menangis. Tak ada keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi amat menikmati perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku digangbang lagi seperti tadi. Apalagi mereka cukup lembut dan pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan. Mereka benar benar menepati janji untuk tidak melukaiku dan menyakitiku seperti menampar ataupun menjambak rambutku. Bahkan Girno memelukku dan membelai rambutku dengan mesra dan penuh kasih saying, setidaknya menurut perasaanku, sehingga membuatku semakin pasrah dan hanyut dalam pelukannya. Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujur tubuhku seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini. Entah kenapa aku merasa aku rela melayani mereka berenam ini untuk seterusnya, membuatku terkejut dalam hati. “Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku malah berpikir seperti itu??pikirku dalam hati. Tapi tak bisa kupungkiri, tadi itu benar benar nikmat, belum pernah aku merasakan yang seperti itu ketika aku bermasturbasi. Lagian, apakah ini masih bisa disebut perkosaan? Selain aku pasrah melayani apa mau mereka, aku juga menikmatinya, bahkan sampai orgasme berkali kali.<br /><br />Lamunanku terputus saat Girno mengangkat tubuhku hingga penisnya yang sudah mengecil terlepas dari vaginaku. “Non, kita lanjutin ya? kata Soleh yang sudah tiduran di bawahku yang sedikit mengkangkang. Aku hanya menurut saja dan mengarahkan vaginaku ke penisnya yang tegak mengacung. Aku memegang dan membimbing penis itu untuk menembus vaginaku yang sudah tidak perawan lagi ini. “Ooh?aaah?? erang Soleh ketika penisnya mulai melesak ke dalam vaginaku. Lebih mudah dari punya Girno tadi, karena diameter penis si Soleh memang lebih kecil. Namun tetap saja, panjangnya membuat aku sedikit banyak kelabakan. “Ooh.. aduuuuh?? erangku panjang seiring makin menancapnya penis Soleh hingga amblas sepenuhnya dalam vaginaku. Penisnya terasa hangat, lebih hangat dari punya si Girno yang kini duduk di kursi tengah ruang ini sambil merokok. Mereka memberiku kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Urip mendorongku hingga aku kembali telungkup, kali ini menindih Soleh yang langsung mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku. Baru aku sadar, Soleh ini pasti tinggi sekali. Dan rupanya si Urip belum puas dan ingin melanjutkan anal seks denganku. Kembali aku disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku lebih siap. Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkang seperti kodok, dan?perlahan tapi pasti, anusku kembali ditembus penis Urip yang amat keras ini, membuat bagian bawah tubuhku kembali terasa sesak. Walaupun memang tidak sesesak tadi, namun cukup untuk membuatku merintih mengerang antara pedih dan nikmat.<br /><br />Kini Hadi dan Yoyok ikut mengepungku. Mereka masing masing memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk menggenggam penis mereka dan mengocoknya. Selagi aku mulai mengocok dua buah penis itu, wali kelasku yang ternyata bejat ini mengambil posisi di depanku, memintaku mengoral penisnya. “Dioral sekalian El, daripada nganggur nih? katanya dengan senyum yang memuakkan. Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau mengancam yang macam macam. Kubuka mulutku walaupun dengan setengah hati, membiarkan penis pak Edy yang berukuran kecil ini masuk dalam kulumanku. Jadi kini aku digempur 5 orang sekaligus, yang mana justru membuat gairahku naik tak karuan. Apalagi Soleh dan Urip makin bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat membawaku orgasme lagi. “eeeeeemmmmph?? erangku keenakan. Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi vaginaku yang terus dipompa Soleh yang juga merem melek keenakan. Tiba tiba penis pak Edy berkedut dalam mulutku, dan tanpa ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku. Baru kali ini aku merasakan sperma dalam mulutku, rasanya aneh, asin dan asam. Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film bokep, tanpa disuruh aku sudah tahu tugasku. Kubersihkan penis pak Edy dengan kukulum, kujilati, dan kusedot sedot sampai tidak ada sperma yang tertinggal di penis yang kecil itu.<br /><br />Soleh mengejek pak Edy, “Lho pak, kok sudah keluar? Masa kalah sama sepongannya non Eliza? Bagaimana nanti sama mem*knya? Seret banget lho pak? kata Soleh, yang disambung tawa yang lain. Pak Edy terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk di sebelah si Girno. Aku tertawa dalam hati, namun ada bagusnya juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringan. Hadi yang juga ingin merasakan penisnya kuoral, pindah posisi ke depanku, dan mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku mengulum penis itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada penis Yoyok kupercepat, mengimbangi cepatnya sodokan demi sodokan penis Soleh dan Urip yang semakin gencar menghajar vagina dan anusku. Urip tiba tiba mendengus dengus dan melolong panjang “oooooooouuuuggghh? ? seiring berkedutnya penisnya dalam anusku, dan menyemprotkan maninya berulang ulang. Terasa hangat sekali anusku di bagian terdalam. Kini aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghitungnya. Dan Yoyok menggantikan Urip membobol anusku. Baru aku sadar, dari genggaman tanganku tadi pada penis Yoyok, aku tahu penis Yoyok tidak panjang, tapi?diameternya itu.. rasanya seimbang dengan punya si Girno. Oh celaka?penis itu akan segera menghajar anusku. “ooooh?oooooogh?sakiiiit…”, erangku ketika Yoyok memaksakan penisnya sampai akhirnya masuk. Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menderaku hanya berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata. Aku semakin tersengat birahi ketika Soleh yang ada di bawahku meremas remas payudaraku yang tergantung di depan matanya, sementara Hadi menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan penisnya ke kerongkonganku. Di sini aku juga sadar, ternyata penis si Hadi ini setipe dengan punya Urip atau Soleh.<br /><br />Dengan pasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai akhirnya mereka orgasme bersamaan. Dimulai dari kedutan penis Soleh dalam vaginaku, tapi tiba tiba penis Hadi berkedut lebih keras dan langsung menyemburkan spermanya yang amat banyak dalam rongga mulutku. Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan semuanya tertelan masuk dalam kerongkonganku. Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Yoyok menggeram, penisnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma berulang ulang dalam anusku, diikuti Soleh yang menghunjamkan penisnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan. “Oooooooohh?aaaaaaargh? seolah tak mau kalah, aku juga mengerang panjang. Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Soleh di dalam vaginaku, aku juga mengalami orgasme hebat. Hadi jatuh terduduk lemas setelah penisnya kubersihkan tuntas seperti punya pak Edy tadi. Lalu Soleh yang penisnya masih menancap di dalam vaginaku memeluk dan lembali melumat bibirku dengan ganas, sampai aku tersengal sengal kehabisan nafas. Yoyok yang penisnya tak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari anusku, juga duduk bersandar di dinding. Kini tinggal aku dan Soleh yang ada di atas ranjang, dan kami bergumul dengan panas. Soleh membalik posisi kami hingga aku telentang di ranjang ditindihnya, dan penisnya tetap masih menancap dalam vaginaku meskipun mulai lembek, mungkin dikarenakan penis Soleh yang panjang. Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Soleh, seakan tak ingin penisnya terlepas, dan aku balas melumat bibir si Soleh ini.<br /><br />Pergumulan kami yang panas, menyebabkan Girno terbakar birahi. Tenaganya yang sudah pulih seolah ditandai dengan mengacungnya penisnya, yang tadi sudah berejakulasi. Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Soleh yang bergumul dengan penuh nafsu. Namun penis Soleh yang semakin mengecil itu akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam vaginaku, dan Soleh pun tampaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah siap kembali untuk menggenjotku. Girno segera menyergap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan bernafas, dengan penuh nafsu Girno segera menjejalkan penisnya yang amat besar itu ke dalam vaginaku. Aku terbeliak, merasakan kembali sesaknya vaginaku. Girno yang sudah terbakar nafsu ini mulai memompa vaginaku dengan ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku mendesah dan merintih merasakan nikmat berkepanjangan ini. Gilanya, aku mulai berani mencoba lebih merangsang Girno dengan pura pura ingin menahan sodokan penisnya dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya. Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram kedua pergelangan tanganku dan menelentangkannya, membuatku tak berdaya. Dan sodokan dem sodokan yang menghajar vaginaku terasa semakin keras. Aku menatap Girno dengan pandangan sayu memelas untuk lebih merangsangnya lagi, dan berhasil. Dengan nafas memburu, Girno melumat bibirku sambil terus memompa vaginaku. Kini aku yang gelagapan. Orgasme yang menderaku membuat tubuhku bergetar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskannya karena seluruh gerakan tubuhku terkunci, hingga akhirnya Girno menggeram nggeram, semprotan sperma yang cukup banyak kembali membasahi liang vaginaku.<br /><br />Girno melepaskan cengkramannya pada kedua pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah melumat bibirku dengan ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Edy yang sudah ereksi kembali. Kali ini, ia terlihat lebih gembira, karena mendapatkan jatah liang vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi. Dengan tersenyum senang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma bercampur cairan cintaku. Tanpa kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan penisnya seluruhnya. Aku sedikit mendesah ketika ia mulai memompa vaginaku. Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Edy sudah mulai menggeram, kemudian tanpa mampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku. Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang belum terpuaskan dalam ‘sesi?ini, memandang yang lain, terutama Hadi yang belum sempat merasakan selangkanganku. Hadi yang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan dimesra mesrakan, membuatku sedikit geli namun cukup terangsang juga. Tak lama kemudian, Hadi sudah siap dengan kepala penis yang menempel di vaginaku, lalu mulai melesakkan penisnya dalam dalam. Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan sakit karena Hadi cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini. Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pak Edy yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, penisnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam saja, karena aku tak ingin terlihat murahan di depan mereka.<br /><br />Hadi mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatan. Selagi aku dan Hadi sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain yaitu Yoyok dan Urip akan pergi ke wc, katanya untuk mencuci penis mereka yang tadi sempat terbenam dalam anusku. Sambil keluar Urip berkata, “nanti kasihan non Eliza, kalo mem*knya yang bersih jadi kotor kalo kont*lku tidak aku cuci? “iya, juga, kan kasihan, amoy cakep cakep gini harus ngemut ****** yang kotor seperti ini? sambung Yoyok. Oh.. ternyata mereka begitu pengertian padaku. Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka. Kulayani Hadi dengan sepenuh hati, setiap tusukan penisnya kusambut dengan menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam. Tanpa ampun lagi, tak 5 menit kemudian aku orgasme disusul Hadi yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku, bersamaan dengan kembalinya Yoyok dan Urip. Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku. Setelah Hadi kembali terduduk lemas di bawah, mereka berdua mengerubutiku, tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah orgasme barusan. Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkan pukul 21:00 malam. Tak terasa sudah satu jam aku melayani mereka semua.<br /><br />Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentar pada Urip dan Yoyok untuk minum. Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus. “Sebentar bapak bapak, saya mau minum dulu ya? kataku. Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman yang tadi sore, tapi aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke horor di ruang UKS ini. “Pak Girno. Itu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lagi ya pak? kataku sambil akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku. Tapi Girno berkata, “Gak usah non. Saya belikan saja? Girno pergi ke wc sebentar untuk mencuci penisnya, kemudian kembali dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia keluar untuk membeli air minum untukku. Sambil menunggu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainya. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua. Tak lama kemudian, Girno kembali sambil membawa sebotol Aqua, yang segelnya sudah terbuka. Aku menatapnya curiga, dan bertanya dengan ketus. “Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini lagi? Nanti kan saya mulas mulas lagi?? Girno dengan tersenyum menjawab, “nggak non. Masa lagi enak enak gini saya pingin non bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya non Eliza gak terlalu capek. Buat tambah tenaga non? Yah.. pokoknya bukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan. Tak lupa aku mengambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah.<br /><br />Kemudian aku kembali ke ranjang, menuntaskan tugasku melayani Urip dan Yoyok. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringat kembali bercucuran di sekujur tubuhku. Padahal mereka belum menyentuhku. Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat perangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka. Urip dan Yoyok bergantian memompa vagina dan mulutku. Awalnya Urip melesakkan penisnya dalam vaginaku, sementara Yoyok memintaku mengoral penisnya. Karena obat perangsang itu, sebentar sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku orgasme mereka bertukar posisi. Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku kurasakan ketika mengoral penis mereka, dan membuatku semakin bergairah. Mereka akhirnya berorgasme bersamaan, Yoyok di vaginaku dan Urip di tenggorokanku. Sedangkan aku sendiri sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme. Ada 3 sampai 4 menit lamanya, tubuhku terlonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku menggengam sprei yang sudah semakin basah dan awut awutan. Aku melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu birahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan mata menikmati sisa getaran pada sekujur tubuhku. Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku. Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nafsu birahi yang amat hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku.<br /><br />Akhirnya mereka sudah selesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:45. Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih. Aku bangkit berdiri lalu melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan pahaku yang belepotan sperma. Dan dengan nakal Girno melesakkan roti hot dog ke dalam vaginaku. Aku mendesah dan memandangnya penuh tanda tanya, tapi Girno hanya cengengesan sambil memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku yang cukup ketat. Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku. Tanganku direntangkan, dan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolahku. Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah.<br /><br />“Non Eliza, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu saja kami masih menginginkan non melayani kami untuk berikut berikutnya? kata Girno. Aku tak terlalu terkejut mendengar hal ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, “maksud bapak?? “Non tentu sudah mengerti, kami masih inginkan servis non di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3. Dua hari sebelum hari Natal. Tanggal 24 kan libur, kami ingin non Eliza datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi. Seperti hari ini, non cukup melayani kami 2 jam saja. Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu. Non harus datang, karena kalo tidak wali kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Edy??jelas Girno panjang lebar. Pak Edy mengiyakan dan berkata, “benar Eliza. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya cari cari. Jadi sebaiknya kamu jangan macam macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kamu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu? Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah. Oh Tuhan.. di malam Natal minggu depan, aku harus bermain sex dengan enam laki laki yang ada di sekitarku ini?Dan aku tak bisa menolak sama sekali.. Setelah semua beres, aku diijinkan pulang. Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih tatih ke mobilku, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi ramai ramai, roti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada yang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat.<br /><br />Sampai di rumah, sekitar pukul 22:30, aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku. Roti ini benar benar mengganggu sejak aku menyetir tadi. Rasa nikmat terus mendera vaginaku tak henti hentinya, karena setiap kaki kiriku menginjak kopling, roti ini rasanya tertanam makin dalam. Kini hal yang sama juga terjadi setiap aku melangkahkan kakiku agak lebar. Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku harus naik tangga, kamarku memang ada di lantai 2. Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana aku buka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang sudah sedikit hancur terkena campuran sperma dan cairan cintaku. Aku menyemprotkan air shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat. Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelelahan ini di ranjangku yang empuk. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah puas orang orang yang tadi menggangbang aku.<br /><br />Tamat<br /><br />TAMAT///////////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-7725763906663859332009-02-16T20:32:00.001+07:002009-02-16T20:32:58.440+07:00Dokter Gigi Cabul<div class="fullpost"> --------------------------------------------------------------------------------<br /><br />hari masih pagi, dokter gigi santoso sebenarnya belum siap terima pasien , namun saat ia tiba di tempat praktek seorang gadis cantik telah menunggunya.ia meminta dokter untuk memriksa giginya sepagi itu karena nanti siang dia ada ujian smester.<br /><br /><br />namanya amanda, ia mahasiswi smester awal di sebuah universitas ternama di bandung. tak dapat disangkal jika memang amanda mempunyai wajah cantik dan body yg menggiurkan. sehingga dokter pun mengizinkan amanda untuk masuk ke ruang praktek.<br /><br />amanda kemudian segera duduk di bangku periksa sementara dokter santoso menyiapkan peralatan untuk memeriksa.<br />"kenapa nih , amanda..?"<br />"ini dok, gigi belakang saya sakit banget , mana mau ujian lagi.."<br />"ok , saya periksa dulu."<br />dokter sempat tertegun saat melihat amanda terbaring di bangku periksa, amanda yg saat itu memakai blouse putih dan rok hitam terlihat sangat memancing birahi, buah dadanya solah berontak ingin keluar tertahan oleh kancing blouse.<br /><br />sambil memeriksa gigi amanda, selintas pikiran kotor muncul di otaknya. ia pun mengatakan bahwa ia akan menggunakan bius untuk mengobati gigi amanda, dan sesuai perkiraan amanda hanya mengangguk setuju.<br /><br />dokter segera menyiapkan bius dan mengatur dosisnya sedemikian rupa, sehingga amanda tidak akan total pingsan. dosis ini hanya akan membuat amanda setengah sadar, dan juga membuat amanda tidak punya kontrol terhadap tubuhnya.<br />"tahan sebentar ya.." kemudian dokter menyuntikan obat bius itu pada amanda.dan beberapa menit kemudian amanda mulai tak sadarkan diri.<br /><br />ternyata berhasil , meski mata amanda tidak tertutup ,tapi pandangannya kosong,menandakan ia stengah sadar. dokter mengguncangkan bahu amanda dan memanggil namanya, tak ada respon. ia sekali mengguncangkannnya , agak lebih keras, amanda tetap tak menjawab. dr santoso segera mengunci ruang prakteknya.<br />dan senyum nafsu menhias wajahnya melihat tubuh amanda yang tak berdaya.<br /><br />dokter santoso mulai meraba paha mulus amanda, dari bawah ,keatas, terus menelusup masuk ke balik rok hitam amanda, meremas pantat amanda, dan memainkan vaginanya. amanda merintih pelan, namun masih tetap tak sadarkan diri.<br /><br />dokter kemudian menurunkan tinggi bangku periksa tsb senhingga kini amanda nyaris terbaring lurus.<br />"amanda, saya buka bajunya ya..?"<br />amanda tak menjawab, tatapannya tetap kosong namun kepalanya mengangguk pelan.<br />segera dokter santoso membuka kancing blouse amanda satu persatu, memperlihatkan buah dada yg masih tertutup bra putih, dengan perlahan ia mengankat ke atas bra amanda, dan mulai meremas buah dadanya yg menonjol sempurna. amanda kembali merintih pelan.<br />"gimana amanda, enak..?"<br />amanda hanya mengangguk pelan tanpa sadar.<br /><br />dokter santoso kemudian membuka celananya sendiri, meraih tangan kanan amanda dan menggengamkannya pada kont*lnya. imajinasinya melayang sangat tinggi, saat tangan halus amanda menyentuh kont*lnya. ia kemudian menggerakan tangan amanda ,seolah amanda sedang mengocok kont*lnya, membuat dokter menggeram tertahan.<br /><br />"amanda, buka mulutnya ..yg lebar..."<br />begitu mulut amanda terbuka, dokter segera memasukan kont*l ke dalamnya. perasaan hangat dan nikmat menjalar ke seluruh tubuh dokter santoso.<br />"amanda coba sedot dong..."<br />namun amanda tak bereaksi. tentu saja , meski tak sadarkan diri namun bukan berarti ia bisa diperintah apapun. dokter santoso menyadari hal itu , hingga akhirnya ia yg bergerak maju mundur , sentuhan bibir manis amanda di kont*lnya membuat ia melayang sangat tinggi.<br /><br />hingga beberapa menit akhirnya ia merasakan akan orgasme, ia menahan kont*lnay di mulut amanda , dan menyemburkan spermanya langsung ke tenggorokan amanda. hal ini ternyata membuat amanda terbatuk batuk , beruntung efek obat bius tsb masih bekerja.<br /><br />dokter santoso segera memakai celananya kembali dan merapihkan pakaian amanda, sambil sempat meremas buah dada indah itu untuk terakhir kali, lalu duduk di balik mejanya seolah tak ada apa apa.<br /><br />tak seberapa lama, amanda sadarkan diri, dan tersenyum pada dokter, ia tidak menyadari apa yg baru saja terjadi.<br />" gimana dok..?"<br />"kamu gimana perasaannya amanda...?'<br />"yaahh..lumayan sih ga sesakit tadi, tapi kok rasanya aneh ya..?" ia tidak tahu rasa aneh itu adalah sperma dokter santoso.<br />"ahh, ga apa apa...itu obat kok..banyak banyak minum aja ya..?"<br />"terima kasih dok.."<br />"sama sama"<br />sebelum pulang dokter santoso mengingatkan agar amanda melakukan kontrol rutin tiap seminggu sekali.<br />amanda yg tidak tahu apa yg dipikirkan dokter hanya meng iyakan saja.<br /><br />sementara dalam pikiran dokter santoso, berbagai rencana untuk menikmati tubuh amanda lebih jauh mulai tersusun.<br /><br />akankah cerita bersambung....Huh? terserah penilaian anda.<br /><br />TAMAT\\\\\\\\\\\<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-60343886639450405892009-02-16T20:31:00.000+07:002009-02-16T20:32:14.492+07:00Dipakai Anak Kost Bule<div class="fullpost"> --------------------------------------------------------------------------------<br /><br />Namaku Evita dan Suamiku Edo. Kami baru satu tahun<br />melangsungkan perkawinan, tapi belum ada pertanda aku hamil.<br />Sudah kucoba berdua periksa siapa yang mandul, tapi kata<br />dokter semuanya subur dan baik-baik saja. Mungkin karena<br />selama pacaran dulu kami sering ke Discotik, merokok dan<br />sedikit mabuk. Itu kita lakukan setiap malam minggu selama<br />tiga tahun, selama masa pacaran berlangsung.<br /><br />Suamiku seorang sales yang hampir dua hari sekali pasti ke<br />luar kota, bahkan kadang satu minggu di luar kota, karena rasa<br />kasihannya terhadapku, maka dia berniat untuk menyekat rumahku<br />untuk membuka tempat kost agar aku tidak merasa sendirian di<br />rumah.<br /><br />Mula-mula empat kamar tersebut kami kost-kan untuk<br />cewek-cewek, ada yang mahasiswa ada pula yang karyawati. Aku<br />sangat senang ada teman untuk ngobrol-ngobrol. Setiap suamiku<br />pulang dari luar kota, pasti dibawakan oleh-oleh agar mereka<br />tetap senang tinggal di rumah kami. Tetapi lama-kelamaan aku<br />merasa makin tambah bising, setiap hari ada yang apel sampai<br />larut malam, apalagi malam minggu, aduh bising sekali bahkan<br />aku semakin iri pada mereka untuk kumpul bersama-sama satu<br />keluarga. Begitu suamiku datang dari luar kota, aku<br />menceritakan hal-hal yang tiap hari kualami, akhirnya kita<br />putuskan untuk membubarkan tempat kost tersebut dengan alasan<br />rumah mau kita jual. Akhirnya mereka pun pada pamitan pindah<br />kost.<br /><br />Bulan berikutnya kita sepakat untuk ganti warna dengan cara<br />kontrak satu kamar langsung satu tahun khusus<br />karyawan-karyawan dengan syarat satu kamar untuk satu orang<br />jadi tidak terlalu pusing untuk memikirkan ramai atau pun<br />pulang malam. Apalagi lokasi rumah kami di pinggir jalan jadi<br />tetangga-tetangga pada cuek. Satu kamar diisi seorang bule<br />berbadan gede, putih dan cakep. Untuk ukuran harga kamar kami<br />langsung dikontan dua tahun dan ditambah biaya perawatan<br />karena dia juga sering pulang malam.<br /><br />Suatu hari suamiku datang dari luar kota, dia pulang membawa<br />sebotol minuman impor dan obat penambah rangsangan untuk suami<br />istri.<br />Suamiku bertanya, "Lho kok sepi-sepi aja, pada ke mana."<br />"Semua pada pulang karena liburan nasional, tapi yang bule<br />nggak, karena perusahaannya ada sedikit lembur untuk mengejar<br />target", balasku mesra.<br /><br />Kemudian suamiku mengambil minumannya dan cerita-cerita santai<br />di ruang tamu, "Nich sekali-kali kita reuni seperti di<br />diskotik", kata suamiku, "Aku juga membawa obat kuat dan<br />perangsang untuk pasangan suami istri, ntar kita coba ya.."<br />Sambil sedikit senyum, kujawab, "Kangen ya.. emang cuman kamu<br />yang kangen.."<br />Lalu kamipun bercanda sambil nonton film porno.<br />"Nich minum dulu obatnya biar nanti seru.." kata suamiku.<br />Lalu kuminum dua butir, suamiku minum empat butir.<br />"Lho kok empat sih.. nanti over lho", kataku manja.<br />"Ach.. biar cepat reaksinya", balas suamiku sambil tertawa<br />kecil.<br /><br />Satu jam berlangsung ngobrol-ngobrol santai di ruang tamu<br />sambil nonton film porno, kurasakan obat tadi langsung<br />bereaksi. Aku cuma mengenakan baju putih tanpa BH dan CD. Kita<br />berdua duduk di sofa sambil kaki kita diletakkan di atas meja.<br />Kulihat suamiku mulai terangsang, dia mulai memegang lututku<br />lalu meraba naik ke pahaku yang mulus, putih dan seksi. Buah<br />dadaku yang masih montok dengan putingnya yang masih kecil dan<br />merah diraihnya dan diremasnya dengan mesra, sambil menciumiku<br />dengan lembut, perlahan-lahan suamiku membuka kancing bajuku<br />satu persatu dan beberapa detik kemudian terbukalah semua<br />pelapis tubuhku.<br /><br />"Auh.." erangku, kuraba batang kemaluan suamiku lalu kumainkan<br />dengan lidah, kukulum semuanya, semakin tegang dan besar. Dia<br />pun lalu menjilat klitorisku dengan gemas, menggigit-gigit<br />kecil hingga aku tambah terangsang dan penuh gairah, mungkin<br />reaksi obat yang kuminum tadi. Liang kewanitaanku mulai basah,<br />dan sudah tidak kuat aku menahannya. "Ach.. Mas masukin yuk..<br />cepat Mas.. udah pingin nich.." sambil mencari posisi yang<br />tepat aku memasukkan batang kemaluannya pelan-pelan dan,<br />"Bless..", batang kemaluan suamiku masuk seakan membongkar<br />liang surgaku. "Ach.. terus Mas.. aku kangen sekali..", dengan<br />penuh gairah entah kenapa tiba-tiba aku seperti orang<br />kesurupan, seperti kuda liar, mutar sana mutar sini. Begitu<br />pula suamiku semakin cepat gesekannya. Kakiku diangkatnya ke<br />atas dan dikangkangkan lebar-lebar.<br /><br />Perasaanku aneh sekali, aku seakan-akan ingin sekali diperkosa<br />beberapa orang, seakan-akan semua lubang yang aku punya ingin<br />sekali dimasuki batang kemaluan orang lain. Seperti orang<br />gila, goyang sana, goyang sini sambil membayangkan<br />macam-macam. Ini berlangsung lama sekali dan kita bertahan<br />seakan-akan tidak bisa keluar air mani. Sampai perih tapi asik<br />sekali. Sampai akhirnya aku keluar terlebih dahulu, "Ach.. Mas<br />aku keluar ya.. udah nggak tahan nich.. aduh.. aduh.. adu..h..<br />keluar tiga kali Mas", desahku mesra. "Aku juga ya.. ntar kamu<br />agak pelan goyangnya.. ach.. aduh.. keluar nich.." Mani kental<br />yang hangat banyak sekali masuk ke dalam liang kenikmatanku.<br />Dan kini kita berada dalam posisi terbalik, aku yang di atas<br />tapi masih bersatu dalam dekapan.<br /><br />Kucabut liang kewanitaanku dari batang kemaluan suamiku terus<br />kuoles-oleskan di mulut suamiku, dan suamiku menyedot semua<br />mani yang ada di liang kewanitaanku sampai tetes terakhir.<br />Kemudian kita saling berpelukan dan lemas, tanpa disadari<br />suamiku tidur tengkurap di karpet ruang tamu tanpa busana<br />apapun, aku pun juga terlelap di atas sofa panjang dengan kaki<br />telentang, bahkan film porno pun lupa dimatikan tapi semuanya<br />terkunci sepertinya aman.<br /><br />Ketika subuh aku terbangun dan kaget, posisiku bugil tanpa<br />sehelai benang pun tetapi aku telah pindah di kamar dalam,<br />tetapi suamiku masih di ruang tamu. Akhirnya perlahan-lahan<br />kupakai celana pendek dan kubangunkan suamiku. Akhirnya kami<br />mandi berdua di kamar mandi dalam. Jam delapan pagi saya<br />buatkan sarapan dan makan pagi bersama, ngobrol sebentar<br />tentang permainan seks yang telah kami lakukan tadi malam.<br />Tapi aku tidak bertanya tentang kepindahan posisi tidurku di<br />dalam kamar, tapi aku masih bertanya-tanya kenapa kok aku bisa<br />pindah ke dalam sendirian.<br /><br />Sesudah itu suamiku mengajakku mengulangi permaina seks<br />seperti semalam, mungkin pengaruh obatnya belum juga hilang.<br />Aku pun disuruhnya minum lagi tapi aku cuma mau minum satu<br />kapsul saja. Belum juga terasa obat yang kuminum, tiba-tiba<br />teman suamiku datang menghampiri karena ada tugas mendadak ke<br />luar kota yang tidak bisa ditunda. Yah.. dengan terpaksa<br />suamiku pergi lagi dengan sebuah pesan kalau obatnya sudah<br />bereaksi kamu harus tidur, dan aku pun menjawabnya dengan<br />ramah dan dengan perasaan sayang. Maka pergilah suamiku dengan<br />perasaan puas setelah bercinta semalaman.<br /><br />Dengan daster putih aku kembali membenahi ruang makan, dapur<br />dan kamar-kamar kost aku bersihkan. Tapi kaget sekali waktu<br />membersihkan kamar terakhir kost-ku yang bersebelahan dengan<br />kamar tidurku, ternyata si bule itu tidur pulas tanpa busana<br />sedikit pun sehingga kelihatan sekali batang kemaluan si bule<br />yang sebesar tanganku. Tapi aku harus mengambil sprei dan<br />sarung bantal yang tergeletak kotor yang akan kucuci.<br /><br />Dengan sangat perlahan aku mengambil cucian di dekat si bule<br />sambil melihat batang kemaluan yang belum pernah kulihat<br />secara dekat. Ternyata benar seperti di film-film porno bahwa<br />batang kemaluan bule memang besar dan panjang. Sambil menelan<br />ludah karena sangatlah keheranan, aku mengambil cucian itu.<br /><br />Tiba-tiba si bule itu bangun dan terkejut seketika ketika<br />melihat aku ada di kamarnya. Langsung aku seakan-akan tidak<br />tahu harus berkata apa.<br />"Maaf tuan saya mau mengambil cucian yang kotor", kataku<br />dengan sedikit gugup.<br />"Suamimu sudah berangkat lagi?" jawabnya dengan pelan dan<br />pasti. Dengan pertanyaan seperti itu aku sangat kaget. Dan<br />kujawab, "Kenapa?".<br />Sambil mengambil bantal yang ditutupkan di bagian vitalnya, si<br />bule itu berkata, "Sebelumnya aku minta maaf karena tadi malam<br />aku sangat lancang. Aku datang jam dua malam, aku lihat<br />suamimu tidur telanjang di karpet ruang tamu, dan kamu pun<br />tidur telanjang di sofa ruang tamu, dengan sangat penuh nafsu<br />aku telah melihat liang kewanitaanmu yang kecil dan merah<br />muda, maka aku langsung memindahkan kamu ke kamar, tapi<br />tiba-tiba timbul gairahku untuk mencoba kamu. Mula-mula aku<br />hanya menjilati liang kewanitaanmu yang penuh sperma kering<br />dengan bau khas sperma lelaki. Akhirnya batang kemaluanku<br />terasa tegang sekali dan nafsuku memuncak, maka dengan<br />beraninya aku meniduri kamu."<br /><br />Dengan rasa kaget aku mau marah tapi memang posisi yang salah<br />memang diriku sendiri, dan kini terjawablah sudah pertanyaan<br />dalam benakku kenapa aku bisa pindah ke ruang kamar tidurku<br />dan kenapa liang kewanitaanku terasa agak sakit<br />"Trus saya.. kamu apain", tanyaku dengan sedikit penasaran<br />"Kutidurin kamu dengan penuh nafsu, sampai mani yang keluar<br />pertama kutumpahkan di perut kamu, dan kutancapkan lagi<br />batanganku ke liang kewanitaanmu sampai kira-kira setengah jam<br />keluar lagi dan kukeluarkan di dalam liang kewanitaanmu",<br />jawab si bule.<br />"Oic.. bahaya nich, ntar kalo hamil gimana nich", tanyaku<br />cemas.<br />"Ya.. nggak pa-pa dong", jawab si bule sambil menggandengku,<br />mendekapku dan menciumku.<br /><br />Kemudian dipeluknya tubuhku dalam pangkuannya sehingga sangat<br />terasa batang kemaluannya yang besar menempel di liang<br />kewanitaanku. "Ach.. jangan dong.. aku masih capek semalaman",<br />kataku tapi tetap saja dia meneruskan niatnya, aku ditidurkan<br />di pinggir kasurnya dan diangkat kakiku hingga terlihat liang<br />kewanitaanku yang mungil, dan dia pun mulai manjilati liang<br />kewanitaanku dengan penuh gairah. Aku pun sudah mulai bernafsu<br />karena pengaruh obat yang telah aku minum sewaktu ada suamiku.<br /><br /><br />"Auh.. Jhon.. good.. teruskan Jhon.. auh". Satu buah jari<br />terasa dimasukkan dan diputar-putar, keluar masuk, goyang<br />kanan goyang kiri, terus jadi dua jari yang masuk, ditarik,<br />didorong di liang kewanitaanku. Akhirnya basah juga aku,<br />karena masih penasaran Jhon memasukkan tiga jari ke liang<br />kewanitaanku sedangkan jari-jari tangan kirinya membantu<br />membuka bibir surgaku. Dengan nafsunya jari ke empatnya<br />dimasukkan pula, aku mengeliat enak. Diputar-putar hingga<br />bibir kewanitaanku menjadi lebar dan licin. Nafsuku memuncak<br />sewaktu jari terakhir dimasukkan pula.<br /><br />"Aduh.. sakit Jhon.. jangan Jhon.. ntar sobek.. Jhon.. jangan<br />Jhon", desahku sambil mengeliat dan menolak perbuatannya, aku<br />berusaha berdiri tapi tidak bisa karena tangan kirinya<br />memegangi kaki kiriku. Dan akhirnya, "Bless.." masuk semua<br />satu telapak tangan kanan Jhon ke dalam liang kewanitaanku,<br />aku menjerit keras tapi Jhon tidak memperdulikan jeritanku,<br />tangan kirinya meremas payudaraku yang montok hingga rasa<br />sakitnya hilang. Akhirnya si bule itu tambah menggila,<br />didorong, tarik, digoyang kanan kiri dengan jari-jarinya<br />menggelitik daging-daging di dalamnya, dia memutar posisi jadi<br />enam sembilan, dia menyumbat mulutku dengan batang kemaluannya<br />hingga aku mendapatkan kenikmatan yang selama ini sangat<br />kuharapkan.<br /><br />"Auch.. Jhon punyamu terlalu panjang hingga masuk di<br />tenggorokanku.. pelan-pelan aja", ucapku tapi dia masih<br />bernafsu. Tangannya masih memainkan liang kewanitaanku,<br />jari-jarinya mengelitik di dalamnya hingga rasanya geli, enak<br />dan agak sakit karena bulu-bulu tangannya menggesek-gesek<br />bibir kewanitaanku yang lembut. Ini berlangsung lama sampai<br />akhirnya aku keluar.<br />"Jhon.. aku nggak tahan.. auch.. aouh.. aku keluar Jhon auch,<br />aug.. keluar lagi Jhon.." desahku nikmat menahan orgasme yang<br />kurasakan.<br />"Aku juga mau keluar.. auh.." balasnya sambil mendesah.<br /><br />Kemudian tangannya ditarik dari dalam liang kewanitaanku dan<br />dia memutar berdiri di tepi kasur dan menarik kepalaku untuk<br />mengulum kemaluannya yang besar. Dengan sangat kaget dan<br />merasa takut, kulihat di depan pintu kamar ternyata suamiku<br />datang lagi, sepertinya suamiku tidak jadi pergi dan melihat<br />peristiwa itu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, kupikir sudah<br />ketahuan, telanjur basah, aku takut kalau aku berhenti lalu si<br />bule tahu dan akhirnya bertengkar, tapi aku pura-pura tidak<br />ada sesuatu hal pun, si bule tetap kukulum sambil melirik<br />suamiku, takut kalau dia marah.<br /><br />Tapi ternyata malah suamiku melepas celana dan mendekati kami<br />berdua yang sudah tengang sekali, mungkin sudah menyaksikan<br />kejadian ini sejak tadi. Dan akhirnya si bule kaget sekali,<br />wajahnya pucat dan kelihatan grogi, lalu melepas alat vitalnya<br />dari mulutku dan agak mudur sedikit. Tapi suamiku berkata,<br />"Terusin aja nggak pa-pa kok, aku sayang sama istriku.. kalau<br />istriku suka begini.. ya terpaksa aku juga suka.. ayo kita<br />main bareng". Akhirnya semua pada tersenyum merdeka, dan tanpa<br />rasa takut sedikit pun akhirnya si bule disuruh tidur<br />telentang, aku tidur di atas tubuh si bule, dan suamiku<br />memasukkan alat vitalnya di anusku, yang sama sekali belum<br />pernah kulakukan. Dengan penuh nafsu suamiku langsung<br />memasukkan batang kemaluannya ke dalam anusku. Karena<br />kesulitan akhirnya dia menarik sedikit tubuhku hingga batang<br />kemaluan si bule yang sudah masuk ke liang kewanitaanku<br />terlepas, suamiku buru-buru memasukkan batang kemaluannya ke<br />liang kewanitaanku yang sudah basah, di goyang beberapa kali<br />akhirnya ikut basah, dan dicopot lagi dan dimasukkan ke anusku<br />dan.. "Bless..", batang kemaluan suamiku menembus mulus<br />anusku. "Aduh.. pelan-palan Mas..", seruku.<br /><br />Kira-kira hampir setengah jam posisi seperti ini berlangsung<br />dan akhirnya suamiku keluar duluan, duburku terasa hangat kena<br />cairan mani suamiku, dia menggerang keenakan sambil tergeletak<br />melihatku masih menempel ketat di atas tubuh si bule. Akhirnya<br />si bule pun pindah atas dan memompaku lebih cepat dan aku pun<br />mengerang keenakan dan sedikit sakit karena mentok, kupegang<br />batang kemaluan si bule yang keluar masuk liang kewanitaanku,<br />ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke<br />liang senggamaku. Suamiku pun ikut tercengang melihat batang<br />kemaluan si bule yang besar, merah dan panjang. Aku pun terus<br />mengerang keasyikan, "Auh.. auh.. terus Jhon.. auh, keluarin<br />ya Jhon.."<br /><br />Akhirnya si bule pun keluar, "Auch.. keluar nich.." ucapnya<br />sambil menarik batang kemaluannya dari liang kewanitaanku dan<br />dimasukkan ke mulutku dan menyembur juga lahar kental yang<br />panas, kutelan sedikit demi sedikit mani asin orang bule.<br />Suamiku pun ikut menciumku dengan sedikit menjilat mani orang<br />asing itu. Kedua lelaki itu akhirnya tersenyum kecil lalu<br />pergi mandi dan tidur siang dengan puas. Sesudah itu aku<br />menceritakan peristiwa awalnya dan minta maaf, sekaligus minta<br />ijin bila suatu saat aku ingin sekali bersetubuh dengan si<br />bule boleh atau tidak. "Kalau kamu mau dan senang, ya nggak<br />apa-apa asal kamu jangan sampai disakiti olehnya". Sejak saat<br />itupun bila aku ditinggal suamiku, aku tidak pernah merasa<br />kesepian. Dan selalu dikerjain oleh si bule.<br /><br /><br />TAMAT.;//////////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-48757892191580837902009-02-16T20:29:00.000+07:002009-02-16T20:30:22.132+07:00Dinda Dan Sex Pertamanya<div class="fullpost"> Nama saya Dinda. Sebenarnya itu bukan nama asli saya, tetapi nama samaran yang diberikan Arthur dalam kisahnya di Arthur: Snow, Ski & Sex. Saya ingin membagikan juga kisah saya tetapi saya menumpang saja memakai account Arthur di 17Tahun.com. Menurut orang, wajah saya cantik sekali. Mataku yang sayu sering membuat pria tergila-gila padaku. Saya sendiri tidak GR tapi saya merasa pria banyak yang ingin bersetubuh dengan saya. Saya senang saja karena pada dasarnya saya juga senang ML.<br /><br />Saya dibesarkan di keluarga yang taat beragama. Dari SD hingga SMP saya disekolahkan di sebuah sekolah berlatar belakang agama. Sebenarnya dari kelas 6 SD, gairah seksual saya tinggi sekali tetapi saya selalu berhasil menekannya dengan membaca buku. Selesai SMP tahun 1989, saya melanjutkan ke SMA negeri di kawasan bulungan, Jakarta Selatan.<br /><br />Di hari pertama masuk SMA, saya sudah langsung akrab dengan teman-teman baru bernama Vera, Angki dan Nia. Mereka cantik, kaya dan pintar. Dari mereka bertiga, terus terang yang bertubuh paling indah adalah si Vera. Tubuh saya cenderung biasa saja tetapi berbuah dada besar karena dulu saya gemuk, tetapi berkat diet ketat dan olah raga gila-gilaan, saya berhasil menurunkan berat badan tetapi payudaraku tetap saja besar.<br /><br />Di suatu hari Sabtu, sepulang sekolah kami menginap ke rumah Vera di Pondok Indah. Rumah Vera besar sekali dan punya kolam renang. Di rumah Vera, kami ngerumpi segala macam hal sambil bermalas-malasan di sofa. Di sore hari, kami berempat ganti baju untuk berenang. Di kamar Vera, dengan cueknya Vera, Angki dan Nia telanjang didepanku untuk ganti baju. Saya awalnya agak risih tetapi saya ikut-ikutan cuek. Saya melirik tubuh ketiga teman saya yang langsing. Ku lirik selangkangan mereka dan bulu kemaluan mereka tercukur rapi bahkan Vera mencukur habis bulu kemaluannya. Tiba-tiba si Nia berteriak ke arah saya..<br /><br />"Gile, jembut Dinda lebat banget"<br />Kontan Vera dan Angki menengok kearah saya. Saya menjadi sedikit malu.<br /><br />"Dicukur dong Dinda, enggak malu tuh sama celana dalam?" kata Angki.<br />"Gue belum pernah cukur jembut" jawabku.<br />"Ini ada gunting dan shaver, cukur aja kalau mau" kata Vera.<br /><br />Saya menerima gunting dan shaver lalu mencukur jembutku di kamar mandi Vera. Angki dan Nia tidak menunggu lebih lama, mereka langsung menceburkan diri ke kolam renang sedangkan Vera menunggui saya. Setelah mencoba memendekkan jembut, Vera masuk ke kamar mandi dan melihat hasil saya.<br /><br />"Kurang pendek, Dinda. Abisin aja" kata Vera.<br />"Nggak berani, takut lecet" jawabku.<br />"Sini gue bantuin" kata Vera.<br /><br />Vera lalu berjongkok di hadapanku. Saya sendiri posisinya duduk di kursi toilet. Vera membuka lebar kaki saya lalu mengoleskan shaving cream ke sekitar vagina. Ada sensasi getaran menyelubungi tubuhku saat jari Vera menyentuh vaginaku. Dengan cepat Vera menyapu shaver ke jembutku dan menggunduli semua rambut-rambut didaerah kelaminku. Tak terasa dalam waktu 5 menit, Vera telah selesai dengan karyanya. Ia mengambil handuk kecil lalu dibasahi dengan air kemudian ia membersihkan sisa-sisa shaving cream dari selangkanganku.<br /><br />"Bagus kan?" kata Vera.<br /><br />Saya menengok ke bawah dan melihat vaginaku yang botak seperti bayi. OK juga kerjaannya. Vera lalu jongkok kembali di selangkanganku dan membersihkan sedikit selangkanganku.<br /><br />"Dinda, elo masih perawan ya?" kata Vera.<br />"Iya, kok tau?"<br />"Vagina elo rapat banget" kata Vera.<br /><br />Sekali-kali jari Vera membuka bibir vagina saya. Nafasku mulai memburu menahan getaran dalam tubuhku. Ada apa ini? Tanya saya dalam hati. Vera melirik ke arahku lalu jarinya kembali memainkan vaginaku.<br /><br />"Ooh, Vera, geli ah"<br /><br />Vera nyengir nakal tapi jarinya masih mengelus-elus vaginaku. Saya benar-benar menjadi gila rasanya menahan perasaan ini. Tak terasa saya menjambak rambut Vera dan Vera menjadi semakin agresif memainkan jarinya di vaginaku. Dan sekarang ia perlahan mulai menjilat vagina saya.<br /><br />"mem*k kamu wangi"<br />"Jangan Vera" pinta saya tetapi dalam hati ingin terus dijilat.<br /><br />Vera menjilat vagina saya. Bibir vagina saya dibuka dan lidahnya menyapu seluruh vagina saya. Klitorisku dihisap dengan keras sehingga nafas saya tersentak-sentak. Saya memejamkan mata menikmati lidah Vera di vaginaku. Tak berapa lama saya merasakan lidah Vera mulai naik kearah perut lalu ke dada. Hatiku berdebar-debar menantikan perbuatan Vera berikutnya. Dengan lembut tangan Vera membuka BH-ku lalu tangan kanannya mulai meremas payudara kiriku sedangkan payudara kananku dikulum oleh Vera. Inikah yang namanya seks? Tanyaku dalam hati. 18 tahun saya mencoba membayangkan kenikmatan seks dan saya sama sekali tak membayangkan bahwa pengalaman pertamaku akan dengan seorang perempuan. Tetapi nikmatnya luar biasa. Vera mengulum puting payudaraku sementara tangan kanannya sudah kembali turun ke selangkanganku dan memainkan klitorisku. Saya menggeliat-geliat menikmati sensualitas dalam diriku. Tiba-tiba dari luar si Nia memanggil..<br /><br />"Woi, lama amat di dalam. Mau berenang enggak?"<br /><br />Vera tersenyum lalu berdiri. Saya tersipu malu kemudian saya bergegas memakai baju berenang dan kami berdua menyusul kedua teman yang sudah berenang. Di malam hari selesai makan malam, kita berempat nonton TV dikamar Vera. Oiya, orang tua Vera sedang keluar negeri sedangkan kakak Vera lagi keluar kota karenanya rumah Vera kosong. Setelah bosan menonton TV, kami menggosipkan orang-orang di sekolah. Pembicaraan kami ngalor-ngidul hingga Vera membuat topik baru dengan siapa kita mau bersetubuh di sekolah. Angki dan Nia sudah tidak perawan sejak SMP. Mereka berdua menceritakan pengalaman seks mereka dan Vera juga menceritakan pengalaman seksnya, saya hanya mendengarkan kisah-kisah mereka.<br /><br />"Kalau gue, gue horny liat si Ari anak kelas I-6" kata Nia.<br />"Iya sama dong, tetapi gue liat horny liat si Marcel. Kayaknya kont*lnya gede deh" kata Angky.<br />"Terus terang ya, gue dari dulu horny banget liat si Alex. Sering banget gue bayangin kont*l dia muat enggak di vagina gue. Sorry ya Vera, gue kan tau Alex cowok elo" kata saya sambil tersenyum.<br />"Hahaha, nggak apa-apa lagi. Banyak kok yang horny liat dia. Si Angky dan Nia juga horny" kata Vera. Kami berempat lalu tertawa bersama-sama.<br /><br />Di hari Senin setelah pulang sekolah, Vera menarik tangan saya.<br /><br />"Eh Dinda, beneran nih elo sering mikirin Alex?"<br />"Iya sih, kenapa? Nggak apa-apa kan gue ngomong gitu?" tanya saya.<br />"Nggak apa-apa kok. Gue orangnya nyantai aja" kata Vera.<br />"Pernah kepikiran enggak mau ML?" Vera kembali bertanya.<br />"Hah? Dengan siapa?" tanya saya terheran-heran.<br />"Dengan Alex. Semalam gue cerita ke Alex dan Alex mau aja ML dengan kamu"<br />"Ah gila loe Vera" jawab saya.<br />"Mau enggak?" desak Vera.<br />"Terus kamu sendiri gimana?" tanya saya dengan heran.<br />"Saya sih cuek aja. Kalo bisa bikin teman senang, kenapa enggak?" kata Vera.<br />"Ya boleh aja deh" kata saya dengan deg-degan.<br />"Mau sekarang di rumahku?" kata Vera.<br />"Boleh"<br /><br />Saya naik mobil Vera dan kami berdua langsung meluncur ke Pondok Indah. Setiba di sana, saya mandi di kamar mandi karena panas sekali. Sambil mandi, perasaan saya antara tegang, senang, merinding. Semua bercampur aduk. Selesai mandi, saya keluar kamar mandi mengenakan BH dan celana dalam. Saya pikir tidak ada orang di kamar. Saya duduk di meja rias sambil menyisir rambutku yang panjang. Tiba-tiba saya kaget karena Vera dan Alex muncul dari balkon kamar Vera. Rupanya mereka berdua sedang menunggu saya sambil mengobrol di balkon.<br /><br />"Halo Dinda" kata Alex sambil tersenyum.<br /><br />Saya membalas tersenyum lalu berdiri. Alex memperhatikan tubuhku yang hanya ditutupi BH dan celana dalam. Tubuh Alex sendiri tinggi dan tegap. Alex masih campuran Belanda Menado sehingga terlihat sangat tampan.<br /><br />"Hayo, langsung aja. Jangan grogi" kata Vera bagaikan germo.<br /><br />Alex lalu menghampiriku kemudian ia mencium bibirku. Inilah pertama kali saya dicium di bibir. Perasaan hangat dan getaran menyelimuti seluruh tubuhku. Saya membalas ciuman Alex dan kita berciuman saling berangkulan. Saya melirik ke Vera dan saya melihat Vera sedang mengganti baju seragamnya ke daster. Alex mulai meremas-remas payudaraku yang berukuran 34C. Saya membuka BH-ku sehingga Alex dengan mudah dapat meremas seluruh payudara. Tangan kirinya diselipkan kedalam celana dalamku lalu vaginaku yang tidak ditutupi sehelai rambut mulai ia usap dengan perlahan. Saya menggelinjang merasakan jari jemari Alex di selangkanganku. Alex lalu mengangkat tubuhku dan dibaringkan ke tempat tidur. Alex membuka baju seragam SMA-nya sampai ia telanjang bulat di hadapanku. Mulut saya terbuka lebar melihat kont*l Alex yang besar. Selama ini saya membayangkan kont*l Alex dan sekarang saya melihat dengan mata kapala sendiri kont*l Alex yang berdiri tegak di depan mukaku. Alex menyodorkan kont*lnya ke muka saya. Saya langsung menyambutnya dan mulai mengulum kont*lnya. Rasanya tidak mungkin muat seluruh kont*lnya dalam mulutku tetapi saya mencoba sebisaku menghisap seluruh batang kont*l itu.<br /><br />Saya merasakan tangan Alex kembali memainkan vaginaku. Gairah saya mulai memuncak dan hisapanku semakin kencang. Saya melirik Alex dan kulihat ia memejamkan matanya menikmati kont*lnya dihisap. Saya melirik ke Vera dan Vera ternyata tidak mengenakan baju sama sekali dan ia sudah duduk di tempat tidur. Alex lalu membalikkan tubuhku sehingga saya dalam posisi menungging.<br /><br />Saya agak bingung karena melihat Vera bersimpuh dibelakang saya. Ah ternyata Vera kembali menjilat vagina saya. Nafas saya memburu dengan keras menikmati jilatan Vera di kemaluan saya. Di sebelah kanan saya ada sebuah kaca besar dipaku ke dinding. Saya melirik ke arah kaca itu dan saya melihat si Alex yang sedang menyetubuhi Vera dalam posisi doggy style sedangkan Vera sendiri dalam keadaan disetubuhi sedang menikmati vaginaku.<br /><br />Wah ini pertama kali saya melihat ini. Saya melihat wajah Alex yang ganteng sedang sibuk ngent*t dengan Vera. Gairah wajah Alex membuat saya semakin horny. Sekali-kali lidah Vera menjilat anus saya dan kepalanya terbentur-bentur ke pantat saya karena tekanan dari tubuh Alex ke tubuh Vera. Tidak berapa lama, Alex menjerit dengan keras sedangkan Vera tubuhnya mengejang. Saya melihat kont*l Alex dikeluarkan dari vagina Vera. Air maninya tumpah ke pinggir tempat tidur.<br /><br />Alex terlihat terengah-engah tetapi matanya langsung tertuju ke vagina saya. Bagaikan sapi yang akan dipotong, Alex dengan mata liar mendorong Vera ke samping lalu ia menghampiri diriku. Alex mengarahkan kont*lnya yang masih berdiri ke vaginaku. Saya sudah sering mendengar pertama kali seks akan sakit dan saya mulai merasakannya. Saya memejamkan mata dengan erat merasakan kont*l Alex masuk ke vaginaku. Saya menjerit menahan perih saat kont*l Alex yang besar mencoba memasuki vaginaku yang masih sempit. Vera meremas lenganku untuk membantu menahan sakit.<br /><br />"Aduh, tunggu dong, sakit nih" keluh saya.<br /><br />Alex mengeluarkan sebentar kont*lnya kemudian kembali ia masukkan ke vaginaku. Kali ini rasa sakitnya perlahan-lahan menghilang dan mulai berganti kerasa nikmat. Oh ini yang namanya kenikmatan surgawi pikir saya dalam hati. kont*l Alex terasa seperti memenuhi seluruh vaginaku. Dalam posisi nungging, saya merasakan energi Alex yang sangat besar. Saya mencoba mengimbangi gerakan tubuh Alex sambil menggerakkan tubuhku maju mundur tetapi Alex menampar pantatku.<br /><br />"Kamu diam aja, enggak usah bergerak" katanya dengan galak.<br />"Jangan galak-galak dong, takut nih Dinda" kata Vera sambil tertawa. Saya ikut tertawa.<br /><br />Vera berbaring di sebelahku kemudian ia mendekatkan wajahnya ke diriku lalu ia mencium bibirku! Wah, bertubi-tubi perasaan menyerang diriku. Saya benar-benar merasakan semua perasaan seks dengan pria dan wanita dalam satu hari. Awalnya saya membiarkan Vera menjilat bibirku tetapi lama kelamaan saya mulai membuka mulutku dan lidah kami saling beradu.<br /><br />Saya merasakan tangan Alex yang kekar meremas-remas payudaraku sedangkan tangan Vera membelai rambutku. Saya tak ingin ketinggalan, saya mulai ikut meremas payudara Vera yang saya taksir berukuran 32C. Kurang lebih lima menit kita bertiga saling memberi kenikmatan duniawi sampai Alex mencapai puncak dan ia ejakulasi. Saya sendiri merasa rasanya sudah orgasme kurang lebih 4 kali. Alex mengeluarkan kont*lnya dari vaginaku dan Vera langsung menghisap kont*lnya dan menelan semua air mani dari kont*l Alex.<br /><br />Saya melihat Alex meraih kantong celananya dan mengambil sesuatu seperti obat. Ia menelan obat itu dengan segelas air di meja rias Vera. Saya melihat kont*l Alex yang masih berdiri tegak. Dalam hati saya bertanya-tanya bukankah setiap kali pria ejakulasi pasti kont*lnya akan lemas? Kenapa Alex tidak lemas-lemas? Belakangan saya tau ternyata Alex memakan semacam obat yang dapat membuat kont*lnya terus tegang.<br /><br />Setelah minum obat, Alex menyuruh Vera berbaring ditepi tempat tidur lalu Alex kembali ngent*t dengan Vera dalam posisi missionary. Vera memanggil saya lalu saya diminta berbaring diatas tubuh Vera. Dengan terheran-heran saya ikuti kemauan Vera.<br /><br />Saya menindih tubuh Vera tetapi karena kaki Vera sedang ngangkang karena dalam posisi ngent*t, terpaksa kaki saya bersimpuh disebelah kiri dan kanan Vera. Saya langsung mencium Vera dan Vera melingkarkan lengannya ke tubuhku dan kami berdua berciuman dengan mesra. Saya merasakan tangan Alex menggerayangi seluruh pantatku. Ia membuka belahan pantatku dan saya merasakan jarinya memainkan anusku.<br /><br />Saya menggumam saat jarinya mencoba disodok ke anusku tetapi Alex tidak melanjutkan. Beberapa menit kemudian, Vera menjerit dengan keras. Tubuhnya mengejang saat air mani Alex kembali tumpah dalam vaginanya. Saya mencoba turun dari pelukan Vera tetapi Vera memeluk tubuhku dengan keras sehingga saya tidak bisa bergerak. Tak disangka, Alex kembali menyodorkan kont*lnya ke vaginaku. Saya yang dalam posisi nungging di atas tubuh Vera tidak bisa menolak menerima kont*l Alex.<br /><br />Alex kembali memompakan kont*lnya dalam vaginaku. Saya sebenarnya rasanya sudah lemas dan akhirnya saya pasrah saja disetubuhi Alex dengan liar. Tetapi dalam hatiku saya senang sekali dientotin. Berkali-kali kont*l Alex keluar masuk dalam vaginaku sedangkan Vera terus menerus mencium bibirku. Kali ini saya rasa tidak sampai 3 menit Alex ngent*t dengan saya karena saya merasakan cairan hangat dari kont*l Alex memenuhi vaginaku dan Alex berseru dengan keras merasakan kenikmatan yang ia peroleh. Saya sendiri melenguh dengan keras. Seluruh otot vaginaku rasanya seperti mengejang. Saya cengkeram tubuh Vera dengan keras menikmati sensual dalam diriku.<br /><br />Alex lalu dalam keadaan lunglai membaringkan dirinya ke tempat tidur. Vera menyambutnya sambil mencium bibirnya. Mereka berdua saling berciuman. Saya berbaring disebelah kiri Alex sedangkan Vera disebelah kanannya. Kita bertiga tertidur sampai jam 5 sore. Setelah itu saya diantar pulang oleh Vera.<br /><br />****<br /><br />Itu adalah pengalaman seksku yang sangat berkesan. Bertahun-tahun kemudian saya sering horny tetapi saya harus memendam perasaan itu karena belum tahu cara melampiaskannya. Dan sekarang saya merasa senang sekali karena akhirnya bisa merasakan kenikmatan bersetubuh baik dengan pria maupun wanita. Masing-masing ternyata mempunyai kenikmatan tersendiri.<br /><br />TAMAT///////////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-11991230011864101142009-02-16T20:28:00.002+07:002009-02-16T20:29:34.908+07:00Dicicipi Pak Dhe<div class="fullpost"> Cerita ku ini bermula ketika aku sedang memenuhi panggilan interview pekerjaan di pusat kota Surabaya, meski lulusan sebuah perguruan tinggi yang cukup ternama di Malang namun berpuluh kali aku mengikuti interview namun tak satu pun mengangkatku menjadi salah satu pegawainya.<br /><br />Aku menginap di rumah tetangga kampung yang pindah ke Surabaya namun sudah ku anggap saudara sendiri karena mereka cukup baik pada keluargaku dan sudah kuanggap sebagai keluarga dan aku memanggil mereka PakDhe dan BuDhe, hari itu kebetulan aku sedang mengikuti interview di hotel Tunjungan Plasa Surabaya.<br /><br />Oh ya.. namaku Rinelda. 24 tahun. Aku pernah menjadi Finalis Putri sebuah kontes kecantikan di malang, Aku pernah menikah tapi belum mempunyai anak karena usia perkimpoianku baru berjalan 4 bulan dan sudah 3 bulan ini menjanda karena suamiku sangat pencemburu akhirnya ia menceraikan aku dengan alasan aku terlalu mudah bergaul dan gampang di ajak teman laki-lakiku.<br /><br />Dari teman dan suami aku mendapat pujian bahwa aku cantik, tubuh yang cukup sintal dengan tinggi 173 cm mulus dan 2 bongkahan Susu yang tak terlalu gede tapi untuk ukuran seorang janda tak mengecewakanlah, cocok dengan body ku yang cukup atletis. Soal sexs, dulu setiap ber "ah-uh" dengan suamiku aku merasa kurang, mungkin karena gairah sex yang kumiliki sangat kuat sehingga kadang-kadang suamiku yang merasa tak mampu memuaskan tempikku, meski aku bisa orgasme tetapi masih kurang puas!<br /><br />Kulihat jam di tangan ku sudah menunjukan pukul 16.15 menit, aku sedikit dongkol karena seharusnya aku sudah dipanggil sejak pukul 15.00 tadi, padahal aku sudah datang sejak pukul 14.30 tadi. "He..eh" aku pun Cuma bisa menggerutu sambil mencoba untuk memahami bahwa aku butuh kerja untuk saat ini.<br /><br />"Hallo!" suara perempuan mengagetkan ku dari lamunan.<br />"Ya !" jawabku sambil berdiri. Sejurus aku memandang kearah perempuan itu, Cantik!<br />"Nona Rinelda ?" dia bertanya sambilmengulurkan tangan mempersilahkan aku kembali duduk.<br /><br />Beberapa saat kami berbicara dan ku tahu namanya adalah Rifda, dia memakai jam gede di tangan kanannya, dengan nama dan pakaian yang lumayan seksi mengingatkan ku pada teman SMP ku di Malang, ternyata dia mengaku seorang pengusaha yang memiliki banyak perusahaan dan sedang mencari model, setelah berbicara tentang diriku panjang lebar akhirnya dia berkata bahwa aku cocok untuk menjadi salah satu Modelnya. Akhirnya aku mendapatkan kepastian esok hari aku akan bekerja, aku pun berjalan pulang dengan langkah seolah lebih ringan dari biasanya.<br /><br />Sesampainya di jalan sebelum rumahku , sekedar anda tahu bahwa sejak aku mencari kerja aku tinggal di rumah BuDhe Tatik saudara dari Ibu ku. Ada beberapa anak muda bergerombol, ketika aku lewat di depannya, mereka menatapku dengan mata yang seolah-olah mengikuti gerakan pantatku yang kata teman-teman ku memng mengundang mata lelaki untuk meremas dan mendekapnya.<br />"Wuih, kalau aku jadi suaminya ga tak bolehin dia pake celana dalam !" Ucap salah satu dari mereka namun terdengar jelas di telingaku.<br />"Rai mu ngacengan!" timpal temannya, disambut tawa teman-teman lainya.<br /><br />Sampai di rumah pukul 18.30. aku langsung mandi untuk mengusir kepenatan dan panas yang hari itu kurasa sangat menyengat.<br />"Gimana hasil kamu hari ini Rin?" ku dengar suara BuDhe Tatik dari dalam kamarnya.<br />"Besok aku sudah mulai kerja BuDhe?jawabku." kerja yang benar jangan melawan sama atasan terima saja perintah atasan karena mencari pekerjaan itu sulit dan yang penting kamu suka dan menikmati apa yang kamu kerjakan?kata-kata dan wejangan dari orang tua pada umumnya namun ada poin tertentu yang terasa ganjil menurutku. Sosok BuDhe Tatik adalah Wanita yang dalam berbicara cukup seronok apalagi jika berbicara dengan pemuda di kampungnya sekitar 38 tahun an, cukup seksi dalam penampilannya, suaminya adalah seorang PNS di KMS, dia pun juga tak kalah ngawur kalau berbicara yang berbau saru dengan BuDhe atau teman-temannya. Tak berapa lama setelah ngobrol aku pun beranjak ke kamar,<br /><br />Kamarku sendiri adalah bekas ruang tamu yang dipasang sekat dari triplek. Sekitar pukul 22.30 an aku mendengar suara aneh bercampur derit kursi seperti didongong atau ditarik berulang-ulang dari ruang tamu depan kamarku persis, sejenak kuperhatikan secara seksama suara tersebut dan aku penasaran dengan suara tersebut.<br /><br />Sedikit kubuka pintu kamarku, betapa kaget setelah mengetahui BuDhe sedang duduk di kursi sambil mengakangkan kakinya sementara PakDhe di depannya sambil memegang kedua kaki BuDhe pada pundak sedangkan pantat nya bergerak maju mundur..<br /><br />"Och…u..o.." suara yang keluar dari mulut BuDhe. Seolah menikmati apa yang dilakukan oleh suaminya, badanku terasa panas dan pikiran yang tak tahu harus bagaimana karena baru kali ini aku benar-benar melihat hal ini live di depan mataku. Selama kurang lebih 10 menit kedua orang itu melakukan sambil duduk akhirnya PakDhe menarik kontolnya dari dalam Tempik BuDhe, Yak ampun ternyata kontol nya lumayan gede lebih gede dari pada milik mantan suamiku yang biasa mengocok isi tempikku, akhir-akhir ini aku sering nonton BF saat PakDhe dan Budhe sedang kerja, pernah sekali aku hampir kepergok oleh PakDhe saat aku sedang nonton BF sambil mempermainkan liang nikmatku, namun ternyata PakDhe tidak peduli dan mungkin mengetahui bahwa aku seorang wanita yang butuh kesenangan pada salah satu bagian tubuhku, namun saat itu PakDhe hanya tersenyum sambil mengambil sesuatu dari dalam kamarnya yang mungkin tertinggal dan segera pergi lagi.<br /><br />Kusaksikan BuDhe mengambil posisi menungging dengan kedua tangan nya memegang kursi di hadapannya "ayo mas cepet keburu tempiknya kering" pinta BuDhe dengan suara yang pelan mungkin agar orang luar tidak mendengar dan mengetahui tapi kenyataanya aku malah menyaksikan dan memperhatikan secara detil apa yang mereka perbuat. Kulihat kali ini PakDhe mengeloco kontolnya sebelum dimasukkan ke tempik yang sudah minta di jejeli tersebut.<br /><br />"Ach…ack…sh" suara yang keluar dari mulut laki-laki tersebut. akhirnya kulihat lagi adegan itu dari belakang karena mereka menmbelakangi kamarku. Ada yang berdenyut pada tempikku tanpa terasa tangan ku masuk ke dalam celana dalam yang kupakai, ku tekan pada itilnya "ahk" terasa geli dan benar terangsang tempikku kali ini. Aku tersenyum mendapatkan pengalaman ini.<br />"Tempikmu... ue.nak .Tik pe... res... kontol ku" kata kata terputus dari Pakdhe seolah tak kuasa menahan nikmat yang dirasakannya.<br />"Lebih cepat... mas... cep... at!" BuDhe pun seakan mengharapkan serangan dari suaminya lebih hebat lagi.<br />"A... ach... aku keluar ma... s!" suara BuDhe terdengar setengah berteriak.Wanita itu terlihat melemas tapi PakDhe tetap menggenjot dengan lebih giat kali ini tangan nya memegang pantat BuDhe yang bulat mulus itu dan akhirnya laki-laki itupun menekan kontolnya lebih dalam kearah tempik didepannya tersebut. Sambil menahan sesuatu. Ketika konsentrasiku tertuju pada kontol dan tempik yang sedang beradu tersebut tanpa kusadari sambil digenjot BuDhe menoleh ke arah pintu kamarku dan tersenyum, “hek?aku kaget setengah mati segera ku tutup pelan-pelan pintu kamar dan kembali ke tempat tidurku, beribu pikiran menyeruak dalam benakku antara bingung dan takut karena mungkin kepergok saat mengintip tadi. Aku kecewa karena tidak melihat bagaimana raut muka PakDhe ketika mencapai puncak kepuasan.<br /><br />Terasa ada yang basah di selangkanganku saat aku menyaksikan adegan tadi, “yah aku terangsang?terakhir kali aku merasakan nikmatnya berburu nafsu dengan suamiku adalah hampir 4 bulan yang lalu.<br /><br />Memang aku mudah terangsang jika melihat hal-hal yang berbau porno. Sering kali aku melakukan masturbasi dengan membayangkan laki-laki yang kekar dan memiliki batang kontol yang kokoh tegak berdiri dan akhirnya aku memasukkan sesuatu ke dalam tempikku yang seolah lapar akan terjangan kontol laki-laki, tapi terkadang aku merasa ada yang kurang dan memang aku butuh kontol yang sebenarnya, Tanpa kupungkiri aku butuh yang satu itu. Kulihat jam didinding kamarku menunjukan pukul 11.35, ya ampun besiok aku kan mulai kerja! Sialan gara-gara kontol dan tempik perang diruang tamu akhirnya aku tidur kemalaman! Emang dikamar kurang luas apa? "ah sialan!" umpatku dalam hati.<br /><br />Pukul 04.30 aku terbangun, ketika akan membuka pintu kamar aku teringat akan kejadian yang baru aku saksikan semalam, pelan-pelan kubuka ternyata tak kulihat orang diluar, aku langsung menuju dapur untuk memulai aktivitas pagi, terkadang aku harus membantu memasakkan sarapan pagi dan menyapu lantai sebelum menjalankan altivitasku sendiri, aku merasa adalah suatu vyang lumrah karena aku menumpang disini.<br /><br />Aku berjalan melewati depan pintu kamar BuDhe yang terbuka lebar, sekali lagi aku terhenyak kali ini aku menyaksikan dua orang sedang tidur tanpa memakai baju sama sekali, kulihat senyum di bibir Budhe Tatik, tanda kepuasan atas perlakuan suaminya tadi malam mungkin.<br /><br />Di kamar mandi aku kembali memikirkan kejadian semalam yang membuatku "terus terang cukup terangsang" apalagi jika mengingat kontol yang gede milik PakDhe. "ahh" rupanya tangan ku sudah berada di sela-sela pahaku yang mulus dan bulu hitam yang tampak olehku cukup lebat meski tak terlalu banyak diantara garis melintang ditengahnya, tiba-tiba nafasku berburu kala kuteruskan untuk menggosok bagian atasnya, "sialan!" pikirku dalam hati. Kusiram tubuhku untuk mengusir nafsu yang mulai mengusik alam pikiran ku.<br /><br />Sebelum berangkat kerja di hari pertamaku, kusempatkan untuk sarapan pagi siapa tahu nanti aku harus kerja keras di kantor.<br />"Jaga diri baik-baik Rin" kata BuDhe sambil menepuk pundakku,<br />"Eh.. iya.. BuDhe Rinel tahu kok" kataku sambil ngangguk. Kulihat BuDhe baru keluar kamar dengan mengenakan handuk pada bagian susu sampai atas lulutnya wajahnya tampak masih berseri meskipun tampak kecapean.<br />"Edan udah jam 7!" pekikku dalam hati.<br />"BuDhe aku berangkat dulu" pamit ku.<br />"Yo ati-ati Nduk ingat ikuti dengan baik perintah atasan lakukan dengan baik tanpa banyak kesalahan?katanya sambil tersenyum padaku, senyum itu penuh makna sama seperti tadi malam.<br />"Enggeh BuDhe... " aku pun keluar rumah menuju tempat kerjaku yang baru.<br /><br />Dari depan kantor itu aku berjalan menuju pos sekuriti,<br />"Permisi" aku mendekati seorang sekuriti,<br />"Ada yang bias saya Bantu mbak?" Tanya nya dengan sopan. Tubuh yang lumayan atletis tangan yang kekar serta tonjolan di bawah perutnya cukup menantang dibalut celana yang agak ketat di bagian pahanya.<br />"Ruangan Ibu Rifda dimana ya?" tanyaku.<br />"Bu Rifda Miranti? pasti sampeyan mbak Rinelda!" terlihat senyum dibibirnya masih dengan ramah dan sopan. Aku cuma mengangguk.<br />"Tunggu sebentar mbak" sambil mengangkat intercom di depannya, ketika dia berbicara dengan seseorang aku melihat suasana sekeliling "Kok sepi ya?" tanyaku dalam hati.<br />"Sebentar lagi karyawan Ibu Rifda akan menemui mbak, silahkan menunggu" katanya sambil menunjuk kursi sofa di tengah ruangan yang cukup besar. Ketika aku baru akan meletakkan pantatku aku melihat sesuatu yang ganjil di lingkungan perkantoran ini, tak terlalu banyak orang yang biasa ada pada sebuah perkantoran, kuperhatikan sekuriti tadi kulihat dia berbicara dengan temannya tersenyum-senyum sambil memandang kearahku, tak berapa lama kudengar namaku dipanggil seorang wanita<br />"Rinelda?"<br />"Saya" jawabku sambil memalingkan muka kea rah datangnya suara tadi,<br />"Hai, kamu mau kerja disini?" tanyanya lagi.<br />"Lho Agatha, kamu kerja disini ya?" kataku sambil kenbali bertanya<br />"Tadi aku disuruh sama bu Rifda untuk menemui kamu, ayo ikut aku!" sambil ngobrol kami pun berjalan menaiki tangga menuju ruangan Bu Rifda.<br />"Tunggu sebentar ya" kata Agatha. Pintu di ruangan itu sedikit terbuka ketika dia masuk kulihat didalamnya ada 3 wanita yang menurutku cantik, berbusana mahal dan seksi. Itu mungkin beberapa model yang dimilikinya.<br />"Masuk Rin" Agatha membuka pintu lebih lebar. Ternyata didalam ada 2 laki-laki yang sedang melihat 3 wanita didepannya ?nah ini dia cewek baru yang aku dapatkan kemarin di Tunjungan, namanya Rinelda?kata bu Rifda sambil menunjuk ke arahku pada ke dua laki-laki itu.<br /><br />"Rin, mas-mas ini dari Jakarta mereka akan menguji kemampuan kamu dalam memakai barang mereka" aku segera mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah desainer atau rekan kerja bu Rifda. Aku mendekat dan berjabat tangan dengan keduanya,<br />"Rif, kami perlu kerja di dalam studio" kata laki-laki yang sedari tadi melotot melihat 3 wanita dihadapannya sambil menenteng kamera. Lelaki itu berjalan diikuti oleh ketiga gadis.<br />"Tunggu sebentar ya Rin" kata bu Rifda sambil mengajak lelaki yang satunya serta Agatha. Aku terdiam sebentar sambil melihat ruangan yang cukup besar tersebut, ketika melewati ruangan yang baru di masuki oleh tiga gadis dan seorang lelaki tadi aku mendengar suara tertawa wanita kegelian dari dalamnya, ku coba untuk mendekat pada ruangan itu, aku semakin penasaran lerja macam apa kok suaranya seperti... Yah aku ingat suara itu mirip desahan BuDhe Tatik semalam! Kucoba lebih dekat untuk mengetahuinya tapi... "Rin?" tiba-tiba Bu Rifda sudah berada di sampingku.<br /><br />"Ada yang mau aku tunjukan padamu" katanya sambil berjalan ke ruangan pribadinya, tertulis didepan pintu ruangan tersebut.<br />"Mana Agatha? Sama lelaki yang tadi??tanyaku dalam hati. Didalam ruangan itu terdapat banyak Foto diatas meja.<br />"Duduk Rin?katanya mengetahui aku sedang menunggu dipersilahkan.<br />"Bu, maaf kamar kecil dimana? Saya kebelet pipis?tanyaku sambil nyengir menahan sesuatu dibawah selakangku. “ah..ya..?dia menunjuk kearah belakangnya. Aku langsung bergerak ke sana, masuk kamar kecil itu aku langsung melorotkan celana dalam yang kupakai dan Chessh??Suara khas air<br />yang keluar dari tempikku, saat ku jongkok aku mendengar samara-samar suara laki-laki.<br />"Aah?uh…ya …ayo..terus …sedot…ah nah gitu dong? setelah itu terdengar suara wanita tertawa, segera lu ceboki tempikku, kuangkat kembali CD, sebentar aku terdiam sambil mencari asal suara tadi, setelah yakin tak kudengar lagi akupun keluar dan menuju ke meja bu rifda sambil bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya pekerjaan disini, saat ku berjalan mendekati meja bu Rifda kulihat wanita itu sedang berganti pakaian, kulihat tubuh yang sangat seksi dan mulus, pahanya yang putih dan pantatnya bulat putih cukup memberi bagiku untuk berkesimpulan bahwa dia adalah wanita yang sempurna.<br /><br />"Maaf bu" kataku,<br />"Oh tidak apa-apa kok Rin, bisa tolong ambilkan itu" katanya sambil menunjuk kearah kursi kerjanya, "ini bu?" kulihat sebentar ini adalah baju yang sering dipakai oleh bintang film luar negri "ah" aku teringat saat aku melihatnya di sebuah film BF. Aku berikan padanya dan dia memakainya dengan cekatan terlihat bahwa ia sudah terbiasa mengenakan pakaian model itu.<br />"Kita bekerja dengan scenario dan harus tampil cantik serta se-seksi mungkin karena target penjualan kita adalah kaum Pria" kata nya sambil membenahi pakaianya,<br /><br />"Hari ini adalah saat dimana kamu akan menjadi seorang entertainer seperti gadis-gadis diluar tadi" , aku mendengarkannya sambil mengira-ira apa kerjaku sebenarnya;<br />"Maaf sebelumnya Agatha di sini sebagai apa bu?" tanyaku,<br />"Kenapa?" dia balik bertanya,<br />"Kamu mau tahu tugas dia?" katanya sambil mengambil sebuah remote control di laci mejanya,<br />"Tugas dia adalah menjamu para tamu dan melayani mereka sebelum mereka memulai kerja yang sebenarnya" katanya sambil menunjuk sebuah televise berukuran raksasa di belakangku, betapa kaget aku melihat apa yang terpampang dihadapanku, ternyata Agatha sedang bergumul dengan laki-laki di<br />sebuah ruangan kosong yang hanya di lapisi karpet tebal diseluruh ruangan itu, setengah tak percaya kembali kulihat kea rah bu Rifda, dia hanya tersenyum sambil matanya berbinar-binar seolah bernafsu karena melihat kejadian di layer tersebut, aku segera mengetahui apa yang sedang dan akan kualami maka aku berjalan menuju pintu keluar, tapi apa yang ku dapat pintu itu terkunci! Aku menoleh kearah wanita itu tapi wanita itu hanya tersenyum sambil matanya tetap menyaksikan adegan Agatha dan laki-laki itu dihadapanya.<br /><br />"Kamu bisa berteriak kalau kamu mau tapi itu tak akan berguna karena seluruh ruangan disini telah kedap jadi tak akan ada yang mendengar" katanya.<br />"Duduklah maka tidak akan terjadi sesuatu padamu atau jika tidak aku panggilkan satpam didepan agar membuatmu diam?kali ini nadanya terdengar sedikit mengancam. Aku pun telah paham bahwa aku tak bias berbuat apa-apa, saat terduduk aku dihampiri oleh wanita itu dan tanpa kusadari dia telah menarik tangan ku kebelakang dan mengikatnya dengan tangkas, aku berontak tapi tak bisa karena kursi yang ku duduki besar dan berat, akhirnya aku terdiam.<br /><br />"Sudah kita nikmati saja tontonan yang disuguhkan teman SMP kamu itu" katanya, sialan rupanya Agatha telah bercerita banyak tentang aku, Agatha adalah temanku saat duduk di bangku SMP di Malang, dia adalah type cewek yang cukup berani tampil seksi dan punya teman cowok yang cukup banyak, dan dia pun telah kehilangan keperawanannya saat perayaan kelulusan di suatu acara yang diadakan oleh teman-temannya,<br />"Kurang ajar, kenapa aku harus melewati hari yang seperti ini?" kataku dalam hati.<br /><br />Dari layer raksasa dhadapanku kulihat Agatha sedang duduk di atas pria itu sambil menaik-turunkan pantatnya yang bahenol.<br />'Oh... oh... ouh... ha... enak maass??tiba-tiba suara Agatha terdengar sangat keras, rupanya Bu Rifda menikan volume pada remote controlnya.<br />"Ga seru kalau tidak ada suaranya ya Rin?" kata wanita itu namun aku tak mempedulikan kata-katanya. Aku menunduk tak mau melihat apa yang ada dilayar TV besar itu, tapi suara yang menggoda nafsu itu tetap terdengar.<br />"Setiap aku kesini... kurasa... tempik kamu masih... ouckh... tetap... keset... Th..ah" suara laki itu tersendat-sendat.<br />"Tapi kontol mas?kok rasanya.. tam.. baa.. ah... aha..." suara Agatha tak terselesaikan.<br />“Jangan munafik Rin kamu past terangsang kan?" lagi suara Rifda terdengar tak kupercaya wanita yang kemarin kutemui ini terlihat anggun dan sopan kini...<br />"Perempuan macam apa kamu Rif?" kataku tapi tak kudengar jawaban darinya yang kudengar hanya suara dia sedikit tertawa.<br /><br />Tak berapa lama kembali kudengar Agatha berteriak<br />"Ack... a... yah... terus... tete... rus... sentak lagi... mas!" kali ini aku mengangkat kepalaku untuk melihat apa yang saat ini dilakukan laki-laki itu pada Agatha, kulihat Agatha sudah nungging dengan bertumpu pada lututnya sementara laki-laki itu menekan-nekan kontolnya yang besar itu maju-mundur ke arah tempik Agatha yang tampak menganga dan berdenyut-denyut itu, cukup lama mereka saling mengimbangi gerakan maju mundur itu satu sama lainnya, akhirnya...<br />"Aku... ke... luar... mas... aih... ya... ah!" nampak Agatha telah mencapai puncak orgasme tubuhnya terlihat sedikit melemah namun si lelaki itu terus mengocok kontolnya yang masih menegang itu sambil tangannya memegang bongkahan pantat Agatha, aku sendiri terangsang melihat semua ini dan merasa ada yang mulai membasah di tempikku, seandainya tanganku tidak di ikat pasti aku sudah memegang itil kecil ku.<br /><br />"Ackh... sh... oh... sh... " nampaknya laki itu sudah memuntahkan pejunya di dalam tempik Agatha. Tiba-tiba Rifda mematikan layer tersebut dan berkata<br />"Gimana Rin, apa yang kamu rasakan pada Tempikmu?" seolah mengetahui apa yang aku rasakan.<br />"Lepaskan! Aku mau keluar dari tempat ini!" teriakku menutupi rangsangan yang aku rasakan.<br />"Keluar? sebentar, ada yang mau aku perlihatkan sama kamu!" lalu dia menekan kembali remote di tangannya kea rah layer raksasa di dan... "ya ampun!" ternyata BuDhe Tatik!<br />Mengenakan baju berwarna merah menantang seperti yang dipakai oleh Rifda, dia sedang sibuk mengulum kontol seorang laki-laki disebuah ruangan yang hanya terdapat sebuah ranjang yang cukup bagus, ku lihat Pria itu memegang kepala BuDhe agar lebih cepat emutannya, sementara tangan kiri<br />BuDhe mempermain kan tempiknya sendiri.<br />"Eh... eh... e... gm... emph... !" suara wanita dilayar itu seperti menikmati kontol yang panjang dan besar di dalam mulutnya.<br />"Itu di rekam 2 hari yang lalu" kata Rifda seperti sedang menerangkan sesuatu padaku.<br />"Maksudmu?" tanyaku,<br />"Lihat dulu baru komentar sayang!" aku pun kembali menyaksikan adegan di depanku itu, belum pernah aku menyaksikan orang yang aku kenal berbuat dengan orang lain seperti yang dilakukan oleh BuDhe dan Agatha.<br /><br />"Kontol mu hot banget mas... besar pa... njang... aku... akua... suka... !" kali ini BuDhe nampak gemas memegang kontol besar itu dengan kedua tangannya, kontol Pria itu memang sangat besar dibanding dengan milik PakDhe yang kulihat semalam kelihatan kokoh berdiri dan lebih berotot apalagi kepala kontol Pria ini nampak besar dan mengkilap karena sinar dari kamera, nampak sekali bahwa pria itu sangat menikmati emutan mulut BuDhe, mendengar suara Budhe dan laki-laki itu saling ah..uh.. membuat aku jadi terangsang, aku jadi salah tingkah karenanya, ku toleh ke arah Rifda ternyata wanita itu sedang sibuk memasukan sesuatu kebawah tubuhnya kutahu dia sedang mencari kenikmatan di tempiknya mengetahui aku melihatnya wanita itu mendekati aku dang menunjukan sebuah tongkat kecil yang mirip... kontol!<br /><br />"Kamu akan suka dengan yang seperti ini sayang" katanya sambil menarik kedua kakiku hingga aku terlentang di atas kursi besar itu.<br />"Tenang Rin, cari nikmatnya dulu ya" aku diam dan tak terlalu banyak bergerak aku tak tahu mengapa aku diam dengan perlakuan Rifda di hadapanku kali ini, Rifda mengosok-gosokkan kontol mainan itu ke arah selakanganku, aku menggelinjang geli karenanya, aku tahu apa yang akan dilakukannya, dan benar! Dia membuka resleting celanaku, sekali lagi aku diam aku terangsang terasa tempikku berdenyut-denyut menginginkan sesuatu. Dengan tangkas Rifda sudah menarik ke bawah celana yang kupakai, diringi suara desahan nikmat yang disuarakan BuDhe Tatik dari layer didepanku<br />"Oh... yaa... ya... be... nar... yang situ enak... mas... sh... ah!" kali ini kulihat laki-laki itu sedang menciumi tempik BuDhe yang mengakang memberi ruang yang bebas pada laki-laki itu, terdengar pula suara mulut laki-laki itu berkecipak. Nampak bokong BuDhe yang bulat itu diangkat agar mulut laki-laki itu dapat masuk lebih jauh mempermainkan lidahnya. Tanpa kusadari paha dan selakangan ku terasa dingin ternyata Rifda telah sukses melepaskan CD ku.<br />"Wah ternyata Jembut kamu tebal juga Rin" kata Rifda kemudian tangannya menyentuh mulut tempikku, terasa hangat tangannya, kutatap matanya seolah ingin kubiarkan apa yang dilakukannya, sudah kepalang basah kubiarkan apapun yang dikerjakannya,<br /><br />Saat Rifda sedang sibuk meng emek-emek tempikku dari depan, tiba-tiba lampu ruangan mennjadi sangat terang, dan kulihat ada dua orang laki-laki masing memegang kamera dan mengabadikan suasana di ruangan ini. Tak kusadari ada sentuhan tangan pada pundakku.<br />"Rin, rupanya kamu sudah merasakan kenyamanan di ruangan ini" ternyata aku kenal suara laki-laki dari belakangku yah itu suara PakDhe! tanganku berusaha menutupi bagian bawahku yang menganga karena ulah Rifda.<br />"Sudah nikmati saja, toh aku tahu kamu butuh yang seperti ini" kata Pakdhe sambil menempelkan sesuatu yang hangat lunak dan membesar ditanganku yang masih terikat kebelakang. Kupegang dan tahu apa yang aku pegang namun terasa makin hangat dan memanjang.<br /><br />Aku diam memikirkan semua rentetan dan semua orang yang ada disekitar ku saat ini, saat kuterdiam ternyata Rifda berdiri di depanku dengan menggerakan lidah ke bibir sambil memainkan celah tempiknya dan matanya menatap ke arah PakDhe, laki-laki itu tahu apa yang dinginkan Rifda dan segera berdiri mendekat dengan tangan memegang pantat Rifda.<br />"Ayoh, kita bikin janda muda ini tersiksa dan memohon agar tempiknya di isi sesuatu yang hangat! Ha... ha... ha... !" kata Rifda sambil melihatku, tangannya yang cekatan dan terampil mulai mengurut-urut kontol PakDhe yang sudah mulai kembali menegang, sementara tangan PakDhe meremas-remas susu Rifda yang Cuma terbuka pada putingnya sementara aku tetap menatap mereka berdua seolah tak percaya.<br /><br />"U... uh" kata Rifda gemas mengocok kontol di tangannya.<br />"Sudah, langsung aja masukin kontolmu pak!"<br />"Lho Rin, tempik Rifda sudah basah! Kamu ga pengin niih?" Kata PakDhe yang mempermainkan tangannya di sekitar tempik Rifda. Kusaksikan gerakan Rifda membalikkan badannya memnbelakangi tubuh PakDhe, dengan cukup sigap pakDhe segera menggiring batang kontol yang dipegangnya kearah tempik Rifda yang berada ditengah bongkahan pantat mulus Rifda yang sudah menganga karena bibir tempiknya di kuak sendiri oleh tangan kanannya sementara tangan kirinya menggosok itil yang sedikit menonjol di bagian atasnya.<br />"Hrm ouch... masukin... te... rus... ah sampai men... tock pak!" kata Rifda sambil menarik pantat PakDhe agar segera menekankan kontolnya lebih dalam.<br /><br />Kali ini mereka merubah posisinya menyampingiku sehingga tampak susu Rifda bergerak-gerak karena gerakan tubuhnya sementara kontol PakDhe yang sedang berusaha memasuki liang sempit itu semakin didorong kedepan.<br />"Ah?" kontol itu sudah tenggelam kedalam tempik rifda PakDhe kemudian menarik kontolnya pelan-pelan tampak olehku buah pelir kontol itu menggelantung.<br />"Sabar ya Rif, sebentar... " kata pakDhe sambil menoleh kea rah ku sambil mengedipkan mata kirinya seolah berkata."Tunggu giliranmu".<br />"Betapa nikmat kalau kontol itu bersarang pada tempikku" kembali aku sudah dirasuki hawa nafsu yang sedari tadi menghinggapi pikiranku yang mulai tak terkontrol. Aku mulai menggepit paha agar tempikku yang terasa gatal dan membasah tak diketahui oleh mereka, andai tangan ku tak terikat mungkin aku sudah melakukan sesuatu yang nikmat!<br /><br />"Eh... ah... mpffh... yang cepat dong... genjot... terus... pak!" teriakan nikmat Rifda sambil menggerakan bongkahan pantatnya kekiri –kanan mengimbangi sentakan PakDhe.<br />"Plak... plak... " suara benturan paha kedua orang didepanku serta kecipak tempik Rifda yang diterjang kontol gede itu seolah bersorak senang. Saat ku sedang memperhatikan mereka ikatan pada pergelangan tanganku terasa melonggar sedikit kutari tangan kananku dan terlepas! Sebentar aku bingung apa yang harus kulakukan, namun diluar kesadaran ku saat itu ternyata aku tidak mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri lagi pula disitu ada 2 pria berkamera yang pasti akan mennghentikan ku, yah otakku mungkin sudah dirasuki nafsu. Aku butuh keprluan biologis itu! Aku butuh kontol yang hangat dengan terjangan yang sesungguhnya bukan seperti yang selama ini kudapatkan dengan masturbasi! Semakin kuperhatikan secara seksama apa yang dikerjakan PakDhe dab Rifda didepanku, Rifda nampak sangat menikmati genjotan PakDhe dari arah belakang.<br /><br />'Ay... o.. pak... ayo... terus... kerasin... sentakanmu pak... !?<br />"Tempik nakal... nakal... nakal... " kata PakDhe setiap kali si kontol menerobos tempik Rifda.<br />Kulihat tongkat mainan persis kontol yang diletakkan dimeja oleh Rifda, tak kuhiraukan 2 orang berkamera yang sedang mengabadikan setiap gerakan dan erangan nikmat PakDhe dan Rifda, kuambil mainan wanita itu dan mulai kugesekkan pada tempikku, tak kuhiraukan segalanya!<br />Aku tersenyum karena aku merasa tak tersiksa sama sekali dengan keadaanku saat ini, kali ini aku bermaksud memasukkan kontol mainan lembut ini pada liang tempikku dan...<br />"Eh... auch... " bersamaan dengan sodokan PakDhe pada tempik Rifda setiap PakDhe menarik kontolnya kutarik pula mainan ini dari tempikku.Saat aku sedang menikmati tontonan didepanku tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan masuk seorang laki-laki yang tadi bergumul dengan Agatha menghampiriku sambil tersenyum, sambil berjalan dia melepas satu persatu kancing baju dan membuka resleting celananya. Kukeluarkan pelan-pelan kontol mainan dari dalam tempikku.<br /><br />Aku membayangkan isi didalam celana itu adalah kontol besar seperti yang dirasakan oleh Agatha tadi, yang pasti akan memberi kenikmatan pada tempikku yang sangat merindukan kontol, kutatap matanya seolah aku memberinya ijin untuk segera menyerang tubuhku, aku sadar bahwa semua perbuatanku saat ini akan direkam dan disebar luaskan, aku tak pedulikan itu aku Cuma butuh laki-laki saat ini yang bisa membuatku menggelepar penuh kenikmatan! Ketika Rifda mengetahui laki-laki itu lewat didepannya tangan kanannya memegang kontol laki-laki itu.<br />"Tempikku... masih... cukup... ah..ah... untuk... kontolmu... auh... Rudi... say... ang... eh... " Rifda berkata sambil menikmati sodokan PakDhe. Sebentar laki-laki itu berhenti dan memasukan kontolnya kemulut Rifda.<br />"Ech... mpfh... Rud... empfh... di..kont... tol... " tampak mulut Rifda seperti kewalahan menelan sebuah Pisang yang besar, aku segera bangkit dan menghampiri mereka, yaah aku tak rela jika kontol dihadapanku ini akan di telan juga oleh tempik Rifda dan aku lagi-lagi jadi penonton, Rifda dan PakDhe tidak terlalu kaget melihatku.<br />"Oh... rupanya kamu baru bisa lepas dari tali tadi ha... ha... ha!" Rifda tertawa setelah kontol dimulutnya terlepas setelah laki-laki bernama Rudi itu membalikkan diri padaku tampak kontol besar setengah mengacum itu mengarah padaku.<br />"Wao... " Tanpa kuhiraukan si Rudi aku langsung jongkok didepannya dan bersiap mengulum Kontol idamanku itu.<br />"Lihat pak... ah... si... ja... ech... janda... tak tahan... juga... a yes... !" kata Rifda<br />seolah senang dengan apa yang kuperbuat, kumasukan kedalam mulutku dan kepalaku mulai bergerak maju mundur, kurasa sesuatu yang besar sedang berdenyut-benyut di dalam mulutku,<br />"Ach... ternyata pandai juga kamu mempermain kan kontol dengan mulut.<br />"Oh... !" tangan Rudi mulai meremas pentil susuku yang mulai mengeras.<br />Aku memang pandai melakukan oral sex hal itu pun diakui oleh mantan suamiku dulu bahwa mulutku sangat hebat dal;am hal ciuman bibir dan mengulum kontolnya bahkan sering kali saat oral sex suamiku mengeluarkan spermanya di mulutku.<br />"Ehm... ehm... ehm... " Aku sangat senang dan sangat merindukan batang hangat dan kenyal ini! "Oh... oh... ya... ouh... " Rudi tampak sangat menyukai kulumanku kupermainkan lidahku pada kepala kontolnya, sambil memberikan Rudi kenikmatan kulihat PakDhe semakin mempercepat genjotannya, tak lama kemudian.<br />"Arch... a... ah... aku... sudah... kel... luar... pa... ak... a... " kata Rifda, matanya<br />merem-melek menahan sesuatu yang keluar dari dalam tempiknya. Saat Rifda mulai sedikit lemas ternyata PakDhe mengeluarkan kontolnya dan melihat kearah Rudi seolah mengetahui maksud PakDhe Rudi pelan-pelan menarik kontolnya dari mulutku, yah PakDhe menuju kearahku sedang Rudi menuju tubuh Rifda, aku ragu apakaha aku akan melakukannya dengan orang yang sudah aku anggap sebagai orang tuaku ini, namun PakDhe ternyata langsung menarik pantatku hingga tuibuhku telentang pada kursi besar di belakangku dan kontolnya berada tepat didepan tempikku, mengetahui aku sudah terangsang dengan sekali tekan kontol PakDhe segera menerobos lobang tempikku sesaat terasa sakit<br /><br />"Adu... h... pelan-pelan... dong PakDhe... !" Teriakku.<br />"Ah sorry Rin, lupa aku, tempik kamu sudah lama tak terisi ya! Tahan sebentar ya... kamu tahu ini ..enak.." kata PakDhe sambil menarik kontolnya dari dalam tempikku, aku merasa seluiruh isi tempikku tertarik.<br />"Pelan-pelan... " kataku lagi, tapi ternyata Pakdhe langsung menggenjot kontolnya itu keluar masuk. Tiba-tiba rasa sakit yang kurasakan menjadi rasa geli dan nikmat<br />"Ah... a... ayou... lagi PakDhe... terus... sh... haa... " yang kurasakan tempikku jebol<br />luar dalam namun ennaak sekali, sudah cukup lama bagiku waktu 4 bulan menanti yang seperti ini, aku tak peduli meski ini kudapat dari seorang yang selama ini menampungku. Saat sibuk menikmati sodokan kontol di tempikku sempat kulihat Rudi memompa pantatnya sementara Rifda mulutnya terbuka menahan nikmat yang akan dia dapat untuk kedua kalinya dengan posisi miring dan kaki kirinya terangkat sehingga memudahkan kontol gede milik Rudi mengobrak abrik isi tempiknya, tak berapa lama Rifda sudah memekik...<br /><br />"Sudah Rud... aku... ah... !" tampak Rifda sudah mengalami orgasme yang keduanya. sementara kulihat muka PakDhe memerah menahan sesuatu<br />"Rin... torok... kamu... serr... et... aku tak... tahan... ah" PakDhe rupanya sudah mendapatkan ganjaran karena berani memasukan kontolnya ke milikku yang memang masih peret, dia menarik kontolnya dan mengeluarkan pejunya pada Susuku dan wajahku<br />"Ah... ah... " teriak PakDhe setiap kali cairan itu keluar dari kepala kontolnya.<br />"Ya... PakDhe... !" kataku kecewa, aku belum merasa orgasme! Tak kuhiraukan PakDhe sibuk dengan kontolnya yang mulai mengecil, saat kumandang Rudi yang mengocok kontolnya sendiri dia tersenyum padaku dan akhirnya kontol yang cukup gede itu datang padaku, tangan Rudi memegang pantatku, aku tahu dia ingin posisi anjing nungging, kubalik tubuhku menghadap sandaran kursi sedang kedua lututku tersangga pinggiran kursi, tak nerapa lama kontol Rudi sudah digesekgesekkan pada pantatku yang putih mulus,<br />"Ayoh Rud kamu mau merasakan seperti yang di rasakan PakDhe?" kataku nakal, aku tak tahu dan tak mau tahu apa yang kulakukan yang pasti aku mendapatkannya saat ini, akhirnya Rudi pun memasukan kontolnya ke dalam tempikku.<br />"A... euh... ah... em... ya... " kontol yang menerobos di bawahku memang terasa sangat gede seolah menyentuh rongga-rongga di dalam tempikku. Pantas Rifda mulut Rifda tak bersuara apa-apa ternyata ini yang dirasakannya.<br />"Eh... eh... eh... " Rudi menekan maju mundur kontolnya sementara tangannya meremas susuku dan bibirnya mencium punggungku, cukup lama Rudi menggenjot tubuhku dari belakang, kini dia memintaku untuk berdiri menghadap tubuhnya dengan mengangkat kaki kiriku dia memasukan kontolnya dari depan<br />"Ya... h... he... he..lagi... lagi... " nafasku terengah-engah menahan serangan Rudi yang belum pernah ku lakukan dengan mantan suamiku dulu. Sensansi yang luar biasa aku dapatkan dari laki-laki ini, sentakannya sangat mantab dan sodokkan kontolnya sangat luar biasa<br />"Rud... puaskan... puaskan... a.. ku... kontol... Ter... us... sh... " kata-kataku tak terkontrol lagi karena tempikku merasakan hal yang sangat luar biasa dan belum pernah aku merasakan yang seperti ini. Akhirnya aku merasa kebelet pipis dan geli bercampur menjadi satu...<br />"Aku... ae... kelu... ar Rud... ah.." Puas, aku puas! Jeritku dalam hati ini kontol yang aku harapkan setiap masturbasi, sementara Rudi tetap mengocok kontolnya sambil menahan tubuhku yang terasa lemas agar tak terjatuh,<br />"Pepek kamu... mem... mang... enak... ach" akhirnya Rudi menarik kontolnya dari tempikku dan menyemprotkan Spermanya ke mukaku.<br />"Ah... hangat... enakkan... Rud?" tampaknya tempikku memuaskan Rudi.<br /><br />Cahaya terang dari kamera yang merekam semua tadi tampak meng-close up muka ku yang tampak ceria!<br /><br />Akhirnya, aku menikmati semua ini, semua kulakukan dengan senang hati. Karena BuDhe adalah ketua dari semua pekerjaan ini dan Rifda dan Agatha adalah Teman SMPku, sehingga aku bekerja menjadi pemain film blue seperti yang dulu sering kulihat di keping VCD.<br /><br />TAMAT///////////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-45218188333170149282009-02-16T20:28:00.001+07:002009-02-16T20:28:44.002+07:00Diary Niken<div class="fullpost"> --------------------------------------------------------------------------------<br /><br />Well... mulanya ini ide iseng-iseng gue, "love hotel" dalam<br />rangka hari kemerdekaan! Panjat pinang cinta di puncak asmara.<br />Eh, pacar gue Riko malah menanggapi dengan serius. So... why<br />do he waiting for..? Just make it come true! 3 days 2 nights<br />make-love romantic-exotic party?<br /><br />Riko mempersiapkan segalanya, hampir komplit: selain bawa<br />pakaian casual dan makanan - minuman ringan, juga membawa DVD<br />player beserta beberapa film triple-x, handycam, beberapa<br />thong dan boxer, topeng, lilin, pelumas, kondom dan<br />sejenisnya. Gue bilang hampir komplit karena nggak bawa :<br />dildo / vibrator.. he.he..he.. belon punya. Ada yg tau bisa<br />dapetin barang tsb yg berkualitas prima dengan harga<br />wajar..???<br /><br />Menjelang tengah hari riko check-in sendirian di hotel MR,<br />hotel yg masih gres dan cukup favorit di bilangan jakarta<br />selatan. Setelah itu dia jemput gue di rumah dan mengantar gue<br />ke kampus untuk kuliah. "Holly shit..! My Sexy niken..." gurau<br />riko menatap gue. Memandangi rambut gue yang hitam panjang,<br />kulit putih mulus, wajah cantik indo-japan, tinggi<br />160an...wow! Kaus ketat putih gue cukup tipis sehingga bra<br />motif kotak-kotak biru ukuran 36 pemberian riko yg gue kenakan<br />membayang jelas dan tak kuasa menyembunyikan keindahan<br />payudara dibaliknya itu. Adrenalin riko langsung bergejolak,<br />dalam hatinya gue yakin dia berteriak... "Buset dah! Mau<br />kuliah pake thong-bikini gitu dibalik kaus ketat putih dan<br />celana panjang hitam..!" Si Niko (nama penis riko, singkatan<br />dari Niken's kontol.. he..he..) jadi bangun deh!<br /><br />Singkat cerita, selesai kuliah sekitar jam 3 sore, kita<br />langsung melaju menuju hotel MR, lantai 7 kamar xxx. Tanpa<br />bisa berbasa-basi, riko mulai mencumbu gue, maklum... ini<br />momen yg sudah lama kita tunggu. Dia melumat bibir gue yg<br />masih terpoles lipstik merah merona sambil tangannya memeluk<br />erat-erat bodi gue yang hangat menggemaskan. Perlahan kami<br />berbaring di ranjang yg empuk sambil berkecup mesra dan liar,<br />meraba tubuh yang semakin memanas lekas... Sebentar dengan<br />setengah memaksa, riko segera mencopot kaus ketat putih dan<br />celana panjang hitam ketat yg melekat di badan gue... "Aduh,<br />apa-apaan sih riko... masih siang nih, jangan dulu dong,<br />please.." gue berkata pelan. Namun ia seperti tidak menggubris<br />kata-kata gue. Lekuk tubuh gue yang tinggal mengenakan<br />thong-bikini bermotif kotak-kotak biru mungkin sangat-sangat<br />menggairahkan sekali dirinya... membuat si "niko" mengeras...<br />serasa menantang iman kejantanan riko. Terus ia mencumbu gue,<br />kiss my lips, my face, lick my ear and my neck, bermain-main<br />dengan putting dan payudara gue... make me so horny... higher<br />and higher... "Ssshhhh... ahhhh...hmmm..." gue mulai beraksi<br />melawan cumbu rayunya. Sebentar riko membuka kaus dan jeans yg<br />dipakainya, wow... tinggal boxer ketat yang menonjolkan<br />kegagahan kontolnya. Nggak sadar gue raih boxernya,<br />menelanjangi itu, tangan kanan gue membetot batang zakarnya<br />sementara lidah gue menjelajah di ujung kepala dan urat leher<br />kontolnya. "Ahh...!" riko berteriak kaget campur sedikit sakit<br />dan nikmat... Dengan lahap bibir dan lidah gue menyerbu dan<br />menjilati kepala dan leher si niko yg semakin mengejang,<br />tangan kiri gue mempermainkan dan meremas-remas biji zakarnya<br />sementara tangan kanan gue terus membetot dan mengocok batang<br />kontol itu. "Aouuuu... honey... you... ahhh..." riko mendesah<br />kenikmatan dari ganasnya oral seks yang gue lakukan. Sambil<br />terus melahap kontolnya, mata gue terus menatap langsung wajah<br />riko yang lagi menikmati... oh no... he is... mupeng... muka<br />pengen.. ha..ha..ha..!<br /><br />Sementara sinar matahari yang menerangi melalui kaca jendela<br />kamar yang terbuka lebar, mulai meredup senja. Istirahat<br />sejenak, setelah menutup jendela, kami memasang lilin-lilin<br />warna-warni di sekeliling tempat tidur. Penyejuk udara<br />terus-menerus menghembuskan udara segar, membuat suasana<br />menjadi sangat nyaman, adem dan romantis, namun membuat<br />gejolak panas di dada... Kembali riko memegang kendali,<br />menjilati sekujur tubuh seksi gue yang tinggal mengenakan<br />thong, sementara tangannya mempermainkan klitoris seputar<br />meiko ( vaginanya gue, singkatan dari memek si riko..<br />he..he..). Panas di dalam... Dengan gaya konvensional,<br />jemarinya menguak thong-bikini gue, perlahan kontolnya mulai<br />terarah ke dalam liang sempit vagina gue yang sudah membasah.<br />"Aaaahhhsss...sssshhhh..." riko seperti merasakan<br />kejantanannya menjelajahi lubang vagina gue .<br />"Ahhh...ahhhh..." gue mendesah-desah sedikit sakit bercampur<br />nikmat ketika seperti setengah terpaksa kontolnya yang cukup<br />gede (kira-kira 18cm guys..!) bablas memenuhi memek gue.<br />"Uuhhhhh...auuuuu...ahhhhh..." gue melolong-lolong kenikmatan<br />tatkala kontolnya menggesek-gesek memek basah gue... harder...<br />harder... Ia menggempur terus..! Keringatnya menetes... pantat<br />riko terus mengayun merangsek selangkangan gue. Kaki gue<br />mengangkat lalu menjepit erat pinggangnya. Nikmat! Wajah gue<br />merintih-rintih seakan meminta genjotan tiada akhir... menuju<br />pintu orgasme...indah. Puluhan menit berlalu, memek gue terasa<br />panas lengket dan basah! Tiba-tiba riko mengangkat badan gue<br />sehingga posisi gue menunggangi badannya berhadapan-hadapan.<br />Kali ini giliran gue yang menggenjot dia... " Oh<br />guyz...shhh...." Riko mendesir menahan nikmat genjotan getol<br />gue, membuat payudara gue ikut melonjak-lonjak, girang.<br />Sesekali riko mengisep-isep puting susu gue yang menggelayut<br />aduhai itu, woooooww... yang membuat gue semakin menikmati dan<br />menambah kencang menggenjot! Dengan gaya gue di atas begini<br />membikin gue seperti mudah menuju orgasme... mau... oooh....<br />oohh... no..no..!<br /><br />Tiba-tiba riko mengangkat pantat gue dengan kedua tangannya...<br />"Kenapa sih say...'kan lagi enaak.." gue agak kecewa karena<br />jalan panjang nikmat menuju orgasme terinterupsi. "Hmm,<br />nungging dong honey.." pinta riko pendek. Gue cepat membalik<br />bodi gue, mengangkang bergaya doggie...kepala gue rebahkan di<br />tempat tidur sehingga pantat gue menungging menampilkan memek<br />yang merekah basah dibelahan pantat gue. Segera riko berlutut<br />menunggangi gue seakan gue itu kuda betina liar. Blass...<br />"ahhhhh..." hampir bersamaan kami menjerit nikmat. Kali ini<br />riko yang menggenjot gue. Kontolnya bertahan perkasa dalam<br />lubang memek hangat gue. Ah, nikmat indah luar biasa. Terus<br />dia menggenjot... menghentak-hentakkan pantatnya keluar-masuk.<br />Sesekali riko nge-bor, diputer-puter pantatnya sambil menusuk<br />kontolnya itu ke dalam meiko. Sedap..! Sementara gue pasrah<br />ditunggangin menuju puncak orgasme... Genjot terus...<br />nunggang... ahhh... si niko mulai meronta-ronta minta<br />ngecerr... Huh..! Riko menarik kontolnya, seakan menetralisir<br />titik puncak rasa. "Kenapa sayang... Keluarin aja di dalem,<br />pleaaase... niken mauu... niken kepingin kehangatan sperma<br />riko di dalem, pleaassee... riko jantan deh..." gue menggoda.<br />Membuat gairah kejantanan riko nggak mungkin menolak! Kembali<br />riko amblesin kontol gedenya ke memek gue, still in doggie<br />style. Hahh... genjotannya semakin kasar, semakin keras...<br />"Au...hhhmmh... keluarin di dalem... sayang.." gue memelas,<br />menggoda. Huahh... genjotan pantatnya semakin kasar tak<br />terkendali. Segenap tenaga riko menunggangi sang kuda betina<br />liar yang menggoda pejantannya... yang... "Ahhhhhhh....<br />Ahhhhhh... " kontol riko berdenyut-denyut tak kuasa<br />menyemprotkan air mani hangat yg telah lama tersimpan, jauh ke<br />dalam lubang vagina gue. "Cret...crett...crreett...! Jizzz..."<br />Terkuras sudah segala daya tenaga dan sperma riko, tergoler di<br />ranjang. Sementara gue tersenyum nakal tetap posisi nungging.<br />"Hmmm...enak... biar spermanya riko benar-benar masuk ke<br />dalam.." gue mendesah manja. Oh God...! What a life..! He's<br />hot! I'm his angel... Riko meremas pantat bahenol gue, memeluk<br />dan mengulum bibir gue... say thanks for a wonderful night<br />with me...<br /><br /><br />TAMAT//////////////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-89880566029645629742009-02-16T20:27:00.000+07:002009-02-16T20:28:05.681+07:00Desah Kenikmatan MbaK Nita<div class="fullpost"> "Ne' apa kabar, ada acara ga sore ini" Itulah salam pembukaan telepon Mba Nita sore itu. Mba Nita adalah gambaran seorang istri kesepian seutuhnya. Suaminya yang.... apa yah, aku baru sadar kalau Mba Nita belum pernah cerita tentang suaminya.<br />"Ngga ada Mba" kataku<br />"Ya udah kita main ke puncak gimana?"<br />"Ok2 aja" kataku<br />"Tapi ponakanmu itu ga usah diajak"<br />Aku tertawa saja.<br /><br />"Gini loh Ne' ya susah ceritanya pokoknya gw cuma ajak you aja loh ya"<br />Aku tertawa saja.<br /><br />"Gini gini... I punya kenalan, yah gitu deh, pokoknya kita aja sama dia"<br />"Yah udah terserah Mba aja lah"<br />"You dandan yang sexy yah" Katanya di lanjutkan dengan gelak tawa renyah nya yang khas<br /><br />Aku sudah siap, menunggu di ruang tamu. Mba Nita katanya mau jemput. Benar saja satu jam kemudian sebuah SUV berhenti di depan pagar rumahku. Aku melihat Mba Nita duduk di sebelah kiri. Seorang anak muda khas anak fitnes pegang kemudi. Kekar berotot begitu besar, hitam mungkin Ambon. Entahlah.<br /><br />Duduk di belakang seorang yang tidak kalah gagahnya dengan si supir. Mereka di kenalkan oleh Mba Nita sebagai Agus dan Ferdi. Kedua dua nya instruktur fitnes katanya. Dalam perjalanan ke puncak kami berempat terus bercanda canda.<br /><br />Agus yang duduk di belakang sudah mulai berani melatahiku, setelah sadar kalau aku latah. Pinggangku sering menjadi sasaran nya sekedar ingin mendengar latahku yang kadang jorok. Mba Nita bilang mereka baru saja kenalan di sebuah tempat kebugaran.<br /><br />"Ren"<br />"Ya?"<br />"Ferdi itu gede loh"<br />"Iyah keliatan nya sih begitu" kataku lalu tertawa<br />"Bengkok dan berotot, banyak urat uratnya" Lanjut Mba Nita yang disambut tawa kami<br />Selama perjalanan yang hampir 2 jam itu terus saja kami bercanda canda saru. Suasana sudah benar benar cair. Beberapa kali tangan ferdi mampir ke paha dan dadaku. Entah itu sekedar menggoda atau memang sengaja memancing birahiku. Aku hanya menikmati saja permainan ini.<br /><br />"Ren mereka on drugs loh"<br />"Wah? kerja keras dong kita" Kataku sambil tertawa.<br /><br />Aku mengerti maksudnya on drugs adalah obat obat kuat model viagra atau sejenisnya. Mba Nita memang sering mencekoki berondong berondongnya dengan obat obatan aneh aneh yang aku sendiri tidak pernah tau apa merk dan dimana belinya.<br /><br />Memang untuk urusan ini Mba Nita senang mengajakku. Dia tahu diantara teman teman kami hanya staminaku yang benar benar bisa menandinginya.<br /><br />Kami sampai di vila kira kira pukul 5 sore. Tanpa menunggu terlalu lama kulihat Agus sudah tanpa malu malu mencumbu Mba Nita habis habisan. Desah kenikmatan Mba Nita terus keluar dari mulutnya tanpa henti.<br /><br />Agus begitu agresif dalam memperlakukan Mba Nita. Pelakuannya cenderung kasar. Mungkin orang tertentu bisa berprasangka ia sedang menyakiti Mba Nita, karena perlakuan nya yang demikian rupa serta ditambah desah Mba Nita yang tidak karuan.<br /><br />Sudah 10 menit tubuh telanjang mereka bertempur dalam peluh sementara aku dan Ferdi terus saja menonton sambil kami minum beberapa botol corona. Sampai akhirnya Ferdi juga ikut mengerayangi tubuhku seakan terbawa suasana. Aku merespon nya.<br /><br />Aku sadar antara Ferdi dan Agus seolah terjadi sebuah pertandingan. Pertandingan mana diantara mereka yang lebih hebat dalam memperlakukan wanita. Mereka saling lirik dan lalu mencoba melakukan lebih dari apa yang di lihat dilakukan oleh teman nya.<br /><br />Aku dan Mba Nita seakan menjadi objek permainan mereka. Mereka seakan berlomba siapa yang paling hebat. Peluh membasahi kami semua. Aku dan Mba Nita benar benar kewalahan. Hampir 1 jam mereka seperti itu seolah olah ini adalah sebuah pertandingan. Entah sudah berapa kali aku mencapai orgasme ku. Begitu juga dengan Mba Nita.<br /><br />Entah obat apa yang di cekoki Mba Nita kepada mereka. Mereka berdua seperti kesetanan. Seperti tidak ada letihnya. Seperti punya tenaga begitu banyak. Aku sendiri heran ada laki laki bisa sekuat ini. Sampai akhirnya Mba Nita menyerah.<br /><br />"Udah Gus, udah aku istirahat dulu, sana kamu sama Karen aja"<br />Agus menghampiriku.<br /><br />Sebenarnya ia merasa iba kepadaku yang begitu keras diperlakukan oleh ferdi. Selama beberapa saat ia hanya duduk menonton teman nya memompa tubuhku dengan keras tanpa ampun.<br /><br />Waktu dia melihatku aku hanya tersenyum saja, sementara Ferdi terus menggenjot tanpa ampun di bawah sana. Entah Viagra model apa ini aku ga tahu. Yang jelas Ferdi sudah satu setengah jam di bawah sana dengan ritme yang tinggi dan tanpa ampun.<br /><br />"Tante Agus ikut boleh ya?" Katanya sambil meremas payudaraku dengan perlahan.<br /><br />Aku tersenyum saja sambil mengangguk kecil.<br /><br />Beberapa kali Agus mencoba memasukkan penisnya kemulutku, namun terus saja meleset keluar karena goyangan Ferdi yang begitu keras. Aku sendiri kasihan melihatnya.<br /><br />"Tante biasa anal ga?" Tanya Agus takut takut.<br />Aku hanya mengangguk lemah. Ferdi masih terus menggenjot di bawah sana.<br /><br />Akhirnya mereka melakukan itu terhadapku setelah Agus melumuri nya dengan lubricant. Tubuhku benar benar lemas di buatnya. Dua penis raksasa itu seolah mengoyak kedua lubangku tanpa ampun.<br /><br /><br />TAMAT/////////////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-71422051268439228952009-02-16T20:26:00.002+07:002009-02-16T20:27:15.917+07:00Daun-daun Muda<div class="fullpost"> Hai, kenalkan nama saya Andra (nggak nama sebenarnya). Umur 24 tahun dan sekarang lagi kuliah di sebuah PTS di Kediri. Aku termasuk cowok yang populer di kampus (sekeren namaku). Tapi aku punya kelemahan, saat ini aku udah nggak perjaka lagi (emang sekarang udah nggak jamannya keperjakaan diutamakan). Nah, hilangnya perjakaku ini yang pengin aku ceritakan.<br /><br />Aku punya banyak cewek. Diantaranya banyak cewek itu yang paling aku sukai adalah Rere. Tapi dalam kisah ini bukan Rere tokoh utamanya. sebab hilangnya perjakaku nggak ada sangkut pautnya sama Rere. Malah waktu itu aku aku lagi marahan sama doski.<br /><br />Waktu itu aku nganggap Rere nggak bener-bener sayang sama aku. Aku lagi jutek banget sama dia. Habisnya udah lima bulan pacaran, masak Rere hanya ngasih sun pipi doang. Ceritanya pas aku ngapel ke tempat kostnya, aku ngajakin dia ML. Habis aku pengin banget sih. (keseringan mantengin VCD parto kali yee..). Tapi si Rere menolak mentah-mentah. Malahan aku diceramahin, busyet dah!<br /><br />Makanya malam minggu itu aku nggak ngapel (ceritanya ngambek). Aku cuman duduk-duduk sambil gitaran di teras kamar kostku. Semua teman kostku pada ngapel atau entah nglayap kemana. Rumah induk yang kebetulan bersebelahan dengan rumah kost agak sepi. Sebab sejak tadi sore ibu kost dan bapak pergi ke kondangan. Putri tertua mereka, Murni sudah dijemput pacarnya sejam yang lalu. Sedang Maidy, adiknya Murni entah nglayap kemana. Yang ada tinggal Maya, si bungsu dan Ersa, sepupunya yang kebetulan lagi berkunjung ke rumah oomnya. Terdengar irama lagu India dari dalam rumah induk, pasti mereka lagi asyik menonton Gala Bollywood.<br /><br />Nggak tahu, entah karena suaraku merdu atau mungkin karena suaraku fals plus berisik, Maya datang menghampiriku.<br />"Lagi nggak ngapel nih, Mas Andra?" sapanya ramah (perlu diketahui kalau Maya memang orangnya ramah banget)<br />"Ngapel sama siapa, May?" jawabku sambil terus memainkan Sialannya Cokelat.<br />"Ah.. Mas Andra ini pura-pura lupa sama pacarnya."<br />Gadis itu duduk di sampingku (ketika dia duduk sebagian paha mulusnya terlihat sebab Maya cuman pakai kulot sebatas lutut). Aku cuman tersenyum kecut.<br />"Udah putus aku sama dia." jawabku kemudian.<br />Nggak tahu deh, tapi aku menangkap ada yang aneh dari gelagat Maya. Gadis 14 tahun itu nampaknya senang mendengar aku putus. Tapi dia berusaha menutup-nutupinya.<br />"Yah, kacian deh.. habis putus sama pacar ya?" godanya. "Kayaknya bete banget lagunya."<br />Aku menghentikan petikan gitarku.<br />"Yah, gimana ya.. kayaknya aku lebih suka sama Maya deh ketimbang sama dia."<br /><br />Nah lo! Kentara benar perubahan wajahnya. Gadis berkulit langsep agak gelap itu merah mukanya. aku segera berpikir, apa bener ya gosip yang beredar di tempat kost ini kalo si Maya ada mau sama aku.<br />"May, kok diam aja? Malu yah.."<br /><br />Maya melirik ke arahku dengan manja. Tiba-tiba saja batinku ngrasani, gadis yang duduk di sampingku ini manis juga yah. Masih duduk di kelas dua smp tapi kok perawakannya udah kayak anak sma aja. Tinggi langsing semampai, bodinya bibit-bibit peragawati, payudaranya.. waduh kok besar juga ya. Tiba-tiba saja jantungku berdebar memandangi tubuh Maya yang cuman pakai kaos ketat tanpa lengan itu. Belahan dadanya sedikit tampak diantara kancing-kancing manisnya. Ih, ereksiku naik waktu melirik pahanya yang makin kelihatan. Kulit paha itu ditumbuhi bulu-bulu halus tapi cukup lebat seukuran cewek.<br /><br />"Mas, daripada nganggur gimana kalo Mas Andra bantu aku ngerjain peer bahasa inggris?"<br />"Yah Maya, malam minggu kok ngerjain peer? Mendingan pacaran sama Mas Andra, iya nggak?" pancingku.<br />"Ah, Mas Andra ini bisa aja godain Maya.."<br />Maya mencubit pahaku sekilas. Siir.. Wuih, kok rasanya begini. Gimana nih, aku kok kayak-kayak nafsu sama ini bocah. Waduh, penisku kok bangun yah?<br />"Mau nggak Mas, tolongin Maya?"<br />"Ada upahnya nggak?"<br />"Iiih, dimintai tolong kok minta upah sih.."<br />Cubitan kecil Maya kembali memburu di pahaku. Siir.. kok malah tambah merinding begini ya?<br />"Kalau diupah sun sih Mas Andra mau loh." pancingku sekali lagi.<br />"Aah.. Mas Andra nakal deh.."<br /><br />Sekali lagi Maya mencubit pahaku. Kali ini aku menahan tangan Maya biar tetap di pahaku. Busyet, gadis itu nggak nolak loh. Dia cuman diam sambil menahan malu.<br />"Ya udah, Maya ambil bukunya trus ngerjain peernya di kamar Mas Andra aja. Nanti tak bantu ngerjain peer, tak kasih bonus pelajaran pacaran mau?"<br /><br />Gadis itu cuman senyum saja kemudian masuk rumah induk. Asyik.. pasti deh dia mau. Benar saja, nggak sampai dua menit aku sudah bisa menggiringnya ke kamar kostku.<br /><br />Kami terpaksa duduk di ranjang yang cuman satu-satunya di kamar itu. Pintu sudah aku tutup, tapi nggak aku kunci. Aku sengaja nggak segera membantunya ngerjain peer, aku ajak aja dia ngobrol.<br />"Sudah bilang sama Ersa kalo kamu kemari?"<br />"Iya sudah, aku bilang ke tempat Mas Andra."<br />"Trus si Ersa gimana? Nggak marah?"<br />"Ya enggak, ngapain marah."<br />"Sendirian dong dia?"<br />"Mas Andra kok nanyain Ersa mulu sih? Sukanya sama Ersa ya?" ujar Maya merajuk.<br />"Yee.. Maya marah. Cemburu ya?"<br />Maya merengut, tapi sebentar sudah tidak lagi. Dibuka-bukanya buku yang dia bawa dari rumah induk.<br /><br />"Maya udah punya pacar belum?"tanyaku memancing.<br />"Belum tuh."<br />"Pacaran juga belum pernah?"<br />"Katanya Mas Andra mau ngajarin Maya pacaran." balas Maya.<br />"Maya bener mau?" Gayung bersambut nih, pikirku.<br />"Pacaran itu dasarnya harus ada suka." lanjutku ketika kulihar Maya tertunduk malu. "Maya suka sama Mas Andra?"<br /><br />Maya memandangku penuh arti. Matanya seakan ingin bersorak mengiyakan pertanyaanku. tapi aku butuh jawaban yang bisa didengar. Aku duduk merapat pada Maya.<br />"Maya suka sama Mas Andra?" ulangku.<br />"Iya." gumamnya lirih.<br />Bener!! Dia suka sama aku. Kalau gitu aku boleh..<br />"Mas Andra mau ngesun Maya, Maya nurut aja yah.." bisikku ke telinga Maya<br /><br />Tanganku mengusap rambutnya dan wajah kami makin dekat. Maya menutup matanya lalu membasahi bibirnya (aku bener-bener bersorak sorai). Kemudian bibirku menyentuh bibirnya yang seksi itu, lembut banget. Kulumat bibir bawahnya perlahan tapi penuh dengan hasrat, nafasnya mulai berat. Lumatanku semakin cepat sambil sekali-sekali kugigit bibirnya.<br />Mmm..muah.. kuhisap bibir ranum itu.<br /><br />"Engh.. emmh.." Maya mulai melenguh.<br />Nafasnya mulai tak beraturan. Matanya terpejam rapat seakan diantara hitam terbayang lidah-lidah kami yang saling bertarung, dan saling menggigit. Tanganku tanpa harus diperintah sudah menyusup masuk ke balik kaos ketatnya. Kuperas-peras payudara Maya penuh perasaan. ereksiku semakin menyala ketika gundukan hangat itu terasa kenyal di ujung jari-jariku.<br /><br />Bibirku merayap menyapu leher jenjang Maya. Aku cumbui leher wangi itu. Kupagut sambil kusedot perlahan sambil kutahan beberapa saat. Gigitan kecilku merajang-rajang birahi Maya.<br />"Engh.. Mass.. jangan.. aku uuh.."<br />Ketika kulepaskan maka nampaklah bekasnya memerah menghias di leher Maya.<br /><br />"May.. kaosnya dilepas ya sayang.."<br />Gadis itu hanya menggangguk. Matanya masih terpejam rapat tapi bibirnya menyunggingkan senyum. Nafasnya memburu. Sambil menahan birahi, kubuka keempat kancing kaos Maya satu persatu dengan tangan kananku. Sedang tangan kiriku masih terus meremas payudara Maya bergantian dari balik kaos. Tak tega rasanya membiarkan Maya kehilangan kenikmatannya. Jemari Maya menggelitik di dada dan perutku, membuka paksa hem lusuh yang aku kenakan. Aku menggeliat-geliat menahan amukan asmara yang Maya ciptakan.<br /><br />Kaos pink Maya terjatuh di ranjang. Mataku melebar memandangi dua gundukan manis tertutup kain pink tipis. Kupeluk tubuh Maya dan kembali kuciumi leher jenjang gadis manis itu, aroma wangi dan keringatnya berbaur membuatku semakin bergairah untuk membuat hiasan-hiasan merah di lehernya.Perlahan-lahan kutarik pengait BH-nya, hingga sekali tarik saja BH itupun telah gugur ke ranjang. Dua gundukan daging itupun menghangat di ulu hatiku.<br /><br />Kubaringkan perlahan-lahan tubuh semampai itu di ranjang. Wow.. payudara Maya (yang kira-kira ukuran 34) membengkak. Ujungnya yang merah kecoklatan menggairahkan banget. Beberapa kali aku menelan ludah memandangi payudara Maya. Ketika merasakan tak ada yang kuperbuat, Maya memicingkan mata.<br /><br />"May.. adekmu udah gede banget May.."<br />"Udah waktunya dipetik ya mass.."<br />"Ehem, biar aku yang metik ya May.."<br />Aku berada di atas Maya. Tanganku segera bekerja menciptakan kenikmatan demi kenikmatan di dada Maya.<br />Putar.. putar.. kuusap memutar pentel bengkak itu.<br />"Auh..Mass.. Aku nggak tahan Mass.. kayak kebelet pipis mas.." rintih Maya.<br /><br />Tak aku hiraukan rintihan itu. Aku segera menyomot payudara Maya dengan mulutku.<br />"Mmm.. suup.. mm.." kukenyot-kenyot lalu aku sedot putingnya.<br />"Mass.. sakiit.." rintih Maya sambil memegangi vaginanya.<br />Sekali lagi tak aku hiraukan rintihan itu. Bagiku menggilir payudara Maya sangat menyenangkan. Justru rintihan-rintihan itu menambah rasa nikmat yang tercipta.<br /><br />Tapi lama kelamaan aku tak tega juga membuat Maya menahan kencing. Jadi aku lorot saja celananya. Dan ternyata CD pink yang dikenakan Maya telah basah.<br />"Maya kencing di celana ya Mass?"<br />"Bukan sayang, ini bukan kencing. Cuman lendir vaginamu yang cantik ini."<br />Maya tertawa mengikik ketika telapak tanganku kugosok-gogokkan di permukaan vaginanya yang telah basah. Karena geli selakangnya membuka lebar. Vaginanya ditumbuhi bulu lebat yang terawat. Lubang kawin itu mengkilap oleh lendir-lendir kenikmatan Maya. Merah merona, vagina yang masih perawan.<br /><br />Tak tahan aku melihat ayunya lubang kawin itu. Segera aku keluarkan penisku dari sangkarnya. Kemudian aku jejalkan ke pangkal selakangan yang membuka itu.<br />"Tahan ya sayang..engh.."<br />"Aduh.. sakiit mass.."<br />"Egh.. rileks aja.."<br />"Mas.. aah!!" Maya menjambak rambutku dengan liar.<br />Slup.. batang penisku yang perkasa menembus goa perawan Maya yang masih sempit. Untung saja vagina itu berair jadi nggak terlalu sulit memasukkannya. Perlahan-lahan, dua centi lima centi masih sempit sekali.<br />"Aduuh Mass.. sakiit.." rintih Maya.<br /><br />Aku hentakkan batang penisku sekuat tenaga.<br />"Jruub.."<br />Langsung amblas seketika sampai ujungnya menyentuh dinding rahim Maya. Batang penisku berdenyut-denyut sedikit sakit bagai digencet dua tembok tebal. Ujungnya tersentuh sesuatu cairan yang hangat. Aku tarik kembali penisku. Lalu masukkan lagi, keluar lagi begitu berkali-kali. Rasa sakitnya berangsur-angsur hilang.<br /><br />Aku tuntun penisku bergoyang-goyang.<br />"Sakit sayang.." kataku.<br />"Enakk..eungh.." Maya menyukainya.<br />Ia pun ikut menggoyang-goyangkan pantatnya. Makin lama makin keras sampai-sampai ranjang itu berdecit-decit. Sampai-sampai tubuh Maya berayun-ayun. Sampai-sampai kedua gunung kembar Maya melonjak-lonjak. Segera aku tangkap kedua gunung itu dengan tanganku.<br /><br />"Enggh.. ahh.." desis Maya ketika tanganku mulai meremas-remasnya.<br />"Mass aku mau pipis.."<br />"Pipis aja May.. nggak papa kok."<br />"Aaach..!!"<br />"Hegh..engh.."<br />"Suur.. crot.. crot.. "<br />Lendir kawin Maya keluar, spermaku juga ikut-ikutan muncrat. Kami telah sama-sama mencapai orgasme.<br /><br />"Ah.." lega. Kutarik kembali penisku nan perkasa. Darah perawan Maya menempel di ujungnya berbaur dengan maniku dan cairan kawinnya. Kupeluk dan kuciumi gadis yang baru memberiku kepuasan itu. Mayapun terlelap kecapaian.<br /><br />Kreek.. Pintu kamarku dibuka. Aku segera menengok ke arah pintu dengan blingsatan. Ersa terpaku di depan pintu memandangi tubuh Maya yang tergeletak bugil di ranjang kemudian ganti memandangi penisku yang sudah mulai melemas. Tapi aku juga ikut terpaku kala melihat Ersa yang sudah bugil abis. Aku tidak tahu tahu kalau sejak Maya masuk tadi Ersa mengintip di depan kamar.<br /><br />"Ersa? Ng.. anu.." antara takut dan nafsu aku pandangi Ersa.<br />Gadis ini lebih tua dua tahun diatas Maya. Pantas saja kalau dia lebih matang dari maya. Walau wajahnya tak bisa menandingi keayuan Maya, tapi tubuhnya tak kalah menarik dibanding Maya, apalagi dalam keadaan full naked kayak gitu.<br /><br />"Aku nggak akan bilang ke oom dan tante asal.."<br />"Asal apaan?"<br />Mata Ersa sayu memandang ke arah Maya dan penisku bergantian. Lalu dia membelai-belai payudara dan vaginanya sendiri. Tangan kirinya bermain-main di belahan vaginanya yang telah basah. Ersa sengaja memancing birahiku. Melihat adegan itu, gairahku bangkit kembali, penisku ereksi lagi. Tapi aku masih ingin Ersa membarakan gairahku lebih jauh.<br /><br />Ersa duduk di atas meja belajarku. Posisi kakinya mekangkang sehingga vaginanya membuka merekah merah. Tangannya masih terus meremas-remas susunya sendiri. Mengangkatnya tinggi seakan menawarkan segumpal daging itu kepadaku.<br />"Mas Andra.. sini.. ay.."<br />Aku tak peduli dia mengikik bagai perek. Aku berdiri di depan gadis itu.<br />"Ayo.. Mas mainin aku lebih hot lagi.." pintanya penuh hasrat.<br /><br />Aku gantiin Ersa meremas-remas payudaranya yang ukuran 36 itu. Puting diujungnya sudah bengkak dan keras, tanda Ersa sudah nafsu banget.<br />"Eahh.. mmhh.." rintihannya sexy sekali membuatku semakin memperkencang remasanku.<br />"Eahh.. mas.. sakit.. enak.."<br /><br />Ersa memainkan jarinya di penisku. Mempermainkan buah jakarku membuatku melenguh keasyikan. "Ers.. tanganmu nakal banget.."<br />Gadis itu cuman tertawa mengikik tapi terus mempermainkan senjataku itu. Karena gemas aku caplok susu-susu Ersa bergantian. Kukenyot sambil aku tiup-tiup.<br />"Auh.."<br />Ersa menekan batang penisku.<br />"Ers.. sakit sayang" keluhku diantara payudara Ersa.<br />"Habis dingin kan mas.." balasnya.<br /><br />Setelah puas aku pandangi wajah Ersa.<br />"Ersa, mau jurus baru Mas Andra?"<br />Gadis itu mengangguk penuh semangat.<br />"Kalau gitu Ersa tiduran di lantai gih!"<br />Ersa menurut saja ketika aku baringkan di lantai. Ketika aku hendak berbalik, Ersa mencekal lenganku. Gadis yang sudah gugur rasa malunya itu segera merengkuhku untuk melumat bibirnya. Serangan lidahnya menggila di ronga mulutku sehingga aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengimbanginya. Tanganku dituntunnya mengusap-usap lubang kelaminnya. Tentu saja aku langsung tanggap. Jari-jariku bermain diantara belantara hitam nan lebat diatas bukit berkawah itu. "Mmm.. enghh.."<br />Kami saling melenguh merasakan sejuta nikmat yang tercipta.<br /><br />Aku ikut-ikutan merebah di lantai. Aku arahkan Ersa untuk mengambil posisi 69, tapi kali ini aku yang berada di bawah. Setelah siap, tanpa harus diperintah Ersa segera membenamkan penisku ke dalam mulutnya (aku jadi berpikiran kalau bocah ini sudah berpengalaman).<br />Ersa bersemangat sekali melumat penisku yang sejak tadi berdenyut-denyut nikmat. Demikian juga aku, begitu nikmatnya menjilati lendir-lendir di setiap jengkal vagina Ersa, sedang jariku bermain-main di kedua payudaranya. Srup srup, demikian bunyinya ketika kusedot lendir itu dari lubang vagina Ersa. Ukuran vagina Ersa sedikit lebih besar dibanding milik Maya, bulu-bulunya juga lebih lebat milik Ersa. Dan klitorisnya.. mm.. mungil merah kenyal dan mengasyikkan. Jadi jangan ngiri kalo aku bener-bener melumatnya dengan lahap.<br /><br />"Ngngehh..uuhh.." lenguh Ersa sambil terus melumat senjataku.<br />Sedang lendir kawinnya keluar terus.<br />"Erss.. isep sayang, isepp.." kataku ketika aku merasa mau keluar.<br />Ersa menghisap kuat-kuat penisku dan croott.. cairan putih kental sudah penuh di lubang mulut Ersa. Ersa berhenti melumat penisku, kemudian dia terlentang dilantai (tidak lagi menunggangiku). Aku heran dan memandangnya.<br />"Aha.." ternyata dia menikmati rasa spermaku yang juga belepotan di wajahnya, dasar bocah gemblung.<br /><br />Beberapa saat kemudian dia kembali menyerang penisku. Mendapat serangan seperti itu, aku malah ganti menyerangnya. Aku tumbruk dia, kulumat bibirnya dengan buas. Tapi tak lama Ersa berbisik, "Mas.. aku udah nggak tahan.."<br />Sambil berbisik Ersa memegangi penisku dengan maksud menusukannya ke dalam vaginanya.<br /><br />Aku minta Ersa menungging, dan aku siap menusukkan penisku yang perkasa. penisku itu makin tegang ketika menyentuh bibir vagina. Kutusuk masuk senjataku melewati liang sempit itu.<br />"Sakit Mas.."<br />Sulitnya masuk liang kawin Ersa, untung saja dindingnya sudah basah sejak tadi jadi aku tak terlalu ngoyo.<br /><br />"Nggeh.. dikit lagi Ers.."<br />"Eeehh.. waa!!"<br />"Jlub.." 15 centi batang penisku amblas sudah dikenyot liang kawin Ersa. Aku diamkan sebentar lalu aku kocok-kocok seirama desah nafas.<br />"Eeehh.. terus mass.. uhh.."<br />Gadis itu menggeliat-geliat nikmat. Darah merembes di selakangnya. Entah sadar atau tidak tangan Ersa meremas-remas payudaranya sendiri.<br /><br />Lima belas menit penisku bermain petak umpet di vagina Ersa. Rupaya gadis itu enggan melepaskan penisku. Berulang-ulang kali spermaku muncrat di liang rahimnya. Merulang-ulang kali Ersa menjerit menandakan bahwa ia berada dipucuk-pucuk kepuasan tertinggi. Hingga akhirnya Ersa kelelahan dan memilih tidur terlentang di samping Maya.<br /><br />Capek sekali rasanya menggarap dua daun muda ini. Aku tak tahu apa mereka menyesal dengan kejadian malam ini. Yang pasti aku tak menyesal perjakaku hilang di vagina-vagina mereka. Habisnya puas banget. Setidaknya aku bisa mengobati kekecewaanku kepada Rere.<br /><br />Malam makin sepi. Sebelum yang lain pada pulang, aku segera memindahkan tubuh Maya ke kamarnya lengkap dengan pakaiannya. Begitu juga dengan Ersa. Dan malam ini aku sibuk bergaya berpura-pura tak tahu-menahu dengan kejadian barusan. Lagipula tak ada bukti, bekas cipokan di leher Maya sudah memudar.<br />He.. he.. he.. mereka akan mengira ini hanya mimpi.<br /><br />TAMAT////////////<br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-46489042692908346622009-02-16T20:26:00.001+07:002009-02-16T20:26:35.773+07:00Daun Muda<div class="fullpost"><br />--------------------------------------------------------------------------------<br /><br />Ketika itu saya baru berumur 12 tahun, sebagai anak tunggal. Sewaktu orang tua saya sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Susi, yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal di rumah menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Susi akan menginap di rumahku sendirian. Tante Susi badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakaian dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Susi.<br />Biasanya, setiap ada kesempatan saya suka memainkan kemaluanku sendirian. Tapi belum pernah sampai keluar, waktu itu saya masih belum mengerti apa-apa, hanya karena rasanya nikmat. Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Susi juga belum datang. Setelah pulang sekolah, saya ke kamar tidurku sendirian memijit-mijit kemaluanku sembari menghayalkan tubuh Tante Susi yang seksi. Kubayangkan seperti yang pernah kulihat di majalah porno dari teman-temankuku di sekolah. Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa kusadari Tante Susi sudah tiba di rumahku dan tiba-tiba membuka pintu kamarku yang lupa kukunci.<br />Dia sedikit tercengang waktu melihatku berbaring diatas ranjang telanjang bulat, sembari memegangi kemaluanku yang berdiri. Aduh malunya setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung. Segera kututupi kemaluanku dengan bantal, wajahku putih pucat.<br />Melihatku ketakutan, Tante Susi hanya tersenyum dan berkata?Eh, kamu sudah pulang sekolah Asan., Tante juga baru saja datang? Saya tidak berani menjawabnya.<br />“Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya sendiri?ujarnya. Saya tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu.<br />Tante Susi lalu menambah, “Kamu terusin saja mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok?<br />“Tidak apa-apa kan kalau Tante turut melihat permainanmu? sembari melirik menggoda, dia kembali berkata “Kalau kamu mau, Tante bisa tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu, Asan.? tambahnya sembari mendekatiku.<br />“Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja? Saya tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya mengangguk kecil walaupun saya tidak begitu mengerti apa maksudnya.<br />Tante Susi pergi ke kamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali ke kamarku. Lalu dia berlutut di hadapanku. Bantalku diangkat perlahan-lahan, dan saking takutnya kemaluanku segera mengecil dan segera kututupi dengan kedua telapak tanganku.<br />“Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan berhati-hati deh? katanya sembari membujukku. Tanganku dibuka dan mata Tante Susi mulai turun ke bawah kearah selangkanganku dan memperhatikan kemaluanku yang mengecil dengan teliti. Dengan perlahan-lahan dia memegang kemaluanku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya, dengan tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil itu di kepala kemaluanku, senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik.<br />“Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh?katanya sembari mengedipkan sebelah matanya.<br />Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluanku, apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat.<br />“Jangan takut Asan., kamu rebahan saja? ujarnya membujukku. Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan, saya mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya sangat mahir memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluanku bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih nikmat dari sentuhan tanganku sendiri.<br />“Lihat itu sudah mulai membesar kembali? kemudian Tante Susi melumuri Baby Oil itu ke seluruh batang kemaluanku yang mulai menegang dan kedua bijinya. Kemudian Tante Susi mulai mengocok kemaluanku digenggamannya perlahan-lahan sambil membuka lebar kedua pahaku dan mengusap bijiku yang mulai panas membara.<br />Kemaluanku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka Tante Susi yang cantik. Perlahan Tante Susi mendekati mukanya kearah selangkanganku, seperti sedang mempelajarinya. Terasa napasnya yang hangat berhembus di paha dan di bijiku dengan halus. Saya hampir tidak bisa percaya, Tante Susi yang baru saja kukhayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku.<br />Setelah kira-kira lima menit kemudian, saya tidak dapat menahan rasa geli dari godaan jari-jari tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja di ranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Susi yang licin dan berminyak. Belum pernah saya merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat ditengah-tengah selangkanganku.<br />Mendadak Tante Susi kembali berkata, “Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap saja yah? Saya tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan tiba-tiba Tante Susi mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluanku lalu menyusupinya perlahan ke dalam mulutnya.<br />Hampir saja saya melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, saya tidak tahu harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras ke dalam ranjang. Tangannya segera disusupkan ke bawah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan dari atas ranjang. Kemaluanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke dalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku. Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluanku, saya berasa geli setengah mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya.<br />Sekali-sekali Tante Susi juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Dan perlahan turun ke bawah menjilat lubang pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Saya hanya dapat berpegangan erat ke bantalku, sembari mencoba menahan rintihanku. Kudekap mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang saya hendak menjerit. Napasku tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang, kepala saya mulai pening dari kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku. Mendadak kurasa kemaluanku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulku kebelakang. Dengan seketika, kemaluanku seperti mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat ke muka dan ke rambut Tante Susi. Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Saya tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Saya merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat besar. Dengan napas yang terengah-engah, saya meminta maaf kepada Tante Susi atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk menatap wajahnya.<br />Tetapi Tante Susi hanya tersenyum lebar, dan berkata “Tidak apa-apa kok, ini memang harus begini? kembali dia menjilati cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih.<br />“Tante suka kok, rasanya sedap? tambahnya.<br />Dengan penuh pengertian Tante Susi menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-sekali. Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk kecil basah dan menciumku dengan lembut dikeningku.<br />Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu-malu saya bertanya, “Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini??<br />Tante Susi menjawab “Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda? Dan Tante Susi berkata yang kalau saya mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja saya bilang yang saya mau menyaksikannya.<br />Kemudian jari-jari tangan Tante Susi yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing-kancing bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Susi memegang kedua tanganku dan meletakannya di atas buah dadanya. Rasanya empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras. Putingnya warna coklat tua dan agak besar. Tante Susi memintaku untuk menyentuhnya. Karena belum ada pengalaman apa-apa, saya pencet saja dengan kasar. Tante Susi kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya perlahan-lahan. Putingnya agak sensitif, jadi kita harus lebih perlahan disana, katanya. Tanganku mulai meraba tubuh Tante Susi yang putih bersih itu. Kulitnya terasa sangat halus dan panas membara dibawah telapak tanganku. Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang tertentu. Saya mulai mempelajari tempat-tempat yang disukainya.<br />Tidak lama kemudian Tante Susi memintaku untuk menciumi tubuhnya. Ketika saya mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya, putingnya terasa mengeras di dalam mulutku. Napasnya semakin menderu-deru, membuat buah dadanya turun naik bergoyang dengan irama. Lidahku mulai menjilati seluruh buah dadanya sampai keduanya berkilat dengan air liurku mukanya tampak gemilang dengan penuh gairah. Bibirnya yang merah merekah digigit seperti sedang menahan sakit. Roknya yang seksi dan ketat mulai tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan. Pahanya yang putih seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah di hadapanku. Tante Susi tidak berhenti mengelus dan memeluki tubuhku yang masih telanjang dengan kencang. Tangannya menuntun kepalaku ke bawah kearah perutnya. Semakin ke bawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya, roknya tergulung ke atas. Saya mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan terlihat sedikit bulu yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya. Mataku tidak dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah itu.<br />Kemudian Tante Susi berdiri tegak di hadapanku dengan perlahan Tante Susi mulai membuka kancing roknya satu persatu dan membiarkan roknya terjatuh di lantai. Tante Susi berdiri di hadapanku seperti seorang putri khayalan dengan hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis dan seksi. Tangannya ditaruh di pingulnya yang putih dan tampak serasi dengan kedua buah dadanya diperagakannya di hadapanku. Pantatnya yang hanya sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat menungging ke belakang. Tidak kusangka yang seorang wanita dapat terlihat begitu indah dan menggiurkan. Saya sangat terpesona memandang wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah.<br />Tante Susi menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan. Sambil merebahkan dirinya di ranjangku, Tante Susi memintaku untuk menikmati bagiannya yang terlarang. Saya mulai meraba-raba pahanya yang putih dan celana dalamnya yang agak lembab dan bernoda. Pertama-tama tanganku agak bergemetar, basah dari keringat dingin, tetapi melihat Tante Susi sungguh-sungguh menikmati semua perbuatanku dan matanya juga mulai menutup sayu, napasnya semakin mengencang. Saya semakin berani dan lancang merabanya. Kadang-kadang jariku kususupkan ke dalam celana dalamnya menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya semakin membasah, noda di bawah celana dalamnya semakin membesar. Pingulnya terangkat tinggi dari atas ranjang. Kedua pahanya semakin melebar dan kemaluannya tercetak jelas dari celana dalamnya yang sangat tipis itu.<br />Setelah beberapa lama, Tante Susi dengan merintih memintaku untuk membuka celana dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya saya dapat menurunkan celana dalamnya ke bawah. Tante Susi berbaring di atas ranjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Disitu untuk pertama kali saya dapat menyaksikan kemaluan seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan hanya dari majalah. Bulu-bulu di atas kemaluannya itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur, sekitar kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya tampak dari depan. Tante Susi membuka selangkangannya dengan lebar dan menyodorkan kewanitaannya kepadaku tanpa sedikit rasa malu. Sembari bangkit duduk di tepi ranjang, Tante Susi memintaku untuk berjongkok diantara kedua pahanya untuk memperhatikan vagina nya dari jarak dekat. Dengan penuh gairah kedua jarinya mengungkap bibir kemaluannya yang rada tebal dan kehitam-hitaman dan memperagakan kepadaku lubang vaginanya yang basah dan berwarna merah muda.<br />Dengan nada yang ramah, Tante Susi menggunakan jari tangannya sendiri dengan halus, menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh bawahnya. Tempat-tempat dan cara-caranya untuk menyenangkan seorang wanita. Kemudian Tante Susi mulai menggunakan jari tanganku untuk diraba-rabakan kebagian tubuh bawahnya. Rasanya sangat hangat, lengket dan basah. Clitorisnya semakin membesar ketika saya menyentuhnya. Aroma dari vaginanya mulai memenuhi udara di kamarku, aromanya menyenangkan dan berbau bersih. Dari dalam lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan lengket berwarna putih dan kental dan mulai melumuri semua permukaan lubang vaginanya. Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku, saya kembali bertanya “Boleh nggak saya mencicipi air mani Tante??Tante Susi hanya mengangguk kecil dan tersenyum.<br />Perlahan saya mulai menjilati pahanya yang putih dan sekitar lubang vagina Tante Susi yang merah dan lembut. Cairannya mulai mengalir keluar dengan deras ke selangkangannya. Lidahku menangkap tetesan itu dan mengikuti aliran cairan itu sampai balik ke asal lubangnya. Rasanya agak keasinan dengan berbau sangat khas, tidak seperti kata orang, cairan Tante Susi sangat bersih dan tidak berbau amis. Begitu pertama saya mencicipi alat kelamin Tante Susi, saya tahu yang saya dapat menjilatinya terus-menerus, karena saya sangat menyukai rasanya. Tante Susi mendadak menjerit kecil ketika lidahku menyentuh clitorisnya. Saya tersentak takut karena mungkin saya telah membuatnya sakit. Tetapi Tante Susi kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa kalau seseorang mengerang waktu merasa nikmat.<br />Semakin lama, saya semakin berani untuk menjilati dan menghisapi semua lubang vagina dan clitorisnya. Pinggulnya diangkat naik tinggi. Tangannya tidak berhenti memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya semakin menguat. Napasnya sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya terbanting ke kanan dan ke kiri. Pinggul dan pahanya kadang-kadang mengejang kuat, berputar dengan liar. Kepalaku terkadang tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya. Tangannya mulai menjambak rambutku dan menekan kepalaku erat kearah selangkangannya. Dari bibirnya yang mungil itu keluar desah dan rintihan memanggil namaku, seperti irama di telingaku. Keringatnya mulai keluar dari setiap pori-pori tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang di bawah cahaya lampu. Matanya sudah tidak memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata yang panjang dan lentik. Sembari merintih Tante Susi memintaku untuk menyodok-nyodokkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan mempercepat iramaku. Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan yang bergairah itu.<br />Kemudian Tante Susi memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat menghisap kemaluanku bersamaan. Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu dengan Baby Oil, Tante Susi menggosok-gosokkan dan menghimpit kemaluanku yang sudah keras kembali diantara buah dadanya, dan menghisapinya bergantian. Kemudian Tante Susi memintaku untuk lebih berkonsentrasi di clitorisnya dan menyarankanku untuk memasuki jariku ke lubang vaginanya. Dengan penuh gairah saya pertama kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu dapat berasa begitu panas dan basah. Otot vaginanya yang terlatih terasa memijiti jari tanganku perlahan. Bibir dan lubang vaginanya tampak merekah, berkilat dan semakin memerah. Clitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak. Setelah tidak beberapa lama, Tante Susi memintaku untuk memasukkan satu jariku ke dalam lubang pantatnya yang ketat. Dengan bersamaan, Tante Susi juga masukkan satu jarinya pula ke dalam lubang pantatku. Tangannya dipercepat mengocok kemaluanku. Pahanya mendekap kepalaku dengan keras. Pinggulnya mengejang keras. Terasa dilidahku urat-urat sekitar dinding vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar. Saya menjerit keras bersama-sama Tante Susi sembari memeluknya dengan erat, kita berdua keluar hampir bersamaan. Kali ini Tante Susi menghisap habis semua air maniku dan terus menghisapi kemaluanku sampai kering.<br />Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas. Badannya yang berkeringat dan melemah, terasa sangat hangat memeluki tubuhku dari belakang, tangannya tetap menghangati dan mengenggam kemaluanku yang mengecil. Aroma dari yang baru saja kita lakukan masih tetap memenuhi udara kamarku. Wajahnya tampak gemilang bercahaya menunjukan kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat lelah. Lalu kita jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup dari jendela yang terbuka. Setelah bangun tidur, kita mandi bersama. Waktu berpakaian Tante Susi mencium bibirku dengan lembut dan berjanji yang nanti malam dia akan mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasukkan ke dalam kewanitaannya.<br />Sejak hari itu, selama satu minggu penuh, setiap malam saya tidur di kamar tamu bersama Tante Susi dan mendapat pelajaran yang baru setiap malam. Tetapi setelah kejadian itu, kita tidak pernah mendapat kesempatan kembali untuk melanjutkan hubungan kami. Hanya ada peristiwa sekali, waktu orangtuaku mengadakan pesta di rumah, Tante Susi datang bersama suaminya. Di dapur, waktu tidak ada orang lain yang melihat, Tante Susi mencium pipiku sembari meraba kemaluanku, tersenyum dan berbisik “Jangan lupa dengan rahasia kita Asan.?<br />Dua bulan kemudian Tante Susi pindah ke kota lain bersama suaminya. Sampai hari ini saya tidak akan dapat melupakan satu minggu yang terbaik itu di dalam sejarah hidupku. Dan saya merasa sangat beruntung untuk mendapat seseorang yang dapat mengajariku bersetubuh dengan cara yang sangat sabar, sangat profesional dan semanis Tante Susi.<br /><br /><br /><br />TAMAT///////////<br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-5849508693003587352009-02-16T20:24:00.000+07:002009-02-16T20:25:48.204+07:00Darah Perawan<div class="fullpost"> Sungguh tidak enak jika kedua orang tua kita berpisah, dampak yang sangat dirasakan oleh anak-anaknya sangat besar sekali, hal ini ku alami sendiri waktu itu.<br />Kisah nyataku ini ku sajikan agar para pembaca yang budiman berhati-hati pada orang yang belum kita kenal dengan baik lebih-lebih pada Papa tiri yang selalu sok akrab dengan anak-anak tirinya, biarlah mirna sendiri yang menderita atas perlakuan papa tiriku.<br /><br />Seperti biasanya setiap pagi aku selalu membuatkan kopi untuk papa tiriku sebut saja ( Pa ) , yach,,karena Pa bekerja di salah satu perusahaan Swasta dan dia Bos lagi?,awal mulanya sih aku nggak menaruh curiga..karena kelihatannya dia sangat sayang pada aku dan adik-adikku?sehingga lambat laun aku membiasakan diri untuk saling mengenal dan saling mendekat dan sudah ku anggap sebagai ayah kandungku sendiri.<br />Kira-kira hampir 5 tahun sudah pa menjadi papa tiriku dan kini telah mempunyai 2 anak dari ibu kandungku, waktu kejadian itu aku baru kelas 1 sma yach..waktu itu aku masih umur 17 tahun.<br /><br />Waktu itu ibu sedang berada keluar kota karena ikut rekerasi dengan ibu-ibu di lingkungan kantor Pa selama 5 hari di Bali.Untung ada 2 pembantu di rumah jadi aku nggak terlalu repot dengan rumah yang begitu besar? seperti biasa aku mengantarkan kopi ke ruang tidur pa , karena memang begitulah setiap harinya walaupun kopi itu dibuatkan oleh pembantu tetapi akulah yang selalu mengantarkan kopi ke kamar Pa, untung sekolahku masuk siang.<br />Begitu kamar pa aku buka…… ternyata pa belum juga beranjak dari tempat tidurnya dan masih memakai baju tidur…… pagi pa kataku……?pagi mirna kata pa, tolong pintunya ditutup mir……, lantas tanpa menaruh curiga ku tutup pintu kamar.Mir? papa agak pusing nich……?. tolong pijetin kepala papa yach……., ya..pa?jawabku……? lantas aku menghampiri di tempat tidur pa? dan langsung kepala pa aku pijet…… pijet?., tak lama kemudian pa mengambil remot TV dan?astaga yang kulihat di layar TV itu adalah Film BF yang selama ini belum pernah aku tonton sama sekali…… mungkin tadi malam pa habis menyetel film BF karena ku lihat di samping TV ada beberapa tumpukkan kaset Video.Terus terang aku hanya sekilas saja melihat…dan kembali aku tundukkan kepalaku sambil mijitin kepala pa? mir?. sudah seharusnya kamu melihat film itu…kamu kan sudah besar…katanya,?nggak?ahh?pa…… malu?. mirna kan masih kecil……., siapa bilang mirna kecil kan kamu udah kelas 1 sma kata Pa.<br /><br />Aku hanya diam saja…… cobalah lihat mumpung hendak ada mamamu …….. biasa sajalah sama papa nggak apa-apa kok?., yach?aku coba untuk menurutin kata-kata Pa?, aku lepas tanganku untuk memijitin kepala Pa, kini aku serius mulai menonton Film BF…… hebat sekali ?. dalam batinku ?., tak lama nafsuku mulai terpancing……. kelihatan jelas pipiku memerah …………, kesempatan itu dimanfaatkan pa untuk mendekati aku ?. mir…… sambil dia membelai rambutku?asyiknya gambarnya…aku hanya diam saja sambil terus melihat layar TV,?tangan Pa..mulai membelai rambutku ? aku biarkan saja…… terus turun ke tanganku meremas ?remas……. pa..jangan?dong..geli……., nggak apa-apakan sama papa sendiri……. lantas Pa mulai mencium leherku…… jangan ah pa geli tuh ……. tapi Pa terus menciumi leherku…… dan tangannya mulai masuk ke kaosku dan berusaha memegang tetekku?pa jangan……. jangan pa?. geli aku?. dan Pa berhasil membuka tali BH ku…kini tetekku diremas-remas …… aku hanya diam dan geli…… aku terus mendesis? pa ? pa ……. jangan…ah……? aku udah tak kuat menahan gejolak nafsuku sementara mataku terus melihat monitor TV dengan adegan film BF……<br /><br />Tak lama kemudian Pa mengambil sebutir PIL ?ini minum PIL dulu biar kamu tahan melihat FILM itu? sebab orang yang melihat Film BF harus minum PIL ini katanya…….., aku turutin aja……aku minum PIL pemberian Pa?, setelah 10 menit kemudian?ada perubahan di dalam diriku…rasanya gairah SEX ku semakin besar…aja?, sementara Pa udah duduk disampingku …….. Pa mulai lagi dengan aksinya? Kaos dan Rokku ……. dilepasnya …….. kini aku hanya tinggal memakai CD saja…… Pa langsung menciumi teteku dang mengulimmnya? ah…… ah……. pa? geli tuh? terus pa …….. pentilku dimainkan oleh pa? rasanya geli dan enak sekali?. lantas Pa buka CD ku…….. yang sudah basah karena terlalu banyak cairan ……?. dan…… pa langsung turun kebawah ? dan ?. ya ?ampun ? memekku di ciumi dan lidahnya menjilati memekku…… rasanya aku mau pipis saja?. geli campur enak membuat badanku menjelit-jelit nggak karuan……. enak sekali……. pa? pa……. terus pa……?<br />Aduh mir sempit sekali memekmu? nggak kayak memek mamamu udah besar…….. memang sih aku kan masih perawan waktu itu?dan jembutku masih sedikit ?barangkali itu yang membuat pa kayak kerasukan setan melumat memekku hingga tak berdaya.<br /><br />Lantas aku buka baju piyama Pa? dan ya,? ampun?ternyata Pa sudah tidak memakai CD? jelas sekali kontolnya?udah mengacung keatas? dan besar sekali serta panjang kira-kira 20 Cm.Aku pegang langsung kontol Pa dan ku kocok-kocok……, mir kulum dong…kata pa?., nggak ah kan jijik aku pa?. nggak ah…… , coba lihat kayak di TV itu?. lihat uth…… cewek itu terus mengulum kontol kan?, nggak apa-apa……. cobalah mir?, lantas perlahan-lahan kontol Pa aku masukkan dalam mulutku ? dan ? ah …….. enak sekali? kayak mengulum Es Lilin aja……?terus kontol Pa aku kulum……. kini Pa?mulai mengeliat-geliat tubuhnya? mir ?terus ?mir ?enak kamu mir…….., lantas kini aku yang dibawah dan Pa diatas ?lidah pa menjilati memekku sementara aku mengulum kontol pa ……. wah ? enak ? sekali ?ah?. ah? terus pa?. terus pa……. kataku…… memang kontol pa luar biasa gedenya dan panjangnya…… atau mungkin masih ada yang panjang lagi…karena baru sekali itu sih aku lihat kontol orang dewasa…….<br /><br />Pa? turun dan kini dia mulai mengakangkan ke dua kakiku…… mir papa masukkan yach kontol papa ke memekmu?jangan pa……. sungguh jangan pa……. mirna kan masih perawan pa…… jangan yach?. kalau yang lain boleh?sih.. pa?tapi jangan yang satu itu pa?jangan pa? rengekku waktu itu?. maksudku biarlah memekku dijilatin ?tetekku di isep tapi jangan keperawanan……, tapi rupanya pa tidak menghiraukan rengekanku…… terus kontolnya digesek-gesekkan di memekku…….. ah? ah…… aku geli sih?kayak ada benda tumpul menempel di memekku……. pejamkan matamu mir…kata pa……?, lantas aku pejamkan mataku……. dan……. blessssss ……. kontol pa masuk ke memekku?jangan pa? jangan?pa…… tolong pa?jangan? tapi pa tetap terus?memasukkan kontolnya..kini blesss?. slep ……?akh ?. pa? sakit?pa? sakit?pa…….., pa hanya melihat aku kesakitan dan meringis-ringis kesakitan?.pa……?., kontol pa udah masuk semua ke liang memekku…….. kini pa…… perlahan..mulai mengerakkan maju mundur……?pa? pa? sakit?pa……. memang sakitnya luar biasa sih ? aku kan masih perawan……?sedangkan pa kontolnya kayak kontol yang di BF itu besar dan panjang……. lama kelaman sakit itu berubah menjadi enak…… aku merasakan kehangatan dalam memekku……. pa terus menggenjot kontolnya maju mundur …….. pa ?. terus ? pa ?. pintahku ?.<br /><br />Aku kini menikmati kontol pa yang lagi masuk di liang memekku…………pa terus menggenjot kontolnya lama sekali..kira-kira?. 20 menit ……?. duh ?rasanya ?capek campur enak nggak karuan …………? ah ?ah ………….. aku mau pipis rasanya nich pa……?pipislah?.itu berarti mirna mau klimaks…….. dan betul?. ah?ah………… cairan yang aku keluarkan banyak…sekali……. aku mulai agak lemas?tapi pa belum apa ? apa dia dengan asyiknya menggenjot kontolnya yang besar itu di liang memekkku ……?. terus pa..sepat?aku udah capek nich ? terus ?cepet ?pa? pa? dan slep…pluk…….. papa mencabut kontolnya dari liang memekku……. dan kini kontolnya diarahkan ke mulutku……?. mir isap tuh kontol papa…….. wah? kontol papa tambah besar rasanya…… dan slep ? mulai lagi aku mengisap-isap kontol pa…….. terus aku kulum ?. kayak es lilin…… dan tak lama? cret?cret…… air mani pa keluar sebagian di mulutku ? rasanya asin getir……?. dan sebagian di wajahmu dan menetes di tetekku?hangat?hangat asin dan getir……?lemaslah pa?.<br /><br />Kamu hebat mir nggak kayak mamamu…….. baru sedkiti aja udah lemas ……. aku hanya diam dan menunduk…… mimpi apa semalam aku……?kok melayani lelaki bejat seperti pa………….. jangan bilang siapa-siapa yach ……. aku hanya diam dan berpakaian..kemlabli?.lantas aku berdiri?wik ……. rasanya selakanganku sakit?. sekali……. kayak ada ganjalan di selakangkanganku ………lantas pa menghampiriku dan memberi uang Rp.100.000,00 nich buat jajan yach…….. aku hanya diam saja dan aku ambil uang itu……. pa kemudian mengambil sprei yang ternodai darah kegadisanku …… dan mencucinya sendiri?takut ketahuan pembantu sih ……. selama 4 hari 4 malam aku terus melayani Pa…….. hingga mamaku pulang dari Tournya di Bali…….. dan pa terus memanfatkan aku jika mama nggak di rumah……, gilanya aku terus menuruti kemauannya…….. kini aku sadar…… tentang masa depanku sendiri?dan aku udah nggak mau melayani lelaki bejat kaya papa tiriku……?. awaslah dengan Papa Tiri? belum tentu dia sebaik papa kamu?. oke?<br /><br /><br />TAMAT/////////<br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-80852809117590641492009-02-16T20:23:00.000+07:002009-02-16T20:24:40.942+07:00Darah Keperawanan Ayu“Yah, kita terlambat deh, Yu.?keluh Dinda.“Sudah lewat lima menit nih? Ayu langsung lunglai.Kuliah pertama hari ini dosennya killer banget, namanya Pak Sundjoto. Ia benar-benar takut sama Pak Sundjoto. Namanya saja sudah Sundjoto, bagaimana senjatanya. Finally, mereka harus bolos kuliah. Itu lebih baik, daripada mereka harus dihukum menyalin tugas statistik tujuh kali.“Ya udah deh, aku mandi dulu. Kau juga Din, nanti masuk angin?kata Ayu sambil segera masuk ke kamarnya dengan lemas.<br /><br />Dinda benar-benar merasa bersalah. Seharusnya ia tak terlalu lama memilih-milih bra tadi, tapi Dinda memang paling senang pilih-pilih underwear. Bisa dikategorikan bahwa Dinda seorang kolektor underwear. Akibatnya mereka harus mengejar waktu menembus hujan yang cukup deras, tapi nyatanya tetap harus terlambat. Untuk menebus kesalahannya itu Dinda memasakkan mie goreng untuk Ayu. Ayu gemar banget sama mie goreng, dan itu merupakan senjatanya untuk meminta maaf kepada Ayu.<br />Dinda tak peduli kedinginan. Tanpa harus mandi dulu, ia sudah menggorengkan mie untuk Ayu. Lalu Dinda segera membawa mie goreng “made in?dirinya ke kamar Ayu. Ayu kaget ketika Dinda tiba-tiba masuk ke kamarnya begitu saja. Pasalnya Ayu belum selesai memakai bajunya. Ia masih bertelanjang dada. Untung bagian paling sensitifnya sudah ‘diamankan?sebelum Dinda masuk tadi.<br /><br />Dinda juga tak kalah kagetnya. Ia sampai terbengong-bengong memandangi pemandangan indah yang terhampar di depan matanya. Kedua bukit kembar Ayu membusung di depannya. Sekal membulat sedikit berlebihan untuk tubuhnya yang agak kurus. Kedua bola mata Dinda yang bening nanar memandangi kedua daging kecil coklat kemerah-merahan yang bertengger di kedua ujung bukit kembar itu. Darah Dinda bagai disiram air hujan, dingin menggigil. Ia terbayang beberapa adegan blue film yang pernah ditontonnya.<br /><br />Hujan semakin deras di luar. Petir mengelegar memekakkan telinga. Dinda tersentak mendengarnya.“Ah, maaf Yu. Aku tak sengaja. Ini mie goreng untukmu. Makanlah selagi hangat,?kata Dinda sedikit gugup.Diletakkannya sepiring mie goreng itu di meja rias. Dinda segera berbalik hendak pergi tapi urung karena Ayu memanggilnya.<br /><br />“Din, aku masuk angin. Kamu mau kerokin kan aku??pinta Ayu.Mulanya Dinda ingin menolak. Dia takut birahinya muncul dan salah tempat karena Ayu dan Dinda sejenis. Tapi melihat wajah memelas Ayu, perasaan bersalah Dinda kembali muncul. Bagaimanapun juga Dinda yang menyebabkan Ayu jadi masuk angin. Akhirnya Dindapun bersedia menuruti permintaan Ayu.<br />“Sebentar aku ambilkan balsemnya,?ujar Dinda segera keluar kamar Ayu.Tapi ternyata Ayu menyusul Dinda. Ayu berfikir di kamar Dinda juga tidak apa-apa, sama saja. Maka dengan hanya mengenakan CD-nya Ayu masuk ke kamar Dinda. Tentu saja Ayu tidak perlu khawatir karena mereka hanya berdua di rumah itu saat ini.<br /><br />“Disini saja, Din.?kata Ayu membuat Dinda terkejut tak menyangka Ayu akan menyusul ke kamarnya.Ayu menelungkupkan badannya diatas ranjang. Kemudian Dinda duduk di tepi ranjang untuk mulai mengerokin kulit punggung Ayu. Tapi niat itu urung dengan tiba-tiba. Jemari Dinda menyentuh kulit punggung Ayu sekilas. Kulit punggung Ayu halus sekali.<br />Punggung Ayu yang agak kecoklat-coklatan nampak belang di bagian yang biasa tertutup tali bra. Tanpa sadar Dinda menyentuhkan jari telunjuknya menyusuri bagian punggung Ayu yang belang itu. Dari punggung atas teruuss menyamping. Ayu yang merasa kegelian membalikkan badan. Pada saat itulah tanpa sengaja jari telunjuk Dinda menyentuh payudara kiri Ayu.<br /><br />“Kenapa, Din??tanya Ayu sedikit mengatupkan mata menahan rasa merinding di tubuhnya.“Kulitmu halus sekali.”ujar Dinda dengan nafas tersendat.Mata Dinda kembali tertuju pada bukit kembar yang terpampang di depannya.“Milikmu besar sekali.?lanjut Dinda.“Kamu sudah pernah ML (make love) ya?”“Siapa bilang? Ini keturunan.? jawab Ayu sambil sedikit mengangkat bukit kirinya ke atas, bagaikan menantang setiap tangan untuk memegangnya.<br />Birahi Dinda yang mulai terbakar dan imbas dari kehujanan tadi membuat Dinda menggigil. Kemudian dilepaskannya kaosnya yang sudah agak kering. Tersembulah dua bukit kembar Dinda yang masih terbalut kain bra. Dua bukit yang sebenarnya agak kecil itu terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya karena menegang menahan birahi Dinda yang mulai meluap. Entah mengapa Ayu menjadi senang ketika Dinda melepas kaosnya.<br /><br />“Milikmu juga besar Din.?kata Ayu.Dinda memandangi kedua bukit yang masih tertutup kain itu“Coba aku buka ya?pinta Ayu.<br />Ayu menempelkan tubuhnya ke tubuh Dinda untuk membuka pengait bra di punggung Dinda sehingga Dinda mudah untuk melepaskannya. Mata Ayu berbinar-binar memandangi dua bukit kembar ukuran 32 milik Dinda itu. Walau sedikit lebih kecil dari miliknya, tapi milik Dinda itu nampak lebih ranum. Tentu saja itu karena birahi Dinda yang mulai bergolak. Tiba-tiba Dinda melepaskan klok yang dipakainya. Sesekali gerakannya tersendat. Kini mereka berdua sama. Hanya memakai CD tanpa penutup lain.<br /><br />“Yuu.. aku rasanya mau..?suara Dinda mendesah“Mau apa??tanya Ayu dengan tatapan menggoda.“Aku tak bisa menahannya Yu..?suara Dinda makin mendesah.<br />Tahulah kini Ayu apa yang diinginkan Dinda. Ia segera menarik tuduh Dinda merebah. Kemudian dirabanya dada Dinda perlahan dan lembut. Diresapinya kehalusan kulit Dinda senti demi senti. Disentil-sentilnya puting payudara Dinda setiap kali jemari Ayu menyentuhnya. Dada Ayu bergemuruh, nafasnya naik turun. Sedang Dinda tersengal-sengal menikmati setiap sentuhan Ayu.<br /><br />“Yu.. ooh.. dinginn..”“Din.. kamu menggairahkan banget.. aku.. juga mau..?<br />Ayu mulai gelap mata. Kini ditindihnya tubuh Dinda. Bibir Ayu menyentuh bibir Dinda. Dilumatnya bibir bawah Dinda dengan rakus, dihisap dan digigit-gigit kecil. Dipermainkannya lidah Dinda dengan lidahnya hingga membuat Dinda berkerjap-kerjap. Bukit kembar mereka saling menghimpit. Keduanya nampak seperti kembar siam saja, saling menempel dan melumat. Dinda menggesek-gesekkan kemaluannya pada kemaluan Ayu berirama. Sedangkan kedua tangannya telah meremas-remas kedua bokong Ayu yang semok dan sekal. Nafas keduanya semakin memburu menikmati apa yang belum pernah sekalipun mereka rasakan.<br />“Ahgh.. Yu.. enak.. teruus aahh?rintih Dinda di sela-sela cumbuan Ayu.Bibir Ayu turun menjilati leher Dinda yang jenjang dan memberikan gigitan-gigitan kecil sehingga nampak noda merah di beberapa tempat di leher Dinda. Gejolak birahi Dinda yang telah bergolak bagai tak bisa dibendung menyambar-nyambar bagai kilat di sore itu. Dibalikkannya tubuh Ayu sekuat tenaga.<br /><br />Kini posisi mereka berbalik. Dinda yang berbadan lebih besar menghimpit tubuh Ayu. Tanpa banyak pikir diremasnya bukit kembar Ayu bergantian. Makin lama semakin keras. Ayu meringis menahan sakit. Lalu Dinda memasukkan puting merah kecoklat-coklatan itu ke dalam mulutnya. Di dalam mulutnya Dinda meniup dan menghisap daging kecil itu. Dijilatinya beberapa bagian yang bisa digapai oleh lidahnya. Kemudian digigit-gigitnya gemas daging yang sudah sangat keras itu.<br />“Achh..?teriak Ayu kesakitan.Ayu membenamkan kepala Dinda ke dadanya yang semakin dibusungkan. Ayu benar-benar melayang. Manakala jemari Dinda mulai meraba-raba isi dibalik CD-nya. CD itu telah basah bermandikan lendir yang berasal dari lubang vagina Ayu. Dinda meraba-rabanya. Tangannya kini telah menelusuri setiap lekuk bukit belah yang berumput basah itu. Disentilnya sesekali ketika cemarinya menyentuh daging kecil yang tersembul di antara belahannya.<br /><br />“Ehh.. nikmat sekali Din.. teruss lakukan teruss.. ehh?Ayu mengerang kenikmatan.Dinda tak banyak bicara. Ia hanya mendengus-dengus memburu sambil terus mengulum puting susu Ayu. Ditekannya vagina Ayu dengan telapak tangannya. Tersembur cairan kental dari lubang vagina Ayu yang kini menempel di tangannya. Dinda menghentikan kulumannya. Dilihatnya telapak tangannya yang basah oleh cairan dari lubang vagina Ayu itu. Dijilatnya cairan itu. Tak berasa.<br />“Kenapa berhenti, Din??kata Ayu kesal.“Ikuti petunjukku Ayu,?pinta Dinda.Dinda segera melepas CDnya. Kini ia dalam keadaan telanjang bulat. Tak selembar kainpun membalut tubuhnya. Dilemparkannya CD yang telah basah itu entah kemana. Kemudian dilepasnya pula CD milik Ayu. Ayu membantu dengan meregangkan selangkangannya. Kini mereka telah sama-sama polos seperti bayi.<br /><br />Dinda kini berganti posisi tidur. Tubuhnya masih tetap menindih tubuh Ayu. Tapi mukanya kini sudah berada di atas selakang Ayu. Dan wajah Ayupun sudah berada di bawah selakang Dinda. Dinda memulainya dengan menciumi vagina Ayu. Kemudian lidahnya mulai bermain-main di rerumputan yang telah basah itu.<br />Ayu bagai diperintah mengikuti semua yang dilakukan Dinda. Disapunya semua bagian vagina Dinda yang ditumbuhi bulu-bulu yang agak jarang. Dijilat-jilatnya klitoris Dinda lalu dihisapnya agak kuat. Dinda mendesis-desis kegelian. Lalu dilakukannya hal serupa pada vagina Ayu membuat Ayu bergelinjangan. Ditekan-tekannya kembali vagina Ayu dengan telapak tanggannya. Suur.. cairan kental itu kembali keluar. Dijilatinya dinding vagina Ayu sehingga membuat Ayu semakin terlena.<br /><br />Tiba-tiba Dinda melihat lubang berwarna coklat kemerah- merahan yang agak terkatup. Dijilat-jilatnya lubang itu, Ayu bergelinjangan. Dinda terus menjilatinya sambil mengingat-ingat salah satu blue film yang pernah ditontonnya. Mungkin lubang inilah yang dimaksud. Lubang yang selalu disodok oleh penis kalau ingin mendapatkan kepuasan tertinggi. Mata Dinda berbinar-binar. Ia berguling ke samping, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Ayu.“Aku akan membawamu terbang, Yuu..?<br /><br />Ayu mengangguk pasrah. Yang terpenting baginya adalah menikmati permainan Dinda selanjutnya. Dinda meraih sebatang wortel dari rak sayur di bawah meja. Kemudian ditekuknya siku kaki Ayu dengan posisi agak mengangkang sehingga kepala Dinda mudah mencumbu kembali bagian terpeka Ayu itu. Dengan perlahan ditusukkannya ujung wortel itu ke dalam lubang kemaluan Ayu. Ayu merintih-rintih kesakitan. Vaginanya terasa panas dan nyeri. Tapi Dinda terus mendorongnya ke dalam.<br /><br />“Aaahh..?Ayu menjerit badannya terduduk seketika.Matanya liar memandangi benda apakah gerangan yang telah membuatnya merasa kesakitan. Darah segar menyembur, keperawanan Ayu telah amblas. Dinda menarik keluar batang wortel itu, tapi belum sampai keluar sepenuhnya, sudah dimasukkan kembali. Mata Dinda mengerjap-ngerjap. Sedang Ayu memandangi batang wortel yang keluar-masuk lubang keperawanannya dengan nafas menghentak-hentak. Ada rasa nikmat di antara rasa nyeri di lubang kewanitaannya.<br /><br />Kemudian direbutnya batang wortel itu dari tangan Dinda. Dimasukkannya ujung wortel itu lebih dalam dengan tangganya sediri. Matanya terpejam menikmati kenikmatan yang luar biasa. Dinda yang merasa kelelahan tergeletak bersimbah keringat.<br />Hatinya bergemuruh mengenang yang barusan terjadi. Ada apa dengannya? Apakah dia sudah menjadi seorang lesbi? Ah, tidak! Ia masih normal! Hati Dinda berontak. Ia segera berlari keluar kamar sebelum Ayu kembali memburunya dengan batang wortel yang masih bersimbah darah keperawanan Ayu.<br /><br /><br />tamat/////////cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-5675852540648788082009-02-16T20:22:00.000+07:002009-02-16T20:23:22.565+07:00Cerita Tak Terlupakan<div class="fullpost"> Hingga kini, kisah ini masih sering terlintas dalam benak dan pikiranku. Entah suatu keberuntungankah atau kepedihan bagi si pelaku. Yang jelas dia sudah mendapatkan pengalaman berharga dari apa yang dialaminya. Sebut saja namaya si Jo. Berasal dari kampung yang sebenarnya tidak jauh-jauh sekali dari kota Y. Di kota Y inilah dia numpang hidup pada seorang keluarga kaya. Suami istri berkecukupan dengan seorang lagi pembantu wanita Inah, dengan usia kurang lebih diatas Jo 2-3 tahun. Jo sendiri berumur 15 tahun jalan.<br /><br />Suatu hari nyonya majikannya yang masih muda, Ibu Rhieny atau biasa mereka memanggil Bu Rhien, mendekati mereka berdua yang tengah sibuk di dapur yang terletak di halaman belakang, di depan kamar si Jo.<br />"Inah.., besok lusa Bapak hendak ke Kalimantan lagi. Tolong siapkan pakaian secukupnya jangan lupa sampai ke kaos kakinya segala.." perintahnya.<br />"Kira-kira berapa hari Bu..?" tanya Inah hormat.<br />"Cukup lama.. mungkin hampir satu bulan."<br />"Baiklah Bu.." tukas Inah mahfum.<br /><br />Bu Rhien segera berlalu melewati Jo yang tengah membersihkan tanaman di pekarangan belakang tersebut. Dia mengangguk ketika Jo membungkuk hormat padanya.<br /><br />Ibu Rhien majikannya itu masih muda, paling tua mungkin sekitar 30 tahunan, begitu Inah pernah cerita kepadanya. Mereka menikah belum lama dan termasuk lambat karena keduanya sibuk di study dan pekerjaan. Namun setelah menikah, Bu Rhien nampaknya lebih banyak di rumah. Walaupun sifatnya hanya sementara, sekedar untuk jeda istirahat saja.<br /><br />Dengan perawakan langsing, dada tidak begitu besar, hidung mancung, bibir tipis dan berkaca mata serta kaki yang lenjang, Bu Rhien terkesan angkuh dengan wibawa intelektualitas yang tinggi. Namun kelihatan kalau dia seorang yang baik hati dan dapat mengerti kesulitan hidup orang lain meski dalam proporsi yang sewajarnya. Dengan kedua pembantunya pun tidak begitu sering berbicara. Hanya sesekali bila perlu. Namun Jo tahu pasti Inah lebih dekat dengan majikan perempuannya, karena mereka sering bercakap-cakap di dapur atau di ruang tengah bila waktunya senggang.<br /><br />Beberapa hari kepergian Bapak ke Kalimantan, Jo tanpa sengaja menguping pembicaraan kedua wanita tersebut.<br />"Itulah Nah.. kadang-kadang belajar perlu juga.." suara Bu Rhien terdengar agak geli.<br />"Di kampung memang terus terang saya pernah Bu.." Inah nampak agak bebas menjawab.<br />"O ya..?"<br />"Iya.. kami.. sst.. pss.." dan seterusnya Jo tidak dapat lagi menangkap isi pembicaraan tersebut. Hanya kemudian terdengar tawa berderai mereka berdua.<br /><br />Jo mulai lupa percakapan yang menimbulkan tanda tanya tersebut karena kesibukannya setiap hari. Membersihkan halaman, merawat tanaman, memperbaiki kondisi rumah, pagar dan sebagainya yang dianggap perlu ditangani. Hari demi hari berlalu begitu saja. Hingga suatu sore, Jo agak terkejut ketika dia tengah beristirahat sebentar di kamarnya.<br />Tiba-tiba pintu terbuka, "Kriieet.. Blegh..!" pintu itu segera menutup lagi.<br />Dihadapannya kini Bu Rhien, majikannya berdiri menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat ia mengerti.<br /><br />"Jo.." suaranya agak serak.<br />"Jangan kaget.. nggak ada apa-apa. Ibu hanya ada perlu sebentar.."<br />"Maaf Bu..!" Jo cepat-cepat mengenakan kaosnya.<br />Barusan dia hanya bercelana pendek. Bu Rhien diam dan memberi kesempatan Jo mengenakan kaosnya hingga selesai. Nampaknya Bu Rhien sudah dapat menguasai diri lagi. Dengan mimik biasa dia segera menyampaikan maksud kedatangannya.<br /><br />"Hmm..," dia melirik ke pintu.<br />"Ibu minta kamu nggak usah cerita ke siapa-siapa. Ibu hanya perlu meminjam sesuatu darimu.."<br />Kemudian dia segera melemparkan sebuah majalah.<br />"Lihat dan cepatlah ikuti perintah Ibu..!" suara Bu Rhien agak menekan.<br />Agak gelagapan Jo membuka majalah tersebut dan terperangah mendapati berbagai gambar yang menyebabkan nafasnya langsung memburu. Meski orang kampung, dia mengerti apa arti semua ini. Apalagi jujur dia memang tengah menginjak usia yang sering kali membuatnya terbangun di tengah malam karena bayangan dan hawa yang menyesakkan dada bila baru nonton TV atau membaca artikel yang sedikit nyerempet ke arah "itu".<br /><br />Sejurus diamatinya Bu Rhien yang tengah bergerak menuju pintu. Beliau mengenakan kaos hijau ketat, sementara bawahannya berupa rok yang agak longgar warna hitam agak berkilat entah apa bahannya. Segera tangan putih mulus itu menggerendel pintu.<br />Kemudian.., "Berbaringlah Jo.. dan lepaskan celanamu..!"<br />Agak ragu Jo mulai membuka.<br />"Dalemannya juga.." agak jengah Bu Rhien mengucapkan itu.<br />Dengan sangat malu Jo melepaskan CD-nya. Sejenak kemudian terpampanglah alat pribadinya ke atas.<br /><br />Lain dari pikiran Jo, ternyata Bu Rhien tidak segera ikut membuka pakaiannya. Dengan wajah menunduk tanpa mau melihat ke wajahnya, dia segera bergerak naik ke atas tubuhnya. Jo merasakan desiran hebat ketika betis mereka bersentuhan.<br />Naik lagi.. kini Jo bisa merasakan halusnya paha majikannya itu bersentuhan dengan paha atasnya. Naik lagi.. dan.. Jo merasakan seluruh tulang belulangnya kena setrum ribuan watt ketika ujung alat pribadinya menyentuh bagian lunak empuk dan basah di pangkal paha Bu Rhien.<br /><br />Tanpa memperlihatkan sedikitpun bagian tubuhnya, Bu Rhien nampaknya hendak melakukan persetubuhan dengannya. Jo menghela nafas dan menelan ludah ketika tangan lembut itu memegang alatnya dan, "Bleesshh..!"<br />Dengan badan bergetar antara lemas dan kaku, Jo sedikit mengerang menahan geli dan kenikmatan ketika barangnya dilumat oleh daging hangat nan empuk itu.<br /><br />Dengan masih menunduk Bu Rhien mulai menggoyangkan pantatnya. Tangannya menepis tangan Jo yang secara naluriah hendak merengkuhnya.<br />"Hhh.. ehh.. sshh.. " kelihatan Bu Rhien menahan nafasnya.<br />"Aakh.. Bu.. saya.. saya nggak tahan.." Jo mulai mengeluh.<br />"Tahann sebentar.. sebentar saja..!" Bu Rhien nampak agak marah mengucapkan itu, keringatnya mulai bermunculan di kening dan hidungnya.<br /><br />Sekuat tenaga Jo menahan aliran yang hendak meledak di ujung peralatannya. Di atasnya Bu Rhien terus berpacu.. bergerak semakin liar hingga dipan tempat mereka berada ikut berderit-derit. Makin lama semakin cepat dan akhirnya nampak Bu Rhien mengejang, kepalanya ditengadahkan ke atas memperlihatkan lehernya yang putih berkeringat.<br />"Aaahhkhh..!"<br />Sejurus kemudian dia berhenti bergoyang. Lemas terkulai namun tetap pada posisi duduk di atas tubuh Jo yang masih bergetar menahan rasa. Nafasnya masih memburu.<br /><br />Beberapa saat kemudian, "Pleph..!" tiba-tiba Bu Rhien mencabut pantatnya dari tubuh Jo.<br />Dia segera berdiri, merapihkan rambutnya dan roknya yang tersingkap sebentar.<br />Kemudian, "Jangan cerita kepada siapapun..!" tandasnya, "Dan bila kamu belum selesai, kamu bisa puaskan ke Inah.. Ibu sudah bicara dengannya dan dia bersedia.." tukasnya cepat dan segera berjalan ke pintu lalu keluar.<br /><br />Jo terhenyak di atas kasurnya. Sejenak dia berusaha menahan degup jantungnya. Diambilnya nafasdalam-dalam. Sambil sekuat tenaga meredam denyutan di ujung penisnya yang terasa mau menyembur cepat itu. Setelah bisa tenang, dia segera bangkit, mengenakan pakaiannya kemudian berbaring. nafasnya masih menyisakan birahi yang tinggi namun kesadarannya cepat menjalar di kepalanya. Dia sadar, tak mungkin dia menuntut apapun pada majikan yang memberinya hidup itu. Namun sungguh luar biasa pengalamannya tersebut. Tak sedikitpun terpikir, Bu rhien yang begitu berwibawa itu melakukan perbuatan seperti ini.<br /><br />Dada Jo agak berdesir teringat ucapan Bu Rhien tentang Inah. Terbayang raut wajah Inah yang dalam benaknya lugu, tetapi kenapa mau disuruh melayaninya..? Jo menggelengkan kepala.. Tidak..! biarlah perbuatan bejat ini antara aku dan Bu Rhien. Tak ingin dia melibatkan orang lain lagi. Perlahan tapi pasti Jo mampu mengendapkan segala pikiran dan gejolak perasaannya. Beberapa menit kemudian dia terlelap, hanyut dalam kenyamanan yang tanggung dan mengganjal dalam tidurnya.<br /><br />Perlakuan Bu Rhien berlanjut tiap kali suaminya tidak ada di rumah. Selalu dan selalu dia meninggalkan Jo dalam keadaan menahan gejolak yang menggelegak tanpa penyelesaian yang layak. Beberapa kali Jo hendak meneruskan hasratnya ke Inah, tetapi selalu diurungkan karena dia ragu-ragu, apakah semuanya benar-benar sudah diatur oleh majikannya atau hanyalah alasan Bu Rhien untuk tidak memberikan balasan pelayanan kepadanya.<br /><br />Hingga akhirnya pada suatu malam yang dingin, di luar gerimis dan terdengar suara-suara katak bersahutan di sungai kecil belakang rumah dengan rythme-nya yang khas dan dihafal betul oleh Jo. Dia agak terganggu ketika mendengar daun pintu kamarnya terbuka.<br />"Kriieet..!" ternyata Bu Rhien.<br />Nampak segera melangkah masuk kamar. Malam ini beliau mengenakan daster merah jambu bergambar bunga atau daun-daun apa Jo tidak jelas mengamatinya. Karena segera dirasakannya nafasnya memburu, kerongkongannya tercekat dan ludahnya terasa asin. Wajahnya terasa tebal tak merasakan apa-apa.<br /><br />Agak terburu-buru Bu Rhien segera menutup pintu. Tanpa bicara sedikitpun dia menganggukkan kepalanya. Jo segera paham. Dia segera menarik tali saklar di kamarnya dan sejenak ruangannya menjadi remang-remang oleh lampu 5 watt warna kehijauan. Sementara menunggu Jo melepas celananya, Bu rhien nampak menyapukan pandangannya ke seantero kamar.<br />"Hmm.. anak ini cukup rajin membersihkan kamarnya.." pikirnya.<br />Tapi segera terhenti ketika dilihatnya "alat pemuasnya" itu sudah siap.<br />Dan.., kejadian itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Setelah selesai Bu Rhien segera berdiri dan merapihkan pakaiannya. Dia hendak beranjak ketika tiba-tiba teringat sesuatu.<br /><br />"Oh Ibu lupa.." terhenti sejenak ucapannya.<br />Jo berpikir keras.. kurang apa lagi..? Jujur dia mulai tidak tahan mengatasi nafsunya tiap kali ditinggal begitu saja, ingin sekali dia meraih pinggang sexy itu tiap kali hendak keluar dari pintu.<br />Lanjutnya, "Hmm.. Inah pulang kampung pagi tadi.." dengan wajah agak masam Bu Rhien segera mengurungkan langkahnya.<br />"Rasanya tidak adil kalau hanya Ibu yang dapat. Sementara kamu tertinggal begitu saja karena tidak ada Inah.."<br />Jo hampir keceplosan bahwa selama ini dia tidak pernah melanjutkan dengan Inah. Tapi mulutnya segera dikuncinya kuat-kuat. Dia merasa Bu Rhien akan memberinya sesuatu. Ternyata benar.. Perempuan itu segera menyuruhnya berdiri.<br /><br />"Terpaksa Ibu melayani kamu malam ini. Tapi ingat.., jangan sentuh apapun. Kamu hanya boleh melakukannya sesuai dengan yang Ibu lakukan kepadamu.."<br />Kemudian Bu Rhien segera duduk di tepi ranjang. Dirainya bantal untuk ganjal kepalanya. Sejuruskemudian dia membuka pahanya. Matanya segera menatap Jo dan memberinya isyarat.<br />".." Jo tergagap. Tak mengira akan diberi kesempatan seperti itu.<br />Dalam cahaya kamar yang minim itu dadanya berdesir hebat melihat sepasang paha mulus telentang. Di sebelah atas sana nampak dua bukit membuncah di balik BH warna krem yang muncul sedikit di leher daster. Dengan pelan dia mendekat. Kemudian dengan agak ragu selangkangannya diarahkan ke tengah diantara dua belah paha mulus itu. Nampak Bu Rhien memalingkan wajah ke samping jauh.. sejauh-jauhnya.<br /><br />"Degh.. degh.." Jo agak kesulitan memasukkan alatnya.<br />Karena selama ini dia memang pasif. Sehingga tidak ada pengalaman memasukkan sama sekali. Tapi dia merasakan nikmat yang luar biasa ketika kepala penisnya menyentuh daging lunak dan bergesekan dengan rambut kemaluan Bu Rhien yang tebal itu. Hhh..! Nikmat sekali. Bu Rhien menggigit bibir. Ingin rasanya menendang bocah kurang ajar ini. Tapi dia segera menyadari ini semua dia yang memulai. Badannya menggelinjang menahan geli ketika dengan agak paksa namun tetap pelan Jo berhasil memasukkan penisnya (yang memang keras dan lumayan itu) ke peralatan rahasianya.<br /><br />Beberapa saat kemudian Jo secara naluriah mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur.<br />"Clep.. clep.. clep..!" bunyi penisnya beradu dengan vagina Bu Rhien yang basah belum dicuci setelah persetubuhan pertama tadi.<br />"Plak.. plak.. plakk..," kadang Jo terlalu kuat menekan sehingga pahanya beradu dengan paha putih mulus itu.<br />"Ohh.. enak sekali.." pikir Jo.<br />Dia merasakan kenikmatan yang lebih lagi dengan posisi dia yang aktif ini.<br />"Ehh.. shh.. okh..," Jo benar-benar tak kuasa lagi menutupi rasa nikmatnya.<br /><br />Hampir beberapa menit lamanya keadaan berlangsung seperti itu. Sementara Jo selintas melirik betapa wajah Bu rhien mulai memerah. Matanya terpejam dan dia melengos ke kiri, kadang ke kanan.<br />"Hkkhh.." Bu Rhien berusaha menahan nafas.<br />Mulanya dia berfikir pelayanannya hanya akan sebentar karena dia tahu anak ini pasti sudah diujung "konak"-nya.<br />Tapi ternyata, "Huoohh..," Bu Rhien merasakan otot-otot kewanitaannya tegang lagi menerima gesekan-gesekan kasar dari Jo.<br />Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terbangkitkan nafsunya.<br /><br />Jo terus bergoyang, berputar, menyeruduk, menekan dan mendorong sekuat tenaga. Dia benar-benar sudah lupa siapa wanita yang dihadapannya ini. yang terfikir adalah keinginan untuk cepat mengeluarkan sesuatu yang terasa deras mengalir dipembuluh darahnya dan ingin segeradikeluarkannya ..!!"Ehh.." Bu Rhien tak mampu lagi membendung nafsunya.<br />Daster yang tadinya dipegangi agar tubuhnya tidak banyak tersingkap itu terlepas dari tangannya, sehingga kini tersingkap jauh sampai ke atas pinggang. Melihat pemandangan ini Jo semakin terangsang. Dia menunduk mengamati alatnya yang serba hitam, kontras dengan tubuh putih mulus di depannya yang mulai menggeliat-geliat, sehingga menyebabkan batang kemaluannya semakin teremas-remas.<br /><br />"Ohh.. aduh.. Bu..," Jo mengerang pelan penuh kenikmatan.<br />Yang jelas Bu Rhien tak akan mendengarnya karena beliau sendiri tengah berjuang melawan rangsangan yang semakin dekat ke puncaknya.<br />"Okh.. hekkhh.." Bu Rhien menegang, sekuat tenaga dia menahan diri, tapi sodokan itubenar-benar kuat dan tahan.<br />Diam-diam dia kagum dengan stamina anak ini.<br /><br />Akhirnya karena sudah tidak mampu lagi menahan, Bu Rhien segera mengapitkan kedua pahanya, tanganya meraih sprei, meremasnya, dan.., "Aaakkhh..!" dia mengerang nikmat. Orgasmenya yang kedua dari si Jo malam ini. Sementara si Jo pun sudah tak tahan lagi. Saat paha mulus itu menjepit pinggangnya dan kemudian pantat wanita itu diangkat, penisnya benar-benar seperti dipelintir hingga, "Cruuth..! crut.. crut..!" memancar suatu cairan kental dari sana. Jo merasakan nikmat yang luar biasa. Seperti kencing namun terasa enak campur gatal-gatal gimana."Ohk.. ehh.. hh," Jo terkulai. Tubuhnya bergetar dan dia segera mundur dan mencabut penisnya kemudian terhenyak duduk di kursi sebelah meja di kamarnya. Wajahnya menengadah sementara secara alamiah tangannya terus meremas-remas penisnya, menghabiskan sisa cairan yang ada disana. Ooohh.. enak sekali..<br /><br />Di ranjang Bu Rhien telentang lemas. Benar-benar nikmat persetubuhan yang kedua ini. Beberapa saat dia terkulai seakan tak sadar dengan keadaannya. Bongkahan pantatnya yang mengkal dan mulus itu ter-expose dengan bebas. Rasanya batang kenyal nan keras itu masih menyumpal celah vaginanya. Memberinya sengatan dan sodokan-sodokan yang nikmat. Jo menatap tubuh indah itu dengan penuh rasa tak percaya. Barusan dia menyetubuhinya, sampai dia juga mendapatkan kepuasan. Benarkah..?<br /><br />Sementara itu setelah sadar, Bu Rhien segera bangkit. Dia membenahi pakaiannya. Terlintas sesuatu yang agak aneh dengan anak ini. Tadi dia merasa betapa panas pancaran sperma yang disemburkannya. Seperti air mani laki-laki yang baru pernah bersetubuh.<br /><br />"Berapa jam biasanya kamu melakukan ini dengan Inah, Jo..?" tanya Bu Rhien menyelidik.<br />Jo terdiam. Apakah beliau tidak akan marah kalau dia berterus terang..?<br />"Kenapa diam..?"<br />Jo menghela nafas, "Maaf Bu.. belum pernah."<br />"Hah..!? Jadi selama ini kamu..?"<br />"Iya Bu. Saya hanya diam saja setelah Ibu pergi."<br />"Oo..," Bu Rhien melongo.<br />Sungguh tidak diduga sama sekali kalau itu yang selama ini terjadi. Alangkah tersiksanya selama ini kalau begitu. Aku ternyata egois juga. Tapi..?, masa aku harus melayaninya. Apapun dia kan hanya pembantu. Dia hanya butuh batang muda-nya saja untuk memenuhi hasrat sex-nya yang menggebu-gebu terus itu. Selama ini bahkan suami dan pacar-pacarnya dulu tak pernah mengetahuinya. Ini rahasia yang tersimpan rapat.<br /><br />"Hmm.. baiklah. Ibu minta kamu jangan ceritakan ke siapapun. Sebenarnya Ibu sudah bicara sama Inah mengenai masalah ini. Tapi rupanya kalian tidak nyambung. Ya sudah.. yang penting sekali lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. mengerti..?" kembali suaranya berwibawa dan bikin segan.<br />"Mengerti Bu..," Jo menjawab penuh rasa rikuh.<br />Akhirnya Bu Rhien keluar kamar dan Jo segera melemparkan badannya ke kasur. Penat, lelah, namunnikmat dan terasa legaa.. sekali.<br /><br />tamat//////<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-12247479543566722322009-02-16T20:21:00.000+07:002009-02-16T20:22:32.463+07:00BU LIMAH . IBU KOSTCeritanya terjadi saat aku masih kuliah di sebuah universitas di dekat kalimalang-Jakarta Timur. Aku menyewa kamar semi permanen yang setengahnya tembok dan setengahnya lagi kayu milik seorang Ibu bernama Halimah yang biasa di panggil Bu Limah. Kamarku terletak agak di belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi. Bagian Belakang rumah Bu Limah di batasi tembok tinggi yang di biarkan tanpa atap, di dalamnya di pergunakan Bu Limah untuk memelihara tanaman dan bunga-bungaan, disana juga tumbuh pohon belimbing yang rindang tempat ngadem dengan menggelar tikar. Kamarku berada persis di depannya.<br /><br />Di rumah itu hanya ada 2 kamar kost yang kusewa bersama seorang cowok mahasiswa juga tapi sudah skripsi jadi jarang dirumah. Bu Limah, Ibu kostku ini adalah seorang janda beranak tiga, semua anaknya sudah kawin dan tidak tinggal serumah lagi dengan Bu Limah. Ibu kost ku ini sebenarnya udah cukup tua umurnya kira-kira 50 tahunan, namun menurutku, untuk wanita seusianya, tubuh Bu Limah masih terhitung bagus, meski agak gemuk namun tetap montok dengan bongkahan pantatnya yang bahenol dan buah dadanya yang besar. Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di belakang kepalanya. Pembawaannya tenang dan ramah. Kalau sedang dirumah Bu Limah paling sering memakai daster sehingga bentuk tubuhnya menggodaku untuk selalu mencuri-curi pandang. Buah dadanya yang besar itu juga sering ku lihat terkadang tanpa di tutupi BH sehingga tampak menggantung bergoyang-goyang saat badannya menunduk membersihkan tanamannya.<br /><br />Suatu hari ketika itu aku masuk siang jadi agak santai. Setelah membeli koran aku kembali ke kamar untuk membacanya, pintu kamar kubiarkan saja terbuka. Beberapa saat kemudian kulihat ibu kost berjalan ke arah kamar mandi sambil membawa handuk, rupanya mau mandi. Dia berhenti sejenak di depan kamarku untuk menyapaku.<br />''Kok belum berangkat? '' Sapanya .<br />''Iya Bu, hari ini masuk siang''. Jawabku.<br />''Wah enak dong bisa santai..,'' Kata Bu Limah lagi sambil tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju kamar mandi.<br />Dari kamar mandi ku dengar Bu Limah bersenandung kecil di timpali bunyi air. Saat itu pikiranku jadi ngeres dengan membayangkan Bu Limah telanjang membuat kemaluanku mengeras dan timbul keinginanku untuk mengintipnya.<br />Segera kututup pintu kamarku dan dengan berhati-hati ku cari celah sambungan papan antara kamarku dengan kamar mandi. dan ternyata ada sedikit lubang tipis yang karena cet nya sudah hancur, tempatnya tepat agak dibawah dekat bak mandi. Dengan hati berdegub keras, aku intip Bu Limah, tampak dia telanjang bulat, badannya masih montok untuk ukuran wanita seusia Bu Limah. Teteknya sudah agak turun tapi besar dan menantang, sedangkan kemaluannya ditutupi bulu cukup lebat.<br /><br />Dia menyabuni teteknya agak lama, dia permainkan putingnya dengan memilin-milinnya, sedang tangan yang satu lagi menyabuni memeknya, jari telunjuknya dimasukan berulang-ulang sedangkan matanya tampak terpejam-pejam mungkin sedang menikmati, gerakannya itu kulihat seperti layaknya orang bersenggama.<br />Bu Limah lalu menghentikan kegiatannya lalu berjongkok persis menghadapku untuk mencuci BH dan celana dalamnya sehingga memeknya dengan jelas ku lihat membuat gairahku menyala-nyala. Ku keluarkan penisku yang sudah tegang berdiri, kumainkan dengan tanganku tak kuperdulikan lagi kemungkinan seandainya Bu Limah mengetahui apa yang aku lakukan. Semakin lama nafsu seks ku semakin tak terkendali kepalaku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, yang ada di kepalaku bagaimana caranya bisa menikmati tubuh Bu Limah.<br /><br />Bu Limah pun akhirnya selesai mandi, setelah mengelap tubuhnya dengan handuk, dililitkannya handuk itu menutupi tubuhnya, sedangkan pakaiannya di masukannya ke dalam ember yang ada di dalam kamar mandi.<br />Aku pun segera bersiap-siap dengan rencanaku. pun keluar dari kamar mandi. Ketika Bu Limah melewati kamarku cepat ku buka pintu kamarku dan tanpa berkata-kata lagi kupeluk tubuh Bu Limah dari belakang sambil menarik handuk yang di pakai Bu Limah hingga ahirnya Bu Limah telanjang, tanganku ku remaskan ke buah dadanya.<br />''Aw, aduh.., apa-apaan nih..,'' Pekik Bu Limah terkejut.<br />''Aduh Dal, jangan Dal ah...,'' Bu Limah mencoba menghindar.<br />Aku tetap tak perduli, tangan kanan ku malah ku arahkan ke memeknya, ku kobel-kobel dan kucolokan jariku masuk ke dalamnya sambil ku ciumi tengkuk dan leher belakang Bu Limah. Tubuh Bu Limah mencoba berontak agar lepas tapi aku tak memberikan kesempatan dengan semakin mempereret pelukanku.<br />''Aduh.., dal ingat dal, ah.., Ibu sudah tua Dal. Lepasin Ibu Dal.'' Kata Bu Limah memohon.<br />''Hhh.., Ibu masih seksi koq, buktinya saya nafsu sama Ibu. Udah deh mendingan ibu nikmatin aja lagian kan ibu sudah lama nggak beginian.'' Kataku memaksa.<br />''Tapi Ibu malu Dal, nanti kalau ada orang yang tahu gimana...?'' Hiba Bu Limah.<br />''Ya makanya, mending ibu nikmatin saja, kalau begitu kan orang nggak bakalan ada yang tahu.'' Tangkisku.<br />Akhirnya Bu Limah pun terdiam, tubuhnya tidak berusaha memberontak lagi aku semakin leluasa menjelajahi semua bagian tubuh Bu Limah, kadang kuelus-elus terkadang kuremas-remas seperti pada pantatnya yang besar dan montok itu.<br />Menyadari sudah tidak ada penolakan dari Bu Limah, aku semakin mengintensifkan gerakanku ke bagian-bagian tubuh Bu Limah yang dapat membuat gairah Bu Limah semakin tinggi agar tidak kehilangan momen.<br />''Ahh.., ssshh..., aahh..., geli Dal, ahh..,'' Bu Limah mendesah-desah pelan pertanda nafsu seksnya sudah bangkit.<br />Ku putar tubuhku menghadap Bu Limah, sambil tetap ku peluk, ku ciumi bibirnya, dan lidahku kumasukan ke dalam mulutnya. Bu Limah ternyata mulai mengimbangiku, di balasnya ciuman ku dengan ketat aku dan Bu Limah bergantian saling menghisap bibir dan lidah. Sambil begitu ku tuntun tangan Bu Limah ke kemaluanku dan ku selipkan tangannya ke dalam celana pendek training yang ku pakai. Tanpa ku minta Bu Limah menarik ke bawah celanaku hingga ******ku bebas mengacung. Digenggamnya kontoku, dengan jempolnya kepala penisku dielus-elusnya kemudian dikocoknya. Pelerku pun tak luput di jamahnya dengan meremasnya pelan, sesekali jarinya terasa menelusuri belahan pantatku melewati anus, sensasi seks yang ku rasakan benar-benar lain.<br />Leher Bu Limah ganti ku ciumi lalu turun ke bagian dadanya. Buah dada Bu Limah yang besar itu kuciumi, kuremas-remas, kusedot-sedot dan ku jilati sepuasnya sedangkan pada putingnya selain ku pelintir-pelintir aku hisapi seperti bayi yang sedang menetek pada ibunya, yang ternyata membuat Bu Limah kian hot. Tangannya mengerumasi rambutku dan terkadang menekan kepalaku ke payudaranya. Desahanannya semakin sering terdengar.<br />''Aduh.., ahh.., sshh.., terus dal, aahh..,''<br /><br />Dengan posisi tubuh Bu Limah yang tetap berdiri, aku merendahkan badanku, kuarahkan mulutku ke selangkangannya, Bu Limah ternyata tau apa yang akan kulakukan, di renggangkannya kedua kakinya hingga sedikit mengangkang yang membuat ku lebih leluasa menciumi memeknya. Ku sibak bulu jembut di permukaan memeknya lalu ku dekatkan bibirku ke permukaan memeknya. Lidahku ku julurkan mengulas-ulas bibir memek Bu Limah, itilnya ku terkadang kujepit dengan bibirku sebelum kuhisap-hisap. Tak ketinggalan jariku ku colokan masuk ke dalam memek Bu Limah sambil ku pitar-putar. Apa yang ku lakukan itu membuat Bu Limah menggelinjang-gelinjang dengan mulut tak berhenti berdesah-desah kenikmatan.<br />''Ahh.., aww.., yahhh.., sshh.., terus Dal, iyaahh..''<br /><br />Begitu bernafsunya aku dan Bu Limah bercinta, hingga aku dan Bu Limah sudah tidak perduli lagi kalau waktu itu kami bergelut di udara terbuka di belakang rumah Bu Limah. Tapi akhirnya kekhawatiranku muncul juga. Ku hentikan sejenak aktifitasku.<br />''Bu, sebentar yah, saya mau ngunci pintu dulu, takut ada yang datang.'' Kataku sambil berdiri.<br />''Oh iya, untung kamu ingat, tapi cepet yah Dal, Ibu sudah nggak tahan nih,'' Jawab Bu Limah nakal. Aku hanya tersenyum, sambil berlalu kuremas dulu tetek Bu Limah.<br />Sebenarnya jarak ke pintu hanya beberapa meter saja, berhubung aku dan Bu Limah sedang diliputi kenikmatan seks hingga tak mau kehilangan waktu meski sekejap.<br /><br />Setelah mengunci pintu aku kembali, ******ku terayun-ayun waktu berjalan karena celanaku sudah terlepas meskipun aku masih memakai kaos.<br />''Kalau pintu depan dikunci nggak Bu?'' Tanyaku ketika sudah dekat Bu Limah.<br />''Dikunci, dari pagi Ibu belum membukanya.'' Jawab Bu Limah sambil merengkuh tubuhku ke pelukannya.<br />''Dal kita pindah ke kamar yuk!'' Pinta Bu Limah.<br />''Disini aja deh bu, cari suasana lain, pasti Ibu belum pernah kan ngewe di sama bapak dulu di tempat terbuka seperti ini.''<br />''Ah, kamu ini ada-ada saja.'' Elak Bu Limah sambil membuka kaosku.<br /><br />Aku dan Bu Limah kembali berpagutan di atas kursi yang ku tari dari depan kamarku, tubuh Bu Limah ku pangku di atas pahaku, Bu Limah semakin aktif menciumi ku, pentilku pun di hisap dan di jilatinya sedangkan tanganku menggerayangi memeknya yang semakin basah.<br />Bu Limah kemudian berdiri lalu berjongkok di hadapanku, di hadapkannya mukanya ke arah ******ku lalu lindahnya menjulur mengulas-ulas kepala ******ku beberapa saat kemudian di masukannya ******ku ke dalam mulutnya, di hisap-hisapnya dengan menggerakan kepalanya maju mundur, kemudian pelirku di hisapnya juga. Gerakan lidah Bu Limah benar-benar membuatku di penuhi kenikmatan.<br />''Ahh, enak Bu..,'' Erangku penuh nafsu.<br />Tanganku mempermainkan buah dadanya yang menggantung bergoyang-goyang, sesekali ku remas rambutnya dan ku tekan kepalanya agar semakin dalam mulutnya melahap ******ku.<br /><br />Bu Limah lalu menghentikan hisapannya pada ******ku.<br />''Dal, ayo ******mu masukin, memek Ibu sudah kepengen banget di ewe.'' Pintanya sambil membaringkan tubuhnya di atas tikar dengan kedua kakinya dilebarkan memperlihatkan memeknya yang mumplu.<br />Tanpa berkata lagi aku menyusul Bu Limah dan ku kangkangi tubuhnya dari atas. Bu Limah meraih ******ku lalu di arahkannya ke lubang memeknya. Setelah pas lalu ku tekan perlahan-lahan hingga ******ku masuk seluruhnya ke dalam memek Bu Limah lalu ku tarik dan ku masukan lagi dengan gerakan semakin cepat. Mulut Bu Limah terus berdesis-desis menahan nikmat. Tubuh Bu Limah terhentak-hentak karena dorongan tubuhku, buah dadanya yang bergerak-gerak indah kuremas-remas<br />penuh nafsu, sambil terus bergerak aku dan Bu Limah berpelukan erat, mulutku dan mulutnya saling hisap.<br />Bu Limah lalu memintaku berganti posisi di atas, aku berbaring dan Bu Limah duduk di atas selangkanganku setelah ******ku di masukannya ke dalam memeknya. Bu Limah menggoyang-goyangkan pantatnya, terasa seperti memeknya memilin-milin ******ku. Dari bawah tetek Bu Limah ternyata tampak lebih indah menggantung bergoyang-goyang.<br />Aku dan Bu Limah kembali ke posisi semula. Gerakan aku dan Bu Limah semakin liar. Tusukan ******ku semakin cepat yang diimbangi dengan gerakan pantat Bu Limah yang kadang bergoyang ke kiri dan ke kanan kadang ke atas dan ke bawah menambah semakin panasnya permainan seks yang aku dan Bu Limah lakukan. Hingga akhirnya ku rasakan cairan spermaku segera keluar.<br />''Bu saya mau ke luar..,'' Erangku.<br />''Ibu juga mau keluar, Dal..,'' Desah Bu Limah.<br />Aku dan Bu Limah saling berpelukan dengan ketatnya, bibirku dan bibir Bu Limah saling hisap dengan erat dan spermaku pun menyemprot di dalam memek Bu Limah.<br />Beberapa saat aku dan Bu Limah saling diam menikmati sisa-saisa kenikmatan.<br /><br />Sambil berbaring di atas tikar di bawah pohon rambutan yang rindang dengan tubuh sama-sama telanjang aku dan Bu Limah melepas lelah sambil ngobrol dan bercanda. Tanganku mempermainkan tetek Bu Limah entah mengapa aku suka sekali dengan tetek Bu Limah itu.<br />Aku dan Bu Limah lalu membersihkan badan di kamar mandi, saling gosok dan sambil remas hingga gairah ku dan gairah Bu Limah kembali bangkit, aku dan Bu limah kembali bersetubuh di kamar mandi sampai puas.<br /><br />Wanita seusia Bu Limah memang sangat berpengalaman dalam memuaskan pasangannya, mereka tidak egois dalam menyalurkan gairah seksnya, bahkan yang kurasakan Bu Milah cenderung memanjakanku agar mendapatkan kenikmatan yang setinggi-tingginya. Maka karena itulah akupun merasa di tuntut untuk bisa mengimbanginya.<br /><br />Gairahku terhadap Bu Milah entah kenapa selalu menyala., maunya setiap hari aku bisa menggaulinya, dan ternyata Bu Milah pun demikian. Hal ini kudengar sendiri ketika aku mengajaknya untuk bersetubuh padahal ketika itu teman kostu sedang ada di kamarnya. Saat Bu Milah sedang mencuci piring ku dekap dia dari belakang, tapi dengan halus Bu Limah menolaknya.<br />''Jangan sekarang Dal, nanti temanmu tahu.'' Kata Bu Limah.<br />''Tapi Bu, saya sudah nggak tahan..,'' Sanggahku.<br />''Ibu juga sama, malahan ibu pengennya tiap hari begituan sama kamu.''<br />Akhirnya aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh hasrat yang tak terlampiaskan.<br /><br />Sudah 4 hari ini gairahku tak tersalurkan, aku dan Bu Milah hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat lebih, hingga ketika itu sore, mendadak temanku pulang ke kampungnya setelah dapat telepon bapaknya sakit. Setelah temanku pergi ku kunci pintu lalu segera aku mencari Bu Limah. Di dalam rumah tampak Bu Limah baru keluar dari kamarnya. Bu Limah ketika itu memakai baju kurung berkerudung sepertinya Bu Limah mau pergi.<br />''Mau ke mana Bu?'' Tanyaku mendekatinya.<br />''Ibu mau ngaji dulu Dal..,'' Jawab Bu Limah.<br />''..Bu, ayo dong, sudah lama nih..,'' Rujukku.<br />''Nanti aja yah Dal, Ibu cuma sebentar koq ngajinya.''<br />''Ayo lah Bu sebentar aja..,'' Paksaku sambil ku peluk Bu Limah. Tanganku segera saja menjalar ke balik baju Bu limah yang gombrong. Buah dada Bu Limah yang besar yang selama beberapa hari ini ku rindukan, jadi mainanku.<br />''..Dasar kamu, nggak sabaran banget.., tapi sebentar aja yah!'' Rengek Bu Limah akhirnya pasrah.<br />Ternyata Bu Limah juga sudah panas, ciuman bibirku segera di balasnya dengan bergelora. Meskipun waktu itu Bu Limah memakai kerudung tak menghalangi aku dan Bu Limah untuk saling berbagi kenikmatan malahan aku merasa ada nuansa yang lain yang kian membuat gairah bercintaku menjadi-jadi dan permintaan Bu Limah melepas kerudungnyapun kularang.<br />''Dal, kerudungnya Ibu lepas dulu yah!'' Pinta Bu limah.<br />''Jangan Bu, biarin saja, saya semakin bernafsu melihat pakai kerudung..''. Larangku.<br />''Ah kamu ini ada-ada saja.''<br />Sambil terus berciuman Bu Limah melepas Bhnya, lalu bajunya ku angkat ke atas dan ku sorongkan wajahku menjamah buah dadanya. Ku ciumi dan ku jilati sepuas-puasnya. Bu Limah merengek-rengek kecil sambil tangannya mengerumasi rambutku.<br />''..Ah.., ngghh.., yah.., sshh.., ahh..,'' Suara Bu Limah pelan.<br />Tangan Bu Limah menarik celanaku hingga ******ku yang sudah keras itu mengacung bebas, lalu di permainkannya ******ku dengan meremas-remasnya.<br />Kain bawahan yang di pakai Bu Limah ku angkat dan ku gelungkan di pinggangnya, lalu pantatnya ku remas-remas setelah kutarik celana dalamnya.<br />''Dal.., ayo Dal cepet masukin..,'' Pinta Bu Limah.<br />''Iya Bu, disini aja ya Bu! Jawabku sambil membimbing tubuh Bu Limah ke kursi panjang yang ada di ruang tamu.<br />''Tapi nanti kalau ada orang gimana Dal?'' Tanya Bu Limah khawatir.<br />''Tenang aja Bu, kan kita nggak telanjang'' Aku meyakinkan Bu Limah.<br />''Dal, Ibu di atas yah..!'' Bu limah meminta posisi di atas.<br />Aku mengiyakan kemauan Bu Limah, ku dudukan tubuhku di atas kursi panjang dengan posisi agak berbaring, selanjutnya Bu limah menempatkan tubuhnya di atasku, dengan kedua kaki melipat sejajar pahaku, lalu Bu limah menurunkan tubuhnya dan mengarahkan memeknya ke ******ku. ******ku di pegangnya agar pas dengan lubang memeknya. Setelah itu Bu Limah menekan tubuhnya hingga ******ku masuk ke dalam memeknya sampai dasar lalu diputar-putarnya pantatnya, lalu diangkatnya memeknya dan di tekan lagi sambil di putar-putar dengan gerakan semakin cepat .<br />Buah dada Bu Limah yang besar bergoyang keras mengikuti gerakan tubuh Bu Limah yang semakin liar itu segera ku sosor dengan mulutku, ku ciumi dan ku hisapi hingga meninggalkan tanda merah, sementara tanganku meremas-remas bongkahan pantatnya.<br />Biarpun Bu Limah tidak melepas pakaian dan kerudungnya persetubuhan aku dan Bu Limah tetap dahsyat malah semakin membuatku bernafsu.<br />Ku imbangi gerakan Bu Limah dengan menghentakan pantatku ke atas apabila Bu Limah Menekan ke bawah sehingga aku merasakan ******ku seperti menghujam ke dalam memek Bu Limah, membuatnya semakin terhempas-hempas kenikmatan.<br />''Ahhh.., ssshh.., mmhh.., Yaahh..,'' Mulut Bu Limah tak berhenti merintih.<br />''Ayo Dal, terus tusuk yang dalam memek Ibu.., iyyahh..,'' Katanya di sela-sela rintihannya.<br />Setelah beberapa saat aku dan Bu Milah saling menggenjot dengan posisi Bu Milah tetap di atas, kurasakan spermaku mau keluar.<br />''Bu saya mau keluar.., Bu..,'' Erangku.<br />''Ibu juga dal, mau kaluar.., aahh..,'' Balas Bu Limah.<br />Gerakan tubuh ku dan tubuh Bu Limah sudah tidak beraturan lagi, aku dan Bu Limah semakin liar menjelang klimaks. Tubuhku dan tubuh Bu Limah saling peluk erat, bibir ku dan bibir Bu Limah bertautan erat saling hisap , hingga akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang, spermaku pun tumpah di dalam memek Bu Limah. Aku dan Bu limah bersama-sama menikmati puncak permainan seks yang bergelora walaupun tidak begitu lama.<br />Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan masih berpelukan menikmati sisa-sisa gairah. Setelah keadaan dirasa normal Bu Limah mengangkat tubuhnya lalu berdiri, baru tampak olehku kalau pakaian dan kerudung yang dipakai Bu Limah begitu acak-acakan akibat pergumalan tadi.<br />''Udah ya Dal, Ibu mau berangkat.'' Kata Bu Limah sambil beranjak menuju kamar mandi. Aku lalu mengikutinya. Aku dan Bu Limah sama-sama masuk kamar mandi untuk membersihkan cairan sisa pergumulan. Sambil saling bercanda aku dan Bu Limah saling Basuh.<br />''Gara-gara ini nih Ibu jadi terlambat..,'' Kata Bu Limah sambil meremas pelan ******ku yang mulai layu.<br />Aku hanya nyengir mendengar gurauan Bu Limah. Setelah dirasa bersih aku dan Bu Limah keluar dari kamar mandi, aku masuk ke dalam kamarku sedang Bu Limah berjalan ke dalam rumah.<br />Ku ganti kaos dan celanaku lalu aku duduk di depan kamarku, ngeroko sambil baca koran. Dari dalam terlihat Bu Limah berjalan ke arahku dia sekarang sudah rapi kembali.<br />''Dal, Ibu berangkat ngaji dulu yah.., kalau mau istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu.'' Kata Bu Limah.<br />''Iya Bu''. Jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bu Limah, iseng dari belakang ku remas pantat Bu Milah yang bergoyang-goyang. Bu Limah hanya mendelik manja.<br />''Dal, ah nakal kamu, belum puas yah..?''<br />''Nggak tahu nih Bu, kalau ngelihat Ibu bawaannya jadi nafsu.''<br />Setelah menutup pintu aku kembali ke kamar untuk tidur.<br /><br />Malamnya aku dan Bu Limah nonton TV berdua di rumahnya, kami hanya mengobrol dan bercanda saja, tak enak juga untuk mengajak Bu Limah bersetubuh lagi kasihan sepertinya dia cape. Ketika aku mau kembali ke kamar telepon Bu Limah berdering yang ternyata dari cucunya Bu Limah yang mengatakan bahwa besok siang mau berkunjung. Wah alamat gairahku bisa tak tersalurkan lagi nih, kataku dalam hati.<br />Jam setengah tujuh pagi aku bangun dan langsung mandi. Saat berjalan ke kamar mandi kulihat Bu Milah sedang berada di dapur dengan hanya memakai daster tipis membuat gairahku naik. Ketika mandi pikiranku tertuju terus ke Bu milah, dan acara mandi pagi pun ku percepat. Pikirku kalau sekarang nggak bisa menikmati tubuh Bu Limah bisa gigit jari, soalnya kalau cucu Bu Limah datang bisa berhari-hari mereka tinggal. Aku segera mengganti kaos, sedangkan celana pendek tetap ku pakai biar praktis. Aku lalu mengendap-ngendap mendekati Bu Limah yang sedang berdiri di depan meja dapur dengan posisi membelakangiku. Setelah dekat dengan Bu Milah kepalaku langsung ku susupkan ke bawah pantat Bu Milah setelah terlebih dahulu bagian bawah dasternya aku angkat dan langsung ku ciumi belahan pantat Bu Milah yang ternyata tidak memakai celana dalam.<br />''Aw!.., apaan nih..!'' Teriak Bu Limah terkaget-kaget setelah tiba-tiba merasa ada sesuatu yang mendesak-desak pantatnya, tapi setelah tahu aku yang melakukannya Bu Limah pun tenang kembali.<br />''Iiih, kamu ini ngapain sih, ngagetin Ibu aja, untung Ibu nggak Jantungan''. Rutuknya. Sambil membiarkan saja apa yang aku lakukan terhadapnya.<br />Aku terus saja menciumi sekeliling pantat Bu Milah yang masih berwangi sabun, rupanya Bu milah juga baru habis mandi. Dari balik dasternya, tanganku ku julurkan ke ke atas untuk meraih teteknya yang menggantung yang juga tidak memakai BH, setelah terpegang lalu ku remas-remas, sedangkan Bu Milah sejauh ini masih cuek saja dengan terus memilih-milih sayuran.<br />''Dal, Ibu sih sudah menebak kalau pagi ini kamu pasti minta jatah sama Ibu.'' Kata Bu Milah.<br />''Memangnya kenapa Bu.'' Tanyaku dari dalam dasternya.<br />''Iya, kamu semalam denger kan kalau cucu Ibu mau datang. Kasihan deh kamu Dal bakal nganggur beberapa hari, hi.., hi.., hi..,'' Jawab Bu Milah sambil tertawa mengikik membayangkan penderitaanku nanti.<br />''Nasib-nasib.., '' Sesalku. Bu Limah kembali tertawa mendengar ratapanku itu.<br />Sambil terus menciumi pantat Bu Limah, kuminta dia agar sedikit melebarkan kedua kakinya, dan setelah kedua kakinya lebar mengangkang ku geser tubuhku semakin kedalam lalu ku balikan badan dengan wajahku menghadap keatas persis di bawah memeknya. Memek Bu Limah yang berbulu tebal itu lalu ku ciumi dan ku jilati, dan lubang memeknya ku masuki dengan jari tanganku sambil ku putar-putar di dalamnya. Bu Milah pun mengimbangi dengan menggoyang-goyangkan dan menekan-nekankan pantatnya, sepertinya gairah Bu Milah pun mulai naik.<br />''Dal berhenti dulu sebentar'' Pintanya. Dan setelah aku menghentikan kegiatanku, dengan masih tetap berdiri di tariknya kursi makan di sebelahku lalu diangkatnya satu kakinya dan di letakan di atas kursi, dengan posisi seperti itu memungkinkan aku semakin bebas menjelajahi memeknya. Memek Bu Limah kembali ku jelajahi , dan tak lama berselang kurasakan Bu Limah mengejang dengan kepala kini munumpu di atas meja satu tangannya menekan kepalaku tersuruk kian dalam ke memeknya., lalu gerakan Bi Limah pun melemah kemudian terhenti, hanya dengus nafasnya saja terdengar masih cepat.<br />Seiring dengan melemahnya gerakan Bu Limah, aku pun menghentikan permainan ku pada memek Bu Limah. Tanganku kini berpindah meremasi buah dada Bu Limah yang menggantung bergoyang-goyang karena kepala Bu Milah masih tergeletak di atas meja dan tubuhnya menjadi doyong ke depan. Mulutku ikut menyerbu, buah dada Bu Milah dengan rakus ku ciumi, ku hisapi dan kuremas-remas.<br />Setelah merasa pulih, Bu Milah lalu bangkit, dan akupun kemudian duduk di atas kursi. Bu Milah lalu memelukku dari arah depan hingga kedua teteknya yang empuk menghimpitku karena saat itu aku masih duduk di kursi. Bu Limah menciumi kepalaku lalu ciumannya turun ke wajah. Aku dan Limah saling berpagutan dan bertukar lidah.<br />Bu Limah Lalu jongkok, di tariknya celana pendekku hingga ******ko yang sudah keras itu mengacung. Dipermainkannya ******ku dengan mengocoknya lalu dimasukannya ke dalam mulutnya sambil di hisap-hisapnya.<br /><br />Aku dan Bu Limah menuju ke menu utama permainan, dengan menyingsingkan dasternya, Bu Milah lalu tengkurap diatas meja satu kakinya tetap menginjak lantai sedang yang satunya di angkat melintang di atas meja, menampilkan pemandangan erotis pada memeknya. Terlihat memeknya sedikit mendongak. Segera kuarahkan ******ku ke belahan memek Bu Limah, kemudian ku dorong hingga amblas dan ku tarik lagi dengan lebih cepat. Tubuh Bu Milah terhempas-hempas terdorong oleh hentakanku, untung saja meja makan yang di jadikan tumpuan tubuh Bu Limah kuat, itupun sesekali beradu juga dengan dinding hingga menimbulkan suara berdegup. Aku dan Bu Limah lalu berganti posisi dengan berbaring di lantai dapur. Bu Limah memiringkan tubuhnya, aku yang sudah berjongkok di depannya segera mengangkat dan menahannya dengan pandak satu kaki Bu Limah hingga terpentang, lalu kuarahkan ******ku ke memek Bu Limah yang tampak merekah itu dan ku tusukan hingga dasar memek Bu Limah.<br />Ketika kurasakan saat-saat puncak sudah dekat, ku setubuhi Bu Limah dengan meniindihnya dari atas, mulutku menciumi buah dada Bu Limah. Kedua kaki Bu Limah melingkar di pinggangku, hingga aku akhirnya aku klimaks, spermaku tumpah di dalam memek Bu Limah. Aku dan Bu Limah berpelukan erat dengan bibir saling berpagutan, aku dan Bu Limah mengahiri pergulatan puas.<br /><br />Setelah itu aku dan Bu Limah segera bangkit karena khawatir kalau-kalau cucu Bu Limah datang, dan benar saja tak lama setelah aku tidur-tiduran di kamarku terdengar cucu-cucu Bu Limah datang.<br /><br />Ternyata cucu Bu Limah tinggal lama karena sekolahnya sedang libur panjang, tinggal aku yang sengsara menahan gairah sama Bu Limah yang tidak dapat tersalurkan. Akhirnya aku tak tahan lagi, suatu sore, ketika Bu Limah hendak mandi dan cucunya sedang main di depan, ku hentikan langkah Bu Limah di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol aku utarakan hasratku pada Bu Milah.<br />''Bu, saya sudah nggak tahan lagi nih..,'' Rengekku pada Bu Limah.<br />''Sabar dong Dal, kamu kan tahu sendiri ada cucuku, Ibu juga sama, sudah kepengen, tapi ya gimana.'' Jawab Bu Limah.<br />''Tuh Ibu juga sama, sudah kepengen kan ayolah Bu, sebentar saja.'' Desakku.<br />''Iya sih, tapi nggak ada kesempatannya, cucu Ibu itu lho, maunya sama Ibu terus..''<br />''Bu, gimana kalau nanti malam, setelah cucu Ibu tidur Ibu pura-pura saja sakit perut, atau setelah semua tidur Ibu nanti ke sini.''<br />''Terus kalau pas kita lagi begitu ada yang ke kamar mandi gimana?'' Kata Bu Limah Khawatir.<br />''Kitakan begituannya tidak di kamar mandi.''<br />''Habis dimana?, di kamarmu?'' Tanya Bu Limah lagi.<br />''Ya nggak lah itu sih resikonya sama, disitu aja tuh, tempatnya kan gelap, orang nggak akan melihat kita, lagian kalau ada orang rumah yang keluar kita bisa segera tahu.'' Kataku sambil menunjuk tempat dekat pohon belimbing di depan gudang yang gelap kalau malam.<br />''Ya udah deh kalau gitu, nanti malam ibu coba kesini, sudah ya nanti ada melihat.'' Jawab Bu Milah setuju.<br />Saat Bu Limah berlalu, aku sempatkan meremas bongkahan pantatnya setelah melihat keadaan di dalam rumah Bu Limah sepi. Bu Limah hanya merintih pelan sambil terus berjalan ke kamar mandi.<br /><br />Untuk semakin mematangkan rencana, dari sehabis isya aku berpura-pura tidur dan lampu kamarku pun ku matikan. Menjelang tengah malam sekitar jam sebelas ku dengar pintu belakang rumah Bu Limah di buka, segera ki intip dari celah jendela, dan seperti yang ku harapkan terlihat memang Bu Milah yang keluar. Segera aku bangun dan keluar. Tanpa mengeluarkan kata, setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku keluar dari kamar, Bu Milah langsung menuju tempat yang telah di rencanakan, aku menyusulnya delangkah hati-hati.<br />Setelah berdekatan, aku dan Bu Limah langsung saling berpelukan sambil berciuman dengan panas. Bibirku dan bibir Bu Limah saling pagut dengan liar dan penuh nafsu untuk melepaskannya yang selama ini sama-sama di tahan. Tanganku dan tangan Bu Limah sama sama sibuk saling menggerayangi. Ku selusupkan tanganku ke balik daster Bu Limah hingga bagian bawah daster Bu Milah ikut terangkat ketika tanganku mulai ku remaskan ke belahan pantatnya lalu berpindah ke depan mengobel memeknya yang ternyata tidak bercelana dalam. Bulu jembutnya yang lebat ku permainkan dulu dengan menarik-nariknya dengan pelan sebelum menjamah memeknya. Memek Bu Limah yang tembam itu lalu kepermainkan, itilnya kucubit-cubit halus, jariku lalu ku masukan ke belahan memek Bu limah dan kuputar- putar di dalamnya. Sedangkan tangan Bu limah segera menyongsong ******ku yang sudah tegang di kocok-kocoknya perlahan batang ******ku seperti sedang mengurut, kemudian berpindah meremas buah zakarku. Karena situasinya tidak begitu begitu kondusif aku dan Bu Limah tidak berlama-lama melakukan cumbuan, segera saja aku dan Bu limah bersetubuh. Dengan mencoba tetap waspada kalau-kalau ada orang rumah yang keluar. Tubuh Bu Limah berdiri menyender di dinding dengan ujung daster bagian bawah di tariknya ke atas, satu kakinya naikan ke atas dan ku tahan dengan tanganku, tubuhku menghimpit tubuh Bu Limah ke dinding dan setelah dirasa posisinya pas mulai ku hujamkan ******ku ke memek Bu Milah. Biarpun dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku dan Bu Limah saling bergelut dengan liar. Aku dan Bu Limah sama-sama penuh gairah dalam persetubuhan yang kami lakukan. Nafasku dan nafas Bu Limah saling memburu. Dengan tetap menusuk-nusukan ******ku tubuh Bu Limah sedikit ku angkat dengan tangan ku yang sebelumnya meremasa-remas bongkahan pantat Bu Limah. Aku dan Bu Limah terus bergerak untuk saling berbagi kenikmatan dengan mulut yang tanpa mengeluarkan suara angkat dan kutahan. Dengan cara seperti itu ternyata aku merasakan sensasi bersetubuh yang lain, yang tak kalah nikmat nya dengan persetubuhan biasa. Aku dan Bu Milah menjadi lebih panas dan penuh gairah untuk segera menuntaskan permainan penuh nafsu ini.<br />Mukaku ku labuhkan di tengah-tengah payudara Bu Limah setelah Bu Limah membuka kancing daster nya, lalu ku permainkan buah dada Bu Limah dengan mulutku dengan menciumi dan menghisapinya dan pada putingnya mulut ku menyosot seperti sedang menyusu membuat Bu Limah meliuk-liuk penuk nikmat.<br />Dan Akhinya dengan tanpa merubah posisi kami yang tetap berdiri aku dan Bu Limah sampai ke ujung klimaks, tubuhku dan tubuh Bu Limah bergelut kian rapat, pantat Bu Limah menggeol-geol tak beraturan dengan semakin liar dan ku hujamankan ******ku semakin kencang sedangkan bibirku dan bibir Bu Limah terus berpagutan dengan ganasnya saling melumat dan bertukar lidah, hingga pada akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang menahan kenikmatan yang tiada tara itu, spermaku pun tumpah memenuhi rongga-rongga memek Bu Limah.<br /><br /><br />TAMAT///////cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-6115367522009053532009-02-16T20:20:00.001+07:002009-02-16T20:20:53.815+07:00Bu Henny Dan Temannya<div class="fullpost"> Telah sebulan lamanya Andi, seorang pemuda tampan rupawan, berkenalan dengan wanita paruh baya berumur empat puluh lima tahun bernama Bu Henny, istri seorang pejabat teras pemerintah pusat di Jakarta. Berawal saat mereka bertemu di sebuah department store di kawasan Senen dekat tempat Andi bekerja. Ketika itu Andi dengan tidak sengaja menolong Bu Henny waktu wanita itu mencari sesuatu yang terjatuh dari tas tangan yang dibawanya. Dari pertemuan itulah kemudian keduanya memulai hubungan teman yang kini berkembang menjadi lebih erat, perselingkuhan!<br /><br />Pemuda lajang yang berwajah tampan itu telah membuat Bu Henny jatuh hati hingga tak dihiraukannya lagi status dirinya sebagai istri seorang pejabat. Ditambah dengan kebiasaan buruk dan kondisi keluarganya yang memang penuh pertengkaran akibat suami yang doyan menyeleweng seperti layaknya kebiasaan para pejabat pemerintah yang tak pernah lepas dari perihal korupsi, kolusi, nepotisme dan perilaku seks yang selama ini selalu diarahkan pada generasi muda sebagai kambing hitam.<br /><br />Pertemuan pertama yang begitu mengesankan bagi kedua orang itu telah membawa mereka mengarungi petualangan demi petualangan cinta yang dari hari ke hari semakin membuat mereka mabuk asmara. Kencan-kencan rahasia yang selalu mereka lakukan di saat suami Bu Henny melakukan tugas ke luar negeri telah menjadi sebuah jadwal rutin bagi keduanya untuk semakin mendekatkan diri. Nafsu seksual Bu Henny yang meledak-ledak dan terpendam, menemukan tempat yang begitu ia impikan semenjak bertemu pemuda itu. Sebagai pemuda lajang yang juga masih memiliki keinginan libido seksual yang tinggi, Andipun tak kalah menikmatinya.<br /><br />Bu Henny seperti memberi semua yang pemuda itu dambakan. Kepuasan seksual yang ia peroleh dari hubungannya dengan istri pejabat itu benar-benar telah membuat hidupnya bahagia. Dendam pribadinya sebagai anak muda yang merasa sangat tertipu oleh para pejabat negara seperti terlampiaskan dengan melakukan perselingkuhan itu. Ditambah lagi dengan pesona tubuh Bu Henny yang sangat ia sukai. Sesuai dengan seleranya yang suka pada tubuh montok ibu-ibu dengan postur tubuh bahenol dan payudara besar seperti yang dimiliki wanita itu benar-benar pas seperti seleranya.<br /><br />Postur tubuh Bu Henny yang bongsor dengan pantat, pinggul dan buah dada yang besar memang telah membuat Andi menjadi gila seks hingga dalam setiap hubungan badan yang mereka lakukan keduanya selalu menemukan kepuasan seks yang hebat. Apalagi dengan bentuk kemaluan yang besar dan sangat panjang dari Andi semakin membuat Bu Henny tak pernah puas dan selalu haus dengan hubungan seksual mereka. Kemaluan Andi yang besar dan panjang serta kemampuannya menaklukkan nafsu kewanitaan Bu Henny hingga wanita itu harus bangkit lagi untuk mengimbangi permainan Andi telah melahirkan gairah yang selalu membara pada diri wanita itu. Tak bosan-bosannya mereka melakukan persetubuhan dimana mereka merasa aman dan nyaman. Hari-hari kedua insan yang mabuk kepuasan seks itupun berjalan lancar dan penuh kenikmatan.<br /><br />Bulan November tahun 1996, Andi meminta cuti selama satu minggu. Pemuda tampan itu telah sebulan sebelumnya merencanakan untuk menghabiskan liburan di sebuah pulau kecil lepas pantai Bali. Perusahaan tempat ia bekerja memberinya tiket gratis untuknya. Sementara di lain tempat, suami Bu Henny mendapat tugas ke luar negeri untuk jangka waktu yang cukup panjang. Hingga saat Andi mengatakan rencananya pada wanita itu Bu Henny langsung menyambutnya dengan penuh suka cita. Dengan gemas ia membayangkan apa yang akan mereka lakukan di pulau kecil itu. Dengan kemewahan hotel berbintang lima yang eksklusif, tak tertahankan rasanya untuk segera melakukan hal itu. Benaknya kian dipenuhi bayangan kebebasan seks yang akan ia tumpahkan bersama Andi.<br /><br />Tiba saatnya mereka berangkat ke Bali, keduanya bertemu di airport dan langsung berpelukan mesra sepanjang perjalanan. Tak terasa penerbangan satu jam lebih itu telah membawa mereka sampai di tujuan. Bagaikan sepasang pengantin baru keduanya begitu mesra hingga feri yang membawa mereka menuju pulau Nusa Lembongan itu telah merapat di sebuah dermaga kecil tepat di depan hotel tempat mereka menginap. Keduanya langsung menuju lobby dan melakukan prosedur check in. Tergesa-gesa mereka masuk ke sebuah bangunan villa yang telah dipesan Bu Henny dan langsung menghempaskan tubuh mereka di tempat tidur. Dengan nafas yang terdengar turun naik itu keduanya langsung bergumul dan saling mengecup. Bibir mereka saling memagut disertai rabaan telapak tangan ke arah bagian-bagian vital tubuh mereka. Saat tangan Bu Henny meraba punggung Andi, pemuda itu dengan perlahan melepaskan kancing gaun terusan yang dikenakan Bu Henny hingga gaun itu terlepas dari tubuhnya.<br /><br />Kini tampak tubuh putih mulus dan bahenol itu terbuka. Dadanya yang membusung ke depan dengan buah payudara yang besar masih dilapisi BH putih berenda itu terlihat semakin menantang dan membuat nafsu Andi semakin tak tertahan. Disingkapnya BH itu kebawah hingga buah dada Bu Henny tersembul dihadapannya. Bibir Andi langsung menyambut dengan kecupan.<br />“aahh? hhmm? desah Bu Henny, kecupan Andi membuatnya merasakan kenikmatan khas dari mulut pemuda itu saat Andi mulai menyedot putingnya.<br /><br />Perempuan itu terus mendesah sambil berusaha melepaskan celana yang dikenakan Andi, setelah berhasil melepaskan celana panjang itu tangan Bu Henny langsung meraih batang penis Andi yang telah tegang mengeras. Dirabanya lembut sambil mengusap-usap kepala penis yang begitu disukainya itu.<br />“ooohh? Bu? ooohh? kini desahan Andi terdengar menimpali desahan Bu Henny, kecupan pemuda itupun kini menuju ke arah bawah dada Bu Henny yang terus-menerus mendesah menahan nikmatnya permainan lidah Andi yang terasa menari di permukaan kulitnya. Perlahan pemuda itu menuju ke daerah bawah pusar Bu Henny yang ditumbuhi bulu-bulu halus dari sekitar daerah kemaluannya. Dengan pasrah Bu Henny mengangkang membuka pahanya lebar untuk memberi jalan pada Andi yang semakin asik itu. Jari tangan pemuda itu kini menyibak belahan kemaluan Bu Henny yang menantang, dan dengan penuh nafsu ia mulai menjilati bagian dalam dinding vagina wanita paruh baya itu. Andi tampak begitu buas menyedot-nyedot clitoris diantara belahan vagina itu sehingga Bu Henny semakin tampak terengah-engah merasakannya.<br /><br />“uuuhh? uuuhh? uuuhh? ooohh? ooohh? teruuusss sedooot sayaang? ooohh pintaar kamu Andi? ooohh? kini terdengar Bu Henny setengah berteriak.<br />Andi semakin terlihat bersemangat mendengar teriakan nyaring Bu Henny yang begitu menggairahkan. Seluruh bagian dalam dinding vagina yang berwarna kemerahan itu dijilatnya habis sambil sesekali tangannya bergerak meraih susu Bu Henny yang montok itu, dengan gemas ia meremas-remasnya. Kenikmatan itupun semakin membuat Bu Henny menjadi liar dan semakin tampak tak dapat menguasai diri. Wanita itu kini membalik arah tubuhnya menjadi berlawanan dengan Andi, hingga terjadilah adegan yang lebih seru lagi.<br /><br />Kedua insan itu kini saling meraih kemaluan lawannya, Andi menjilati liang vagina Bu Henny sementara itu Bu Henny menyedot buah penis pemuda itu keluar masuk mulutnya. Ukuran penis yang besar dan panjang itu membuat mulutnya penuh sesak. Ia begitu menyenangi bentuknya yang besar, penis yang selalu membuatnya haus. Buah penis itulah yang selama ini dapat memuaskan nafsu birahinya yang selalu membara. Dibanding milik suaminya tentulah ukuran penis Andi jauh lebih besar, penis suaminya tak lebih dari satu perlima ukuran penis pemuda itu. Ditambah lagi dengan kemampuan Andi yang sanggup bertahan berjam-jam sedang suaminya paling hanya dapat membuat wanita itu ngos-ngosan. Sungguh suatu kepuasan yang belum pernah ia rasakan dari siapapun seumur hidupnya selain dari Andi.<br /><br />Belasan menit sudah mereka saling mempermainkan kemaluan masing-masing membuat keduanya merasa semakin ingin melanjutkan indehoy itu ketahap yang lebih hebat. Bu Henny bahkan tak sadar bahwa ia belum melepas sepatu putih yang dikenakannya dalam perjalanan.<br /><br />Nafsu mereka yang telah tak tertahankan itu membuat keduanya seperti tak peduli akan hal-hal lain. Bu Henny kini langsung menunggangi Andi dengan arah membelakangi pemuda itu. Digenggamnya sejenak penis Andi yang sudah tegang dan siap bermain dalam vaginanya itu, lalu dengan penuh perasaan wanita itu menempelkannya di permukaan liang vaginanya yang telah basah dan licin, dan “Sreeeppp bleeesss? penis Andi menerobos masuk diiringi desahan keras dari mulut mereka yang merasakan nikmatnya awal senggama itu.<br /><br />“ooo? hh…”, teriak Bu Henny histeris seketika merasakan penis itu menerobos masuk ke liang vaginanya yang seakan terasa sangat sempit oleh ukuran penis pemuda itu.<br />“aahh? Buu? enaakkk? Balas Andi sambil mulai mengiringi goyangan pinggul Bu Henny yang mulai turun naik di atas pinggangnya. Matanya hanya menatap tubuh wanita itu dari belakang punggungnya. Tangan Andi meraih pinggang Bu Henny sambil membelainya seiring tubuh wanita itu yang bergerak liar di atas pinggang Andi.<br />“Ohh Andi? ooohh sayang? enaaknya yah sayang ooohh? ibu suka kamu sayang ooohh? enaknya And? penis kamu enaakkk? desah Bu Henny sambil terus bergoyang menikmati penis Andi yang terasa semakin lezat saja. Andipun tak kalah senang menikmati goyangan wanita itu, mulutnya juga terdengar mendesah nikmat.<br />“aauuu? ooohh vagina ibu juga nikmat, oooh lezatnya oohh bu, ooohh goyang terus bu..?<br /><br />“Sini tanganmu sayang remas susu ibu..? tangan Bu Henny menarik tangan Andi menuju buah dadanya yang menggantung dan bergoyang mengikuti irama permainan mereka. Andi meraihnya dan langsung meremas-remas, sesekali puting susu itu dipilinnya. Bu Henny semakin histeris?aauuu? ooohh enaak, remeeess teruuus susu ibu Andi? ooohh? nikmat? ooohh Andi?<br />“Ohh Bu Henny? ooohh Bu enaknya goyang ibu ooohh terus goyang ooohh sampai pangkal bu ooohh? tekan lagi ooohh angkat lagi ooohh? mmhh ooohh vaginanya enaakkk bu ooohh? teriak Andi mengiringinya, kamar villa yang luas itu kini penuh oleh teriakan nyaring dan desahan bernafsu dari kedua insan yang sedang meraih kepuasan seks secara maksimal itu. Bu Henny benar-benar seperti kuda betina liar yang baru lepas dari kandangnya. Gerakannya diatas tubuh Andi semakin liar dan cepat, menunjukkan tanda-tanda mengalami klimaks permainannya. Sementara itu Andi hanya tampak biasa saja, pemuda itu masih asik menikmani goyangan liar Bu Henny sambil meremasi payudara wanita itu bergiliran satu per satu.<br /><br />Lima belas menit saja adagan itu berlangsung kini terlihat Bu Henny sudah tak dapat lagi menahan puncak kenikmatan hubungan seksual itu. Lalu dengan histeris wanita itu berteriak keras dan panjang mengakhiri permainannya.<br />“ooouuu? ooo? aa? iiihh? ibu keluaarrr? ooo? nggak tahaann laagiii enaaknyaa Andi? ooohh? teriaknya panjang setelah menghempaskan pantatnya ke arah pinggang Andi yang membuat kepala penis pemuda itu terasa membentur dasar liang rahimnya, cairan kental yang sejak tadi ditahannya kini muncrat dari dalam rahim wanita itu dan memenuhi rongga vaginanya.<br /><br />Sesaat Andi merasakan vagina Bu Henny menjepit nikmat lalu ia merasakan penisnya tersembur cairan kental dalam liang kemaluan wanita itu, vagina itu terasa berdenyut keras seiring tubuh Bu Henny yang mengejang sesaat lalu berbah lemas tak berdaya.<br />“ooohh An, ibu nggak kuat lagi? Istirahat dulu ya sayang?? pintanya pada Andi sambil melepaskan gigitan vaginanya pada penis pemuda itu.<br />“Baiklah Bu? sahut Andi pendek, ia mencoba menahan birahinya yang masih membara itu sambil memeluk tubuh Bu Henny dengan mesra.<br /><br />Penis pemuda itu masih tampak berdiri tegang dan keras. Dengan mesra dicumbunya kembali Bu Henny yang kini terkapar lemas itu. Andi kembali meraba belahan kemaluan Bu Henny yang masih basah oleh cairan kelaminnya, jarinya bermain mengutil titik kenikmatan di daerah vagina wanita itu. Bibirnyapun tak tinggal diam, ia kembali melanjutkan jilatannya pada sekitar puting susu Bu Henny. Sesekali diremasnya buah dada berukuran besar yang begitu disenanginya itu. Kemudian beberapa saat berlalu, Bu Henny menyuruhnya berjongkok tepat di atas belahan buah dada itu, lalu wanita itu meraih sebuah bantal untuk mengganjal kepalanya. Ia meraih batang penis Andi yang masih tegang dan mulai mengulumnya, tangan wanita itu kemudian meraih payudaranya sendiri dan membuat penis Andi terjepit diantaranya. Hal itu rupanya cukup nikmat bagi Andi sehingga ia kini mendongak menahan rasa lembut yang menjepit buah penisnya. Sementara itu tangan pemuda itu terus bermain di permukaan vagina Bu Henny, sesekali ia memasukkan jarinya ke dalam liang kemaluan itu dan mempermainkan clitorisnya sampai kemudian beberapa saat lamanya tampak Bu Henny mulai bangkit kembali.<br /><br />“Hmm? Andi, kamu memang pintar sayang, kamu buat ibu puas dan nyerah, sekarang kamu buat ibu kepingin lagi, aduuuh benar-benar hebat kamu An? puji Bu Henny pada Andi.<br />“Saya rasa suasana ini yang membuat saya jadi begini Bu, saya begitu menikmatinya sekarang, nggak ada rasa takut, kuatir ketahuan suami ibu atau waswas. Ibu juga kelihatan semakin menggairahkan akhir-akhir ini, saya semakin suka sama badan ibu yang semakin montok?<br />“Ah kamu bisa aja, An. Masa sih ibu montok, yang bener aja kamu?<br />“Bener lho, Bu. Saya begitu senang sama ibu belakangan ini, rasanya kenikmatan yang ibu berikan semakin hari semakin hebat saja?<br />“Mungkin ibu yang semakin bersemangat kalau lagi main sama kamu, gairah ibu seperti meledak-ledak kalau udah main sama kamu. Tapi, ayo dong kita mulai lagi, ibu jadi mau main lagi nih kamu bikin. iiih hebatnya kamu sayang? kata Bu Henny sambil mengajak Andi kembali membuka permainan mereka yang kedua kali.<br /><br />Masih di atas tempat tidur itu, kini Andi mengambil posisi di atas Bu Henny yang berbaring menghadapnya. Tubuhnya siap menindih tubuh Bu Henny yang bahenol itu. Perlahan tapi pasti Andi masuk dan mulai bergoyang penuh kemesraan. Di raihnya tubuh wanita itu sambil menggoyang penuh perasaan. Sepasang kemaluan itu kembali saling membagi kenikmatannya. Suara desahan khas mulai terdengar lagi dari mulut mereka, diiringi kata-kata rayuan penuh nikmat dan gairah cinta.<br /><br />Kini Andi semakin garang meniduri wanita itu. Gerakannnya tetap santai namun genjotan pinggulnya pada tubuh Bu Henny tampak lebih bertenaga. Hempasan tubuh Andi yang kini turun naik di atas tubuh Bu Henny sampai menimbulkan suara decakan pada permukaan kemaluan mereka yang beradu itu. Bibir mereka saling pagut, kecupan disertai sedotan di leher keduanya semakin membuat suasana itu menjadi tegang dan menggairahkan. Teriakan-teriakan nyaring keluar dari mulut Bu Henny setiap kali Andi menekan pantatnya ke arah pinggul wanita itu.<br /><br />Beberapa saat lamanya mereka lalu berganti gaya. Bu Henny menempatkan dirinya di atas tubuh Andi, dibiarkannya Andi menikmati kedua buah dadanya yang menggantung. Dengan leluasa kini pemuda itu menyedot puting susu itu secara bergiliran. Tak puas-puasnya Andi menikmati bentuknya yang besar itu, ia begitu tampak bersemangat sambil sebelah tangannya meraba punggung Bu Henny. Buah dada besar dan lembut nan mulus itupun menjadi kemerahan akibat sedotan mulut Andi yang bertubi-tubi di sekitar putingnya. Sementara Bu Henny kini asik bergoyang mempermainkan irama tubuhnya yang turun naik bergoyang ke kiri kanan untuk membagi kenikmatan dari kemaluan mereka yang sedang beradu. Penis Andi yang tegang dan keras itu seakan bagai batang kayu jati yang tak tergoyahkan. Sekuat wanita itu mendorong ke arah pinggul Andi sekuat itu pula getaran rasa nikmat yang diperolehnya dari pemuda itu.<br /><br />“ooohh?ooohh? ooohh? enaknya Andi? ooohh enaknya penis kamu sayang? ibu ketagihan? oohh lezatnya? aahh? uuuhh? sedooot teruuus susu ibu? ooohh sayang ooohh? desah Bu Henny bercampur jeritan menahan rasa nikmat dari goyang pinggulnya di atas tubuh Andi. Untuk kesekian kalinya sensasi kenikmatan rasa dari penis Andi yang besar dan panjang itu seperti bermain di dalam liang vaginanya. Liang kemaluan yang biasanya hanya merasakan sedikit geli saat bersenggama dengan suaminya itu kini seperti tak memiliki ruang lagi oleh ukuran penis pemuda itu. Seperti biasanya saat dalam keadaan tegang penuh, penis Andi memang menjadi sangat panjang hingga Bu Henny selalu merasakan penis itu sampai membentur dasar liang rahimnya yang paling dalam. Dan keperkasaan pemuda itu yang sanggup bertahan berjam-jam dalam melakukan hubungan seks itu kini kembali membuat Bu Henny untuk kedua kalinya mengalami ejakulasinya. Dengan gerakan yang tiba-tiba dipercepat dan hempasan pinggulnya ke arah tubuh Andi yang semakin keras, wanita itu berteriak panjang mengakhiri ronde kedua permainannya.<br /><br />“aahh? ahh? aa? aahh? ibu ke? lu.., ar laagiii? ooohh? kuatnya kamu sayang ooohh? jeritnya kembali mengakhiri permainan itu.”ooohh bu? enaak ooohh vagina ibu nikmat jepitannya oooh hh…”, balas Andi sambil ikut menggenjot keras menambah kenikmatan puncak yang dialami bu Henny. Pemuda itu masih saja tegar bergoyang bahkan saat Bu Henny telah lemas tak sanggup menahan rasa nikmat yang berubah menjadi geli itu.<br />“aawww? geliii? Andi stop dulu, ibu istirahat dulu sayang ohh gila kamu And, kok bisa kayak gini yah??<br />“Habiiis ibu sih goyangnya nafsuan banget, jadi cepat keluar kan??<br />“Nggak tahu ya An, ibu kok nafsunya gede banget belakangan ini, sejak ngerasain penis kamu ibu benar-benar mabuk kepayang…”, kata Bu Henny sambil menghempaskan tubuhnya di samping Andi yang masih saja tegar tak terkalahkan.<br />“Sabar Bu, saya bangkitkan lagi deh..? seru pemuda itu sekenanya.<br />“Baiklah An, ibu juga mau bikin kamu puas sama pelayanan ibu, biar adil kan? Sini ibu karaoke penis kamu? aduuuh jagoanku? besar dan panjang ooohh? hebatnya lagi? lanjut Bu Henny sambil beranjak meraih batang kemaluan Andi yang masih tegang itu lalu memulai karaoke dengan memasukkan penis Andi ke mulutnya.<br /><br />Andi kembali merasakan nikmat dari permainan yang dilakukan wanita itu dengan mulutnya, penis besarnya yang panjang dan masih tegang itu dikulum keluar masuk dengan buas oleh Bu Henny yang tampaknya telah sangat berpengalaman dalam melakukan hal itu. Sambil berlutut pemuda itu menikmatinya sembari meremas kedua buah payudara Bu Henny yang ranum itu. Telapak tangannya merasakan kelembutan buah dada nan ranum yang begitu ia sukai. Dari atas tampak olehnya wajah wanita paruh baya yang cantik itu dengan mulut penuh sesak oleh batang penisnya yang keluar masuk. Sesekali Bu Henny menyentuh kepala penis itu dengan giginya hingga menimbulkan sedikit rasa geli pada Andi.<br />“Auuuww? nikmat Bu sedot terus aahh, aduuuh enaknya?<br />“mm? mm..? Bu Henny hanya bisa menggumam akibat mulutnya yang penuh sesak oleh penis Andi.<br /><br />Andi terlihat begitu menikmati detik demi detik permainannya, ia begitu menyenangi tubuh bongsor wanita yang berumur jauh lebih tua darinya itu. Nafsu birahinya pada wanita dewasa seperti Bu Henny memang sangat besar. Ia tak begitu menyenangi wanita yang lebih muda atau seumur dengannya. Andi beranggapan bahwa wanita dewasa seperti Bu Henny jauh lebih nikmat dalam bermain seks dibanding gadis ABG yang tak berpengalaman dalam melakukan hubungan seks. Setiap kali ia melakukan senggama dengan Bu Henny ia selalu merasakan kepuasan yang tiada duanya, wanita itu seperti sangat mengerti apa yang ia inginkan. Demikian pula Bu Henny, baginya Andi-lah satu-satunya pria yang sanggup membuatnya terkapar di ranjang. Tak seorangpun dari mantan kekasih gelapnya mampu membuat wanita itu meraih puncak kepuasan seperti yang ia dapatkan dari Andi.<br /><br />Sepuluh menit sudah Andi di karaoke oleh Bu Henny. Kemudian kini mereka kembali mengatur posisi saat wanita itu kembali bangkit untuk yang ketiga kalinya. Ia yang telah terkapar dua kali berhasil dibangkitkan lagi oleh pemuda itu. Inilah letak keperkasaan Andi. Ia dapat membuat lawan mainnya terkapar beberapa kali sebelum ia sendiri meraih kepuasannya. Pemuda itu sanggup bermain dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat. Sejenak mereka bermain sambil berdiri, saling menggoyang pinggul, mirip sepasang penari samba. Namun kemudian dengan cepat mereka menuju kamar mandi dan masuk ke dalam bak air hangat yang luas, sembari mengisi bak rendam itu dengan air mereka melanjutkan permainannya di situ, mereka masuk ke dalam bak dan langsung mengatur posisi di mana Andi menempatkan diri dari belakang dan memasukkan penisnya dari arah pantat Bu Henny.<br /><br />Adegan seru kembali terjadi, teriakan kecil menahan nikmat itu terdengar lagi dari mulut Bu Henny yang merasakan genjotan Andi yang semakin nikmat saja. Diiringi suara tumpahan air dari kran pengisi bath tube itu suasana menjadi semakin menggairahkan.<br />“aahh? nikmat An, aahh? ooohh penis kamu sayang ooohh enaak, mmhh lezaatnya ooohh? genjot yang lebih keras lagi dong? ooohh enaak? teriak Bu Henny sejadi-jadinya saat merasakan nikmat di liang vaginanya yang dimasuki penis pemuda itu. Andi juga kini tampak lebih menikmati permainannya, ia mulai merasakan kepekaan pada penisnya yang telah membuat Bu Henny menggapai puncak dua kali itu.<br />“Ooohh? Bu? vagina ibu juga nikmat sekali? ooohh saya mulai merasa sangat nikmat ooohh? mmhh? Bu ooohh, Bu Henny ooohh ibu cantik sekali ooohh? saya merasa bebas sekali? oceh mulut Andi menimpali teriakan gila dari Bu Henny yang juga semakin mabuk oleh nikmatnya goyang tubuh mereka.<br /><br />Keduanya memang tampak liar dengan gerakan yang semakin tak terkendali. Beberapa kali mereka merubah gaya dengan beragam variasi seks yang sangat atraktif. Kadang di pinggiran bath tub itu Bu Henny duduk mengangkang dengan pahanya yang terbuka lebar sementara Andi berjongkok dari depannya sambil menggoyang maju mundur, mulutnya tak pernah lepas menghisap puting susu Bu Henny yang montok dan besar itu. Bunyi decakan cairan kelamin yang membeceki daerah pangkal kemaluan yang sedang beradu itupun kini terdengar bergericik seiring pertemuan kemaluan mereka yang beradu keras oleh hempasan pinggul Andi yang menghantam pangkal paha Bu Henny.<br /><br />“Aduuuhh Annndiii? enaaknya goyang kamu sayang ooohh? teruuus? aahh genjot yang keraass? ooohh sampai puaasss? hhmm enaakk sayangg? mmhh nikmaatttnya? ooohh? enaknya genjotan kamu? ooohh? Andi sayang oooh kamu pintar sekali ooohh ibu nggak mau berhenti sama kamu? ooohh.., jagonya kamu sayang ooohh genjot terus yang keras?<br />“Ohh Bu Henny, ibu juga punya tubuh yang nikmat, nggak mungkin saya bosan sama ibu, ooohh? apalagi susu ini? ooohh mm? enaknya? baru sekali ini saya ketemu wanita cantik manis dengan tubuh yang begitu aduhai seperti ibu, oooh Bu Henny? goyang ibu juga nikmat sekali oooh meski ibu sudah punya anak tapi vagina ini rasanya nikmat sekali bu, ooohh susu ibu juga mm? susu yang paling indah yang pernah saya lihat? auuuhh enaaknya vagina ini? ooohh? penis saya mulai sedikit peka bu? balas Andi memuji wanita itu.<br /><br />Keduanya terus saling menggoyang sambil memuji kelebihan masing-masing, ocehan mereka berkisar pada kenikmatan seks yang sedang mereka alami saat ini. Andi memuji kecantikan dan kemolekan tubuh Bu Henny, sedang wanita itu tak henti-hentinya memuji keperkasaan dan kenikmatan yang ia dapatkan dari Andi. Beberapa saat berlalu, mereka kembali merubah variasi gayanya menjadi gaya anjing, Bu Henny menunggingkan pantatnya ke arah Andi lalu pemuda itu menusukkan kemaluannya dari arah belakang. Terjadilah adegan yang sangat panas saat Andi dengan gerakan yang cepat dan goyang pinggul yang keras memnghantam ke arah pantat Bu Henny. Wanita itu kini menjerit lebih keras, demikian pula dengan Andi yang saat ini mulai merasakan akan menggapai klimaks permainannya.<br /><br />“ooohh? ooohh? ooohh? aauuuhh? ennnaakkk? An.. Di sayang? genjooot? ibu mau keluaar lagii? ooohh? nggaak tahan lagi sayang? nikmaat ooohh? jerit nyaring Bu Henny yang ternyata juga sedang mengalami ejakulasi, vaginanya merasakan puncak kenikmatan itu seperti sudah diambang rahimnya. Ia masih mencoba untuk bertahan.<br /><br />Demikian halnya dengan Andi yang kini sedang mempercepat gerakan pinggulnya menghantam pantat Bu Henny untuk meraih kenikmatan maksimal dari dinding vagina wanita itu. Kepala penisnyapun mulai berdenyut menandakan puncak permainannya akan segera tiba. Buru-buru diraihnya tubuh Bu Henny sambil membalikkan arahnya menjadi berhadapan, lalu kemudian ia mengangkat sebelah kaki wanita itu ke atas dan dengan gesit memasukkan buah penisnya kembali ke liang vagina Bu Henny.<br /><br />“oooh Bu, saya juga mau keluar. Kita pakai gaya ini yah?! Saya mau keluarkan sekarang juga? aauuuhh Bu Henny sayang? ooohh? enaakkk? ooohh? vagina ibu njepit? enaak? teriak Andi diambang puncak kenikmatannya, ia begitu kuat merasakan cairan sperma yang sudah siap meluncur dari penisnya yang dalam keadaan puncak ketegangannya itu. Kemaluannya terasa membesar sehingga vagina Bu Henny terasa makin sempit dan nikmat. Wanita itupun merasakan hal yang tak kalah nikmatnya, vaginanya seakan sedang merasakan nikmat yang super hebat dan membuat wanita itu tak dapat lagi menahan keluarnya cairan kelamin dari arah rahimnya.<br /><br />“ooohh? aahh? ibu keeeluuuaarrr laagii? aahh enaakkk? Andiii? teriak Bu Henny mengakhiri permainannya, disaat bersamaan Andi juga mengalami hal yang sama. Pemuda itu tak dapat lagi menahan luncuran cairan spermanya, hingga penisnya pun menyemprotkan cairan itu ke dalam rongga vagina Bu Henny dan membuatnya penuh, dinding vagina itu seketika berubah menjadi sangat licin akibat dipenuhi cairan kelamin kedua manusia itu. Andi tampak tak kalah seru menikmati puncak permainannya, ia berteriak sekeras-kerasnya.<br />“aahh? saya keluaarr juga Bu Henny ooohh? ooohh? air mani saya masuk ke dalam vagina ibu? ooohh? lezaat? ooohh Bu Henny sayaanng? ooohh Bu Henny? enaak? jeritnya sambil mendekap wanita itu dengan keras dan meresapi sembuaran spermanya dalam jumlah yang sangat banyak. Cairan putih kental itu sampai keluar meluber ke permukaan vagina Bu Henny.<br /><br />Akhirnya kedua insan itu ambruk dan saling mendekap dalam kolam air hangat yang sudah penuh itu. Mereka berendam dan kini saling membersihkan tubuh yang sudah lemas akibat permainan seks yang begitu hebat. Mereka terus saling mencumbu dan merayu dengan penuh kemesraan.<br />“Andi sayang…”, panggil Bu Henny.<br />“Ya, bu?<br />“Kamu mau kan terus main sama ibu??<br />“Maksud ibu??<br />“Maksud ibu, kamu mau kan terus kencan gini sama ibu??<br />“Oh itu, yah jelas dong bu, masa sih saya mau ninggalin wanita secantik ibu? jawab Andi sambil memberikan kecupan di pipi Bu Henny.<br />“Ibu pingin terus bisa menikmati permainan ini, nggak ada yang bisa memuaskan birahi ibu selain kamu. Suami ibu nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kamu. Dulu sebelumnya ibu juga pernah pacaran sama pegawai bawahan suami ibu tapi ah mereka sama saja, hanya nafsu saja yang besar, tapi kalau sudah main kaya ayam, baru lima menit sudah keluar?<br />“Yah saya maklum saja bu, tapi ibu jangan kuatir. Saya akan terus menuruti kemauan ibu, saya juga senang kok main sama ibu. Dari semua wanita yang pernah saya kencani cuma Ibu deh rasanya yang paling hebat bergoyang. Bentuk tubuh Ibu juga saya paling suka, apalagi kalau yang ini nih..? kata Andi sambil memilin puting susu Bu Henny.<br />“Auuuw? Andi! geliii aahh? ibu udah nggak tahan? nanti lagi ah? jerit Bu Henny merasakan geli saat Andi memilin puting susunya.<br /><br />Keduanya terus bercumbu rayu hingga saat beberapa puluh menit kemudian mereka mengeringkan badan lalu beranjak menuju tempat tidur. Di sana lalu mereka saling dekap dan hanyut dalam buaian kantuk akibat kelelahan setelah permaian seks yang hebat itu. Merekapun tertidur lelap beberapa saat kemudian. Masih dalam keadaan telanjang bulat keduanya terlelap dalam dekapan mesra mereka. Dua jam lamanya mereka tertidur sampai saat senja tiba mereka terbangun dan langsung memesan makan malam di kamar.<br /><br />Hari pertama itu Andi dan Bu Henny benar-benar seperti gila seks. Permainan demi permainan mereka lakukan tanpa mengenal berhenti. Saat malam tiba keduanya kembali melampiaskan nafsu birahi mereka sepuas-puasnya. Klimaks demi klimaks mereka raih, sudah tak terkira puncak kenikmatan yang telah mereka lalui malam itu. Dengan hanya diselingi istirahat beberapa belas menit saja mereka kembali lagi melakukannya. Dari pukul delapan malam sampai menjelang jam empat pagi mereka dengan gila mengumbar nafsu seks mereka di villa yang luas itu. Berbagai macam obat kuat dan ekstasi mereka minum untuk memperkuat tenaganya. Minuman keras mereka tegak sampai mabuk untuk menyelingi permainan itu. Televisi yang ada di kamar itupun mereka putarkan Laser Disc porno yang telah mereka siapkan dari Jakarta, sambil melihat adegan seks di TV itu mereka menirukan semua gerakannya.<br /><br />Malam itu sungguh menjadi malam birahi yang panjang bagi kedua orang yang sedang mabuk seks itu. Begitu salah satu dari mereka merasa lemas mereka langsung menegak pil kuat pembangkit tenaga yang telah mereka siapkan. Belasan botol bir sudah habis ditegak Andi ditambah beberapa piring sate kambing untuk membuatnya selalu tegang dan panas. Barulah menjelang dini hari mereka terkapar lemas kemudian tertidur lelap tanpa busana. Kamar itupun tampak berantakan akibat permainan yang mereka lakukan di sembarang tempat, dari tempat tidur sampai kamar mandi, meja makan, sofa, lantai karpet, sampai toilet jongkok yang ada di kamar mandi.<br /><br />Keesokan harinya mereka masih tampak terlelap sampai siang menjelang sore, tubuh mereka terasa penat dan malas.<br />“Huuuaahhmm? terdengar Andi menguap.<br />“Kamu sudah bangun sayang?? tanya Bu Henny begitu mendengar suara pemuda itu, ia lebih dahulu bangun untuk mengambil pesanan minuman yang ditaruh di meja teras samping kolam renang pribadi yang ada di villa itu. Secangkir kopi ia ambilkan untuk Andi lalu wanita itu beranjak keluar kamar menuju kolam renang di depan kamar mereka. Dengan bebas ia lalu membuka gaun tidur yang dikenakannya dan bermain di kolam renang itu. Andi hanya memperhatikan dari dalam kamar. Villa itu memang dibatasi oleh tembok tinggi bergaya tradisional Bali dengan halaman yang luas. Gerbangnyapun dapat dikunci dari dalam sehingga aman bagi tamu dari gangguan. Mereka juga telah memesan agar tidak diganggu selama hari pertama sampai ketiga agar mereka dapat menikmati kepuasan yang mereka inginkan itu secara maksimal.<br /><br />Andi memandang tubuh Bu Henny dari kejauhan sambil membayangkan apa yang telah diraihnya dari wanita paruh baya yang telah bersuami itu. Betapa beruntungnya ia yang hanya seorang biasa pegawai perusahaan swasta itu dapat menggauli istri pejabat tinggi pemerintah yang biasanya sangat sulit didapatkan orang lain. Seleranya pada wanita dewasa yang berumur jauh di atasnya menjadikan pemuda itu sangat menikmati hubungan gelapnya dengan Bu Henny. Tubuh wanita itu putih mulus dengan wajah manis menggairahkan, buah dada yang begitu menantang dengan ukuran yang besar ditambah lagi dengan goyang tubuhnya yang aduhai menjadikannya benar-benar sempurna di mata Andi.<br /><br />Dari jauh ia menatap tajam ke arah Bu Henny yang kini duduk di pinggiran kolam itu, tampak jelas saat wanita itu sedikit mengangkang memperlihatkan daerah kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Itu adalah bagian yang paling disukai Andi, dalam setiap hubungan seks yang mereka lakukan Andi tak pernah sekalipun melewatkan kesempatannya untuk menjilati daerah itu. Aromanya yang khas dengan permukaan bibir vagina yang merah merekah menjadikannya selalu tampak menantang dan membangkitkan nafsu birahi.<br /><br />Umur Bu Henny sudah lebih dari empat puluh tahun justru menambah gairah pemuda itu, ia merasa benar-benar mendapatkan apa yang ia inginkan dari Bu Henny. Gairah dan nafsu birahi yang selalu membara, kedewasaan berfikir maupun teknik bermain cinta yang begitu ia sukai semua ia dapatkan darinya. Kehangatan tubuh wanita bersuami itu sungguh cocok dengan selera Andi. Kehangatan yang tak pernah sekalipun ia dapatkan dari wanita muda, apalagi ABG yang sok seksi seperti yang banyak terdapat di kota-kota besar. Ia sudah bosan dan muak dengan anak-anak kecil yang murahan dan hanya mengenal seks secara pas-pasan itu. Namun hubungannya dengan Bu Henny kini seperti memberinya pengalaman lebih tentang seks dan segala misteri yang ada di dalamnya. Teknik-teknik menikmati senggama yang sebelumnya hanya ia baca dari buku tuntunan seks itu kini dapat ia praktikkan dan rasakan kenikmatannya dari tubuh Bu Henny. Bahkan Bu Henny seperti menuntunnya ke arah kesempurnaan teknik seks yang hari demi hari semakin terasa memabukkan.<br /><br />Beberapa saat memandangi tubuh bugil itu membuat Andi kembali terangsang. Iapun kemudian beranjak bangun dari tempat tidur dan menyambar sebuah handuk lalu berjalan menghampiri Bu Henny di pinggir kolam itu. Sambil tersenyum Bu Henny menyambutnya dengan sebuah kecupan mesra, Andi merangkulnya dari belakang dan dengan perlahan kemudian mereka masuk ke kolam dan berenang dengan bebas. Mereka asik bermain dengan air, saling menyiram sambil sesekali menggelitik daerah vital. Keduanya bercanda puas dengan sangat bebas. Dunia bagaikan milik mereka berdua di tempat itu. Bu Henny memang sengaja memesan villa dengan bangunan dan lokasi khusus yang jauh dari keramaian, dengan segala fasilitas yang bersifat pribadi seperti kolam, taman dan pantai pribadi yang tertutup untuk tamu lain semua menjadi milik mereka berdua. Dengan sepuas hati mereka menghabiskan sisa waktu siang hari itu untuk bermain di kolam maupun di pantai, berenang kemudian saling berkejaran di pantai dan taman villa itu. Tak ketinggalan mereka melakukan hubungan seks yang cukup seru di kolam renang, hingga hari itu mereka benar-benar sangat ceria.<br /><br />Senjapun tiba, kedua manusia yang dimabuk nafsu birahi itu rupanya sudah terlalu lelah untuk kembali melakukan senggama seperti yang mereka perbuat kemarin. Kini keduanya tampak duduk di sebuah sofa di teras villa itu sambil menikmati snack dan minuman ringan yang mereka pesan. Beberapa saat kemudian dua orang pelayan hotel mengantarkan makan malam yang mewah sekalian menata kembali kamar yang berantakan oleh permainan seks yang mereka lakukan hari sebelumnya. Kedua orang pelayan itu seperti heran melihat keadaan kamar yang cukup berantakan, tapi sedikitpun mereka tak berani mengeluh ataupun bercanda pada kedua tamunya karena Bu Henny memang membayar villa termahal ditambah dengan kondisi khusus yang membuat mereka menjadi tamu terpenting yang paling dihormati.<br /><br />Setelah menghabiskan makan malam yang besar dengan menu penuh gizi disertai minuman energi untuk pemulih tenaga itu mereka beranjak naik ke tempat tidur. Bu Henny menyalakan televisi dan memprogram sebuah film horor dari laser disc. Sejenak kemudian mereka sudah terlihat asik saling mendekap sambil menyaksikan film itu hingga larut malam sebelum lalu mereka tertidur saling mendekap mesra. Dua hari itu mereka habiskan dengan mengumbar nafsu birahi sepuas-puasnya hingga kini mereka perlu istirahat yang panjang untuk memulihkan stamina mereka. Hari ketiga mereka habiskan dengan membaca berita dari majalah yang disediakan hotel. Siang harinya mereka mengambil sebuah program hiburan menyelam di laut sekitar pulau itu untuk menyaksikan keindahan bawah laut berupa ikan hias dan karang yang beraneka ragam. Keduanya melakukan itu untuk melengkapi hiburang dan selingan dari tujuan utama mereka, meraih kepuasan seks bebas!<br /><br />Masih di pulau kecil lepas pantai tenggara pulau Bali, Bu Henny dan Andi menghabiskan liburan satu minggu mereka. Keduanya terlihat asyik duduk menikmati matahari terbenam di ufuk barat. Warna kemerahan bercampur birunya laut semakin terlihat indah dengan terdengarnya lagu-lagu yang dimainkan grup hiburan hotel diiringi alat musik akustik spanyol yang eksotik. Pasangan itu mengambil tempat duduk di pojok kanan sebuah hamparan taman rumput dan bonsai yang indah, sedikit terpisah dari tamu yang lain. Mereka tampak sedang menikmati minuman ringan dan seporsi besar sea food berupa lobster dan soup kepiting kegemaran Andi. Sesekali keduanya tampak tertawa kecil bercanda ria membicarakan kisah-kisah lucu yang mereka alami.<br /><br />Beberapa saat kemudian ketika mereka sedang asik bercanda seorang wanita cantik berumur kurang lebih sama dengan Bu Henny datang dari arah belakang mengejutkan mereka. Begitu dekat wanita itu langsung menepuk pundak Bu Henny yang sama sekali tak melihat kedatangannya.<br />“Selamat malam pengantin baru? ucapnya pada Bu Henny, wanita itu langsung membalikkan badan terkejut mendapat sentuhan tiba-tiba itu. Tapi sesaat setelah mengetahui siapa yang datang, matanya tampak berbinar penuh keceriaan.<br />“Eeeiiihh? Rani? aduuuh jantungku hampir copot? uuuhh hampiiir aja aku mati kaget Ran, eh ngapain kamu di sini dan kok kamu tahu aku disini??<br />“Aduh Hen, aku tuh nyari kamu dari rumah sampai ke kolong jembatan tahu nggak, susaah banget?<br />“lantas siapa yang ngasih info kalu aku di sini?<br />“Lho kan kamu sendiri yang cerita sama aku sebelum berangkat, kalau kamu mau liburang ke sini?<br />“Oh iya aku lupa?<br />“Jelas lupa dong, lha kamu lagi bulan madu kayak gini gimana nggak lupa daratan?? sahut wanita itu menggoda Bu Henny.<br />“Idiiih kamu nyindir yah?, Awas tak jitak kamu? lanjut Bu Henny sambil mengacungkan tangannya ke arah wanita itu.<br />“Jitak aja, ntar aku buka kartu kamu di suami kamu, ya nggak?? sergahnya tak mau kalah.<br />“Alaa? kalau yang itu sih lapor aja, aku sih sekarang sudah punya jagoan, ngapain takut mikirin si botak jelek itu, huh dasar tua bangka? moga aja dia mati ketabrak kereta api di Luar negeri, toh paling dia juga lagi nyari jajanan di jalan tuh, siapa nggak tahu sih pejabat pemerintah? eh ngomong-ngomong aku sampai lupa ngenalin Andi sama kamu, nih dia Arjunaku yang sering kuceritakan sama kamu, Ran. Andi ini Tante Rani, teman akrab ibu dari sejak di SMA dulu?<br />“Halo Tante? saya Andi? kata pemuda itu sambil mengulurkan tangan pada wanita rekan Bu Henny itu. Sejak tadi ia cuma memperhatikan kedua wanita yang tampak saling akrab itu.<br />“Halo juga Andi, Bu Henny pernah juga cerita tentang kamu?<br />“Eh Ran, kamu ngapain ke sini, pasti deh ada masalah penting di perusahaan, ada apa sih??tanya Bu Henny penasaran pada Tante Rani, namun raut wajah wanita itu langsung berubah muram saat Bu Henny bertanya.<br />“Aku ada masalah lagi sama suamiku, Hen? jawabnya sambil menunduk, wanita itu tampak sedih.<br />“Ya ampuuun Ran, aku kan sudah bilang sama kamu seribu kali, kalau suami kamu bikin ulah, kamu harus balas. Jangan bodoh gitu dong ah, jangan sok setia begitu. Eh tahu nggak biar kamu nggak cerita sama aku, tapi aku sudah tahu masalah kamu. Pasti suami kamu nyeleweng lagi kan? Eh Ran, Kamu harus sadar tahu nggak, semua yang namanya pejabat itu bangsat, denger yah, bangsat, nggak bisa dipercaya. Kamu susah amat jadi orang setia. eeehh, suami kamu nikmat-enakan di luar sana tidur sama gadis-gadis muda, sadar Ran, kamu harus gitu juga, jangan kalah? oceh Bu Henny panjang pada Tante Rina yang masih tertunduk. Bu Henny melanjutkan omelan dan nasehatnya pada wanita itu dengan penuh amarah. Ia seperti tak tega jika teman baiknya itu dijadikan bulan-bulanan oleh sumai yang brengsek seperti umumnya pejabat pemerintah.<br /><br />“Atau gini aja deh, aku nggak mau kamu jadi kusut kayak begini, sebagai sahabat dekat kamu, aku siap ngebantuin kamu supaya bisa ngelupain masalah ini, okay?? Bu Henny memberi alternatif pada Tante Rani yang sedari tadi hanya bisa terdiam seribu basa.<br />Bu Henny melanjutkan kata-katanya dengan penuh semangat, “Okay Ran, ini mungkin akan ngejutin kamu, tapi itupun terserah apakah kamu mau terima atau tidak ini hanya ide, kalau kamu terima ya bagus kalaupun nggak juga nggak apa-apa kok, dengerin yah..? sejenak ia menghentikan kata-katanya lalu beberapa saat kemudian ia melanjutkan, “malam ini kamu boleh gabung sama kita berdua, maksudku Andi dan aku, aku nggak keberatan kok kalau Arjunaku harus melayani dua wanita sekaligus, toh aku sendiri rasanya nggak cukup buat dia, ya nggak An??katanya sembari melirik pada Andi.<br />Pemuda itu langsung terkejut, namun sebelum ia sempat berkata Bu Henny sudah kembali melanjutkan ocehannya, “Tapi, Bu…”<br />“Alaa.., nggak pakai tapi tapi lagi deh, toh kamu juga pasti senang kan?, lagi pula ibu ingin lihat apa kamu sanggup ngalahin kita berdua?<br />“Tapi Hen? sergah Tante Rani.<br />“Eh kamu nggak usah malu-malu, pokoknya lihat saja nanti yah, ayo sekarang yang penting kita bisa senang sepuas puasnya, umbar dan raih kepuasan. Nggak ada yang berhak ngelarang kamu Ran? lanjut Bu Henny tak mau mengalah.<br /><br />Sementara Andi dan Tante Rani hanya terdiam dan saling melirik. Andi yang sejak pertama telah memperhatikan bentuk tubuh Tante Rani yang tak kalah indah dari Bu Henny kini merasakan dadanya berdebar keras. Sudah tergambar di benaknya tubuh dua wanita paruh baya yang sama-sama memiliki tubuh bahenol itu akan ia tiduri sekaligus dalam satu permainan segi tiga yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Dua orang istri pejabat pemerintah dengan wajah cantik manis dan kulit yang putih mulus itu akan ia nikmati sepuas hati.<br /><br />Belum sempat ia berpikir banyak, Bu Henny tiba-tiba memecahkan keheningan.<br />“Heh ngelamun kalian berdua yah, ntar aja di kamar lihat kenyataannya pasti asiiik, ya nggak. Sekarang ayoh pesen minuman lagi? katanya sambil melambaikan tangan pada pelayan bar.<br />“Dua bir lagi yah, kamu apa Ran, oh yah kamu kan nggak biasa minum?<br />“Apa aja deh, Hen?<br />“Kasih Gin Tonic aja deh Mas? lanjut bu Henny pada pelayan itu.<br />“Baik Bu, saya ulangi, Dua Bir dan Satu Gin Tonic? ulang si pelayan.<br />Sesaat kemudian mereka telah terlihat asik berbincang sambil tertawa-tawa kecil. Beberapa botol minuman telah mereka habiskan hingga kini ketiganya tampak mulai mabuk. Pembicaraan mereka jadi ngolor ngidur tak karuan diselingi tawa cekikikan dari kedua wanita itu.<br /><br />Pukul setengah sepuluh lewat, mereka bertiga meninggalkan bar terbuka menuju ke villa tempat Andi dan Bu Henny. Ketiga orang itu tampak saling berpelukan sambil sesekali tangan-tangan nakal mereka saling mencubit. Obsesi mereka sudah dipenuhi bayangan yang sama akan apa yang segera akan mereka lakukan di kamar itu, hingga begitu masuk kamar ketiganya langsung saling menyerang di atas tempat tidur yang berukuran besar itu. Dengan nafsu menggelora dan nafas yang terdengar turun naik, ketiganya langsung saling melepas pakaian sampai mereka semua telanjang bulat dan memulai permainan segitiga itu. Andi berbaring telentang menghadap ke atas lalu dengan cepat Bu Henny menyambar kemaluan Andi dan mempermainkan penis yang telah setengah tegang itu dengan mulutnya. Ia mulai menjilat kepala penis sebesar buah ketimun itu dengan penuh nafsu, sementara itu Andi menarik pinggul Tante Rani dan menempatkan wanita itu mengangkang tepat di atas wajahnya sehingga daerah sekitar kemaluan wanita itu terjangkau oleh lidah dan bibir Andi yang siap menjilatinya. Pemuda itu menarik belahan bibir vagina Tante Rani dan mulai menjilat dengan lidahnya.<br /><br />Permainan segitiga itu mulai sudah, Bu Henny mengkaraoke penis Andi dan pemuda itu memainkan lidah dan menyedoti daerah vagina Tante Rani. Suara desahan kini mulai terdengar memecah keheningan suasana malam itu. Decakan suara lidah Andi yang bermain dipermukaan vagina Tante Rani mengiringi desahan wanita itu yang menahan nikmat dari arah selangkangnya. Sementara itu Andi sendiri mulai merasakan kenikmatan dari penisnya yang keluar masuk mulut Bu Henny. Adegan itu berlangsung beberapa saat sebelum kemudian Bu Henny dengan bernafsu mengambil posisi menunggang di atas pinggul Andi dan langsung memaksukkan penis pemuda itu ke dalam liang vaginanya. “Sreeep blesss? penis besar dan panjang itu menerobos masuk ke dalam liang vagina Bu Henny.<br />“aahh? enaak? desahnya begitu terasa penis itu membelah dinding vagina yang seperti terlalu sempit untuk penis pemuda itu.<br /><br />Lain halnya dengan Tante Rani yang sejak pertama terus mendesah keras menahan kenikmatan yang diberikan Andi lewat lidahnya yang menjilati seluruh dinding dan detil-detil alat kelamin wanita itu. Ukurannya tampak lebih tebal dari milik Bu Henny, belahan bibir vagina Tante Rani lebih lebar hingga liangnya tampak lebih nikmat dan menggairahkan.<br /><br />Mengimbangi kenikmatan dari lidah Andi, Tante Rani kini meraih buah dada Bu Henny yang bergelantungan berayun seiring gerakannya di atas pinggul Andi. Kedua wanita yang berada di atas tubuh pemuda itu saling berhadapan dan saling meraih buah dada dan saling meremas membuat adegan itu menjadi semakin panas.<br /><br />“ooouuuhh Hen, nikmat sekali ternyata? ooohh kamu benar Hen ooohh sedot terus vagina Tante, And.., oooh enaak? jerit Tante Rani merasakan nikmat itu, nikmat di selangkangannya dan nikmat di buah dadanya yang teremas tangan Bu Henny.<br />“Kamu mau rasain yang ini Ran? uuuh, bakalan ketagihan kamu kalau udah kesentuh buah penis ini? Bu Henny menawarkan posisinya pada Tante Rani yang sejak tadi tampak heran oleh ukuran penis Andi yang super besar dan panjang itu. Ia kemudian mengangguk kegirangan sambil beranjak merubah posisi mereka. Matanya berbinar dengan perasaan setengah tak percaya ia memandangi buah penis itu.<br /><br />“Uhh besarnya penis ini Hen, pantas kamu jadi gila seks seperti ini.., ooh? serunya keheranan.<br />“Ayolah segera coba..? kata Bu Henny sambil menuntun pinggul wanita itu menuju ke arah penis yang sudah tegang dan keras itu. Namun sebelumnya ia menyempatkan diri menjilati vagina Tante Rani yang tampak merah menggairahkan itu.<br />“Aduuuh Ran, bagusnya bentuk vagina kamu..? seru wanita itu sambil menjulurkan lidahnya ke arah kemaluan Tante Rani. Sejenak ia menyempatkan diri memberi sentuhan lidahnya pada vagina Tante Rani.<br /><br />“Iiihh kamu Hen, aku udah nggak sabar nih katanya sambil menggenggam batang kemaluan Andi. Kemudian dengan gesit di tuntunnya penis itu sampai permukaan vaginanya yang tampak basah oleh air liur Andi dan Bu Henny Dan.., “Sreeettt? “Auuuwwww Andiii? vaginaku rasanya robek Henny aduuuh..? jeritnya tiba-tiba saat merasakan penis Andi yang menerobos masuk liang vaginanya. Lubang itu terasa sangat sempit hingga ia merasakan sedikit perih seperti waktu merasakan pecah perawan di malam pengantin barunya dulu. Namun beberapa saat kemudian ia mulai merasakan kenikmatan maha dahsyat dari penis besar itu. Ia mulai bergoyang perlahan, rasa perih telah berubah menjadi sangat nikmat.<br />“uuuhh? aahh? ooohh enaakkk, Andi ooohh Hen, baru pertama kali aku ngerasain penis segede ini Hen, ooohh pantas kamu begitu senang berselingkuh? oooh Hen? aku bakalan ketagihan kalau seperti ini nikmatnya? ooohh? wanita itu mulai mengoceh saat menikmati penis besar Andi yang keluar masuk liang vaginanya.<br /><br />Sementara Bu Henny kini menikmati permainan lidah Andi pada permukaan vaginanya yang berada tepat di atas wajah pria itu. Andi sesekali menyedot keras clitoris Bu Henny yang merah sebesar biji kacang di celah vaginanya hingga wanita itu berteriak geli. Dua orang wanita itu kembali saling meremas buah dada. Keduanya dalam posisi berhadap-hadapan. Tangan Andipun sebelah tak mau ketinggalan meremas sebelah susu Bu Henny yang tak sempat diremas Tante Rani. Bergilir diraihnya payudara montok kedua wanita yang menidurinya itu. Penisnya yang tegang terus keluar masuk oleh gerakan naik turun Tante Rani di atas pinggulnya. Goyangan wanita itu tak kalah hebatnya dengan Bu Henny, ia sesekali membuat putaran pada poros pertemuan kemaluannya dengan penis Andi sehingga kenikmatan itu semakin sensasional. Namun itu hanya dapat ia tahan selama lima belas menit, ketika Andi ikut menekan pinggangnya ke atas menghantam posisi Tante Rani, wanita itu berteriak panjang dengan vagina yang berdenyut keras dan cairan kelamin yang tiba-tiba meluncur dari dasar liang rahimnya.<br />“ooohh Anndiii Taantee keluaarr? ooohh enaak, Henny aku nggak kuat lagi ooohh? nikmatnya penis ini? ooh enaakkk? teriaknya panjang sebelum kemudian terkapar disamping Andi dan Bu Henny yang masih ingin melanjutkan permainan itu. Andi bangkit sejenak dan memberikan ciuman pada Tante Rani, lau mengatur posisi baru dengan Bu Henny.<br /><br />“Ayo Bu, kita lanjutin mainnya.., istirahat dulu ya Tante? seru Andi pada Tante Rani.<br />“Baiklah, aku mau lihat kalian main aja? jawabnya sembari kemudian berbaring memandangi Andi dan Bu Henny yang kini saling tindih meraih kepuasan. Kedua orang itu sengaja menunjukkan gaya-gaya bermain yang paling hot hingga membuat Tante Rani terheran-heran menyaksikannya. Goyangan tubuh Bu Henny yang begitu gesit di atas tubuh Andi sementara pemuda itu memainkan buah dada besar Bu Henny yang bergelantungan dengan penuh nafsu. Suara desah nafas yang saling memburu dari keduanya terdengar sangat keras dan terpatah-patah akibat menahan kenikmatan dahsyat dari kedua kemaluan mereka yang beradu keras saling membentur yang menimbulkan bunyi decakan becek. Daerah sekitar kemaluar mereka tampak telah basah oleh cairan kelamin yang terus mengalir dari liang vagina Bu Henny hingga semakin lama Andi merasakan dinding kemaluan Bu Henny semakin licin dan nikmat.<br /><br />“Oh anak muda ini begitu perkasanya…”, benak Tante Rani berkata kagum pada pemuda itu. Ia begitu heran melihat keperkasaan Andi dalam bermain seks. Begitu tegarnya anak itu menggoyang tubuh bongsor Bu Henny yang bahenol itu. Andi seperti tak tergoyahkan oleh lincahnya pinggul wanita paruh baya yang bergoyang di atasnya penuh nafsu. Bahkan liang vagina Bu Henny yang sudah punya dua orang anak remaja itu seperti tak cukup besar untuk menampung batang penis Andi yang keluar masuk bak rudal nuklir. Bahkan kini hanya beberapa menit saja mereka bermain Bu Henny sudah tampak tak dapat lagi menguasai jalannya permainan itu. Wanita itu kini mendongak sambil menarik rambutnya untuk menahan rasa nikmat yang begitu dahsyat dari liang vaginanya yang terdesak oleh penis pemuda itu.<br />“Auuuhh? ooohh? mati aku Ran? enaak? ooohh? Andi sayaang? oooh remas terus susu ibu An? teriak wanita itu sembari menggelengkan kepalanya liar kekiri dan kanan untuk berusaha menahan rasa klimaks yang diambang puncaknya itu.<br /><br />Tante Rani semakin terpesona melihat gerakan liar Bu Henny yang tampak begitu menggodanya untuk kembali mencoba tubuh Andi. Bu Henny tampak begitu menikmatinya dengan maksimal sampai sehisteris seperti yang ia lihat. Keinginannya seperti bangkit kembali untuk mencoba lagi kenikmatan dahsyat dari buah penis besar yang kini tambak semakin bengkak dan keras itu. Menyaksikan hal itu ia lalu bangkit dan mendekati kedua orang yang sedang bermain itu. Andi menyambut Tante Rani dengan mengulurkan tangannya ke arah vagina wanita itu, ia langsung meraba permukaannya yang masih basah oleh caiiran kelamin, lalu dua jarinya masuk ke liang itu dan mengocok-ngocoknya hingga membuat Tante Rani merasa sedikit nikmat. Wanita itu membalas dengan kecupan ke arah mulut Andi hingga mereka saling mengadu bibir dan menyedot lidah. Permainan itu menjadi seru kembali oleh teriakan nyaring Bu Henny yang kini terlihat sedang berada menjelang puncak kenikmatannya. Goyang tubuhnya semakin liar dan tak karuan sampai kemudian ia berteriak panjang bersamaan dengan menyemburnya cairan hangat dan kental dari dalam rongga rahim wanita itu.<br /><br />“ooouuu? aakuu keeeluaarr? aahh enaak? oooh..? jeritnya dengan tubuh yang tiba-tiba kejang kemudian lemas tak berdaya.<br />“Ouuuh hebatnya anak muda ini? benak Tante Rani kagum pada Andi setelah berhasil membuat Bu Henny terkapar.<br />“Sialan Ran, aku kok cepat keluar kayak gini yah?? seru Bu Henny sambil melepas gigitan bibir vaginanya pada penis Andi yang masih keras dan perkasa itu.<br />“Memang kamu bener-bener jago Andi? beri Tante kesempatan lagi buat menikmatinya? ooohh, sini kamu yang di atas dong sayang? ajak Tante Rani setelah Bu Henny selesai dan menyamping.<br /><br />Ia kemudian berbaring pasrah membiarkan pemuda itu menindihnya dari arah atas. Andi sejenak memegangi kemaluannya yang masih tegang dan kemudian dengan perlahan mencoba masuk lagi ke dalam liang vagina Tante Rani. Wanita itu mengangkat sebelah kakinya agak ke atas dan menyamping hingga belahan vagina itu tampak jelas siap dimasuki penis Andi. Ia langsung terhenyak dan mendesah panjang saat kembali dirasakannya penis itu menerobos masuk melewati dinding vaginanya yang terasa sempit.<br />“Ohh? yang pelan aja An? enaakknya? pinta Tante Rani sambil meresapi setiap milimeter pergesekan dinding vaginanya dengan buah penis Andi.<br /><br />Andi mulai bergoyang dengan perlahan seperti yang diinginkan wanita itu. Tante Rani meremas sendiri buah dadanya yang ranum sementara Andi meraih kedua kakinya dan membentangkannya ke arah kiri dan kanan sehingga membuka selangkangan wanita itu lebih lebar lagi. Tak ayal gaya itu membuat Tante Rani berteriak gila menahan nikmatnya penis Andi yang terasa lebih dalam masuk dan membentur dasar liang vaginanya yang paling dalam.<br />“Aahh? ooohh hebatnya kamu Andi? ooohh Henny nikmat sekali hennn? ooouuuhh enaakk? oooh genjotlah yang keras An? oooh semakin nikmat ooohh pintaar? ooohh yaahh? mm? lezaatt? ooohh Andi? pantas kamu senang sama dia Hen? ooohh ampuuun enaknya? oohh pintar sekali kamu Andi? ooohh? desah Tante Rani setengah berteriak. Pantatnya ikut bergoyang mengimbangi kenikmatan dari hempasan tubuh Andi yang kian menghantam keras ke arah tubuhnya. Penis besar itu benar-benar memberinya sejuta sensasi rasa yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Kenikmatan dahsyat yang membuatnya lupa diri dan berteriak seperti orang gila.<br /><br />Dijambaknya sendiri rambutnya yang tergerai indah sampai ia terlihat seperti orang yang sedang dimasuki roh setan. Tiba-tiba ia berguling dan segera menindih tubuh pemuda itu dan menggoyang turun naik sambil berjongkok. Jari telunjuknya berusaha meraba daerah kemaluannya sendiri untuk membuat clitoris sebesar biji kacang di celah bibir kewanitaannya mendapat sentuhan lebih banyak lagi dari kulit tebal penis Andi yang terasa begitu nikmat membelai permukaan vaginanya. Hempasan demi hempasan dari tubuh pemuda itu berusaha diimbanginya dengan berteriak menahan nikmatnya benturan penis Andi. Sesekali ia membalas dengan juga menghempaskan tubuh dan pantatnya dengan keras, namun gerakan itu justru semakin membuatnya tak dapat bertahan. Kenikmatan maha dahsyat itu kembali membuatnya menggapai puncak permainan untuk yang kedua kalinya. Tak dapat ditahannya akibat dari sebuah genjotan keras yang membuat clitoris sebesar biji kacang di celah vaginanya masuk ke dalam liang itu dan tersentuh kedahsyatan penis Andi yang perkasa. Dengan sepenuh tenaga ia berteriak keras sekali sambil menghempaskan tubuhnya yang bahenol itu sekeras-kerasnya.<br />“Aooowww? ooohh? aku keluaar lagiii? ooohh enaak Andiii? ooohh uuuhh? air maniku tumpah? ooohh, nikmat sekali ooohh? nanti main lagi aahh? teriaknya panjang.<br /><br />Andi merasakan denyutan keras pada vagina Tante Rani yang sekaligus menyemburkan cairan hangat dan memenuhi rongga vagina itu. Liang kemaluan itu berubah menjadi sangat licin dan nikmat hingga Andi terangsang untuk terus menggoyang pinggulnya. Direngkuhnya pinggul itu, ia mendekap erat sambil terus menggoyang memutar poros pantatnya hingga penisnya seperti mengaduk-aduk isi dalam vagina Tante Rani. Namun wanita itu merasakan kegelian yang dahsyat. Kenikmatan yang tadinya begitu hebat tiba-tiba berubah menjadi rasa geli yang seakan membuatnya ingin melepaskan penis Andi dari dalam vaginanya. Namun pemuda itu tampak semakin asik menggoyang dan menciumi sekujur tubuhnya penuh nafsu. Hingga tak dihiraukannya gerakan meronta Tante Rani yang berusaha melepaskan diri akibat rasa geli yang tak dapat ditahannya lagi.<br /><br />“aaww? geeliii? ampun sayang Tante nyerah lepasin Tante dong? geliii? teriaknya memohon pada Andi. Dengan sedikit perasaan kecewa Andi menghentikan gerakannya, dan melepaskan pelukannya pada pinggul Tante Rani yang langsung saja terjatuh lemas.<br />“Ohh. Tante nggak kuat lagi Andi.., ooh hebatnya kamu, sudah dua kali tante kamu bikin keluar, gila kamu. Benar-benar jantan, Hen, kamu sungguh beruntung? ooohh nikmatnya? lanjutnya sambil membelai kemaluan Andi yang masih saja tegak tak tergoyahkan. Dikecupnya kepala penis itu dengan lembut lalu ia meraih batangnya dan tanpa diminta mengkaraoke pemuda itu. Andi tersenyum melihatnya lalu memberikan belaian pada rambut wanita itu.<br /><br />Sementara Bu Henny masih terpaku menyaksikan kehebatan Andi, tak pernah sebelumnya ia bayangkan seorang lelaki muda seperti Andi membuat dua orang wanita paruh baya seperti dirinya dan Tante Rani menyerah pada keperkasaan dan kejantanannya. Bahkan ia telah membuat Tante Rani meringis dan memelas memohon Andi untuk berhenti, betapa dahsyatnya keperkasaan pemuda itu. Kini ia hanya memandangi Tante Rani yang tengah berusaha melanjutkan birahi anak itu yang belum juga tuntas. Dilihatnya jam dinding, “Sudah jam satu dini hari, ia sanggup bertahan selama itu, ooohh hebatnya? batin Bu Henny.<br /><br />Tiga jam lebih pemuda itu mampu bertahan dari serangan ganas kedua wanita dewasa itu. Kini dengan sisa tenaganya Tante Rani dan Bu Henny kembali mencoba memuaskan Andi. Bergilir mereka melakukan karaoke sambil menunggu saat vagina mereka siap untuk menerima masuknya penis besar Andi. Secara bergilir juga mereka memberi kesempatan pada Andi untuk menjilati daerah kemaluan mereka untuk kembali membangkitkan nafsu birahi itu. Dan beberapa saat kemudian mereka berhasil dan memulai lagi permainan segi tiga itu. Masih bergilir kedua perempuan itu saling menukar posisi untuk mengimbangi kekuatan Andi. Bergantian mereka meraih kenikmatan dari penis besar sang pemuda perkasa itu, beragam gaya mereka pakai agar tidak cepat keluar. Namun keperkasaan Andi memang benar-benar dahsyat hingga salah satu dari mereka yaitu Bu Henny kembali terkapar meraih puncak kenikmatan dari penis Andi.<br /><br />“Ohh Tante? sebentar lagi saya keluar? kata Andi tiba-tiba saat memulai permainannya dengan Tante Rani setelah membuat Bu Henny terkapar.<br />“Ohh kamu kuat sekali An, kalau nggak keluar sekarang mungkin Tante dan Bu Henny nggak sanggup lagi, Tante sudah kamu bikin keluar tiga kali, dan juga Bu Henny.., sekarang keluarin yah sayang..? rajuk Tante Rani pada pemuda itu.<br />“Baiklah Tante, saya nggak akan nahan lagi, ayo kita mulai? ajaknya sembari memeluk tubuh bugil Tante Rani dan langsung menusukkan kemaluannya dalam liang vagina wanita itu.<br /><br />Mereka kembali bermain, tapi kini dengan gerakan pelan dan mesra seperti dua orang yang saling jatuh cinta. Diiringi kecupan dan remasan pada payudara Bu Rani yang ranum itu Andi terus berusaha meraih kepuasannya secara maksimal. Hingga beberapa puluh menit kemudian ia tampak mulaui mempercepat gerakannya secara bersamaan dengan Tante Rani yang juga mengalami hal yang sama.<br /><br />“Naah Tante? saya mau keluar? oooh goyang yang keras? ooohh tekan terus tante? ooohh memeknya tante jepit lagi? ooohh nikmat sekali? ooohh? terdengar pemuda itu menjerit pelan meresapi kenikmatan dari tubuh Tante Rani.<br />“Tante jugaa? Andii? oooh penis kamu panjang sekali? ooohh enaak nikmatnya? ooohh remas yang keras susuku Andi? ooohh susu tante ooohh teruuus? tante keluaarr lagiii? ooohh enaak? jerit Tante Rani.<br />“Saya juga keluaarr Tante? ooohh enaknya? kocok terus Tante? ooohh air mani saya mau nyemprot? aahh? jerit Andi pada waktu yang bersamaan.<br /><br />Tiba-tiba Bu Henny yang sejak tadi hanya melihat mereka bangkit dan mendekati Andi.<br />“Cabut An sini semprot ke muka ibu, ibu pingin minum sperma kamu cepaat? teriaknya.<br />“Baik Bu? ooohh? minum Bu? ooohh? teriak Andi sambil berdiri di hadapan Bu henny yang mendongak tepat di bawah penis yang menyemprotkan cairan sperma itu. Lebih dari empatkali ia menyemprotkan cairan itu ke mulut Bu Henny yang menganga dan langsung ia telan, kemudian tak ketingggalan ditumpahkannya juga ke arah muka Tante Rani yang masih tergolek lemas di sampingnya. Wanita itupun menyambut dengan membuka lebar mulutnya, ia bahkan meraih batang penis itu dan mengocokkannya dalam mulut sehingga seluruh sisa cairan sperma pemuda itu ia telan habis. Akhirnya tergapai juga puncak kenikmatan Andi yang begitu lama itu. Dengan diiringi teriakan panjang dari mulut Tante Rani, mereka bertiga terkapar lemas dan tak sanggup lagi melanjutkan permainan itu. Ketiganya kini saling bercanda ria setelah berhasil meraih kepuasan dari hubungan seks yang begitu seru, empat jam lebih mereka mengumbar nafsu birahi itu sampai puas dan kemudian tertidur kelelahan tanpa seutas benangpun melapisi tubuh mereka.<br /><br />Liburan seminggu di pulau kecil itu memasuki hari kelima. Andi yang semula hanya ditemani Bu Henny yang memang sengaja merencanakan liburan itu tak pernah menyangka akan mengalami pengalaman hebat seperti saat ini. Seorang lagi istri pejabat pemerintah yang haus kepuasan seksual kini bergabung dan semakin membuat suasana menjadi lebih luar biasa. Dua orang wanita paruh baya yang masing-masing memiliki pesona kecantikan dan tubuh yang sangat disukainya sekarang benar-benar dapat ia nikmati sesuka hatinya. Mereka melampiaskan nafsu seks yang membara itu sepuas hati tanpa ada yang menghalangi. Semua gaya dan tipe permainan cinta dari yang buas sampai yang lembut, satu lawan satu atau dua lawan satu mereka lakukan tanpa kenal henti.<br /><br />Hari-hari selama seminggu itupun penuh dengan pelampiasan birahi mereka yang tak pernah sedetikpun mereka rasakan dari suami-suami mereka, para pejabat pemerintah yang berlagak jago tapi hanya mampu bermain seperti ayam yang dalam waktu lima menit saja sudah berteriak menggapai puncak meski istri mereka baru sampai tahap pemanasan saja.<br /><br />Tante Rani merasakan pengalaman pertamanya berselingkuh dengan anak muda itu sebagai mimpi indah yang tak akan dilupakannya. Setiap ia meminta Andi melayaninya tak pernah sekalipun ia dapat bertahan lebih dari lima belas menit sementara pemuda itu sanggup membuatnya menggapai puncak tak pernah kurang dari tiga kali dalam setiap permainannya. Pernah suatu saat ketika Bu Henny meninggalkan mereka berdua dalam villa untuk berjalan-jalan di sebuah pagi, Tante Rani meminta Andi untuk menggaulinya sepuas hati. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk bertahan dari serangan pemuda itu. Dibiarkannya tubuh bahenol putih mulus itu dijadikan seperti bantal guling oleh Andi. Namun hasilnya tetap saja ia tak dapat membuat Andi kalah, meski telah dibiarkannya pemuda itu menggenjot dari segala arah, dibuatnya Andi bernafsu seperti binatang buas yang meraung. Tapi sia-sia saja, bahkan saat Bu Henny kembali ke villa itu setelah dua jam berjalan-jalan di pantai, Andi masih saja tegar menghantamkan penis besarnya dalam liang vaginanya yang sudah tiga kali menggapai puncak dalam satu ronde permainan anak itu. Hingga Bu Henny yang kemudian bergabunng sekalipun dapat ia robohkan dalam beberapa puluh menit saja. Bahkan sampai berulang-ulang lagi Bu Henny bangkit, ia belum keluar juga. Barulah setelah mereka berdua bergilir memberikan liang vaginanya dimasuki dari arah belakang pantat, Andi dapat meraih ejakulasi permainannya.<br /><br />Waktu liburan mereka telah habis, ketiganya kembali ke Jakarta setelah melewati hari-hari yang begitu menggairahkan, hari-hari penuh teriakan kenikmatan hubungan badan yang maha dahsyat. Pengalaman seks di pulau kecil itu benar-benar seperti mimpi bagi kedua wanita paruh baya itu. Justru sekembalinya mereka dari pulau itulah, ada sedikit perasaan gelisah di dalam hati Tante Rani yang membayangkan dirinya kembali ke pelukan lelaki yang sebenarnya tak pernah ia cintai. Suaminya yang botak tua bangka, lelaki penuh nafsu besar dengan kemampuan seperti cacing itu kini membuat perasaannya muak ingin muntah.<br /><br />Tak habis-habisnya mereka membicarakan seputar kenikmatan cinta dari Andi yang dialami Tante Rani dalam perjalanan pulang itu. Ada secercah harapan dalam benak Tante Rani saat Bu Henny memberinya ijin untuk boleh bergabung bersamanya menikmati kepuasan dari Andi kapan saja ia suka asalkan mereka melakukannya atas sepengetahuan Bu Henny yang secara resmi adalah pacar gelap Andi.<br /><br />Pesawat yang membawa mereka kembali ke Jakarta telah mendarat, ketiganya berpisah di Bandara lalu pulang ke tempat tinggal masing-masing dengan hati yang riang dan kesan yang begitu kuat akan kenangan dan pengalaman hebat yang mereka lalui dalam seminggu itu. Sesampainya di rumah masing-masing, kedua wanita itu masih tak dapat melepas bayangan keperkasaan Andi, hingga saat mereka berkumpul dengan suami dan anak-anaknya suasana menjadi sangat dingin.<br /><br />Sejak saat itu hari-hari bersama suaminya dirasakan Tante Rani seperti neraka. Setiap malam saat ia melayani suaminya di ranjang tak pernah dapat ia nikmati. Permainan suaminya yang seperti ayam kurang gizi benar-benar membuatnya muak, bahkan ingin muntah. Setiap kali dilihatnya tubuh lelaki itu seakan ia sedang menghadapi bangkai busuk saja.<br /><br />Suatu malam saat suaminya baru pulang dari kantor, Tante Rani yang tampak baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan badannya di atas tempat tidur langsung disambar oleh lelaki botak itu.<br />“Ayo Ran, aku sudah satu minggu nggak main sama kamu, yuuk layani aku sebentar..? ajak pria itu. Tante Rani diam saja tak beranjak dari tempat tidur, ia merasa malas menanggapinya.<br />“Ntar dulu dong pi, aku keringin badan? jawabnya acuh tak acuh, sementara lelaki botak itu mulai meraba pahanya yang mulus sambil mendaratkan ciumannya di pipi Tante Rani.<br />“Ayo dong, aduuuh aku nggak tahan nih…”, pria itu merajuk genit sambil membelai bulu-bulu halus di permukaan kemaluan Tante Rani.<br />“Papi?, sabar dong..!? Sengit Tante Rani agak sewot.<br />“He. Jangan marah dong sayang, aku kan suami kamu?<br />“Huh..? ia berkesah sambil membuang sisir yang ada di tangannya, sementara lelaki itu melepas handuk yang melilit tubuh wanita itu dan langsung saja mengangkat paha istrinya dan membukanya lebar. Lalu lidahnya menjilat-jilat bagaikan anak kecil yang menikmati es krim. Tante Rani hanya memandanginya sambil tersenyum, tak sedikitpun ia menikmati permainan suaminya. Dibiarkannya lelaki botak itu menjilati permukaan vaginanya hingga becek. Tak puas sekedar menjilati, lelaki itu menusukkan dua jarinyanya ke dalam liang kemaluan sang istri yang hanya memandangnya sinis dan tampak jijik. Beberapa saat kemudian ia beranjak duduk di pinggiran tempat tidur dan meminta sang istri untuk menyedot kemaluannya.<br />“Huuuhh? ayo karaoke aku sebentar Ran? pintanya pada Tante Rani, nafasnya terdengar sudah turun naik tak tentu menandakan nafsu birahi yang sudah berkobar.<br />“ooohh nikmat? mm? desahnya begitu penis kecil dan pendek mirip penis monyet itu tersentuh lidah Tante Rani.<br />“Huh? dasar botak, aku sangat berharap biar kamu cepat mati saja? benak Tante Rani dalam hati, ia sangat kesal menghadapi suaminya yang tampak sudah bagai sampah saja. Tak ada daya tarik selain harta dan kekayaan yang didapatkannya dari korupsi itu.<br /><br />Sambil terus melayani lelaki itu ia membayangkan dirinya berada bersama Andi, hingga tampak wanita itu memejamkan mata sambil terus menyedot keras batang kemaluan sang suami. Namun hanya beberapa menit saja adegan itu berlangsung tampak pria itu sudah tak dapat menahan kenikmatan.<br />“ooohh? ayo cepaat masukin, Ran aku mau keluar aauuuhh? ooohh? tiba-tiba ia merengkuh tubuh Tante Rani dan menindihnya. Dengan ngawur ia berusaha memasukkan penis yang sudah akan muntah itu ke arah liang vagina istrinya. Dan baru beberapa detik saja masuk, sebelum Tante Rani sempat bergoyang, penis itu memuntahkan seluruh cairan spermanya.<br />“aahh? aku keluarrr? Ranii? ooohh? teriaknya saat merasakan cairan maninya meluncur dalam liang vagina sang istri yang sedari tadi hanya tersenyum sinis melihat tingkahnya yang sok jagoan.<br /><br />Hanya beberapa menit saja persetubuhan itu berakhir dengan sangat mengecewakan Tante Rani. Dipandanginya lelaki botak itu yang kini tergolek lemas dan hanya bisa membelai permukaan vagina yang tak sanggup ditaklukkannya. Pria itu tampak malu sekali melihat istrinya yang kini terlihat memandanginya dengan senyum menyindir. Namun ia tak sanggup mengatakan apa-apa. Kemudian dengan tak tahu malu ia menutupi mukanya dengan bantal dan berusaha menyembunyikan dirinya dari perasaan malu itu. Beberapa menit kemudian lelaki botak itupun tertidur sebelum berhasil membuat istrinya puas. Namun bagi Tante Rani, yang terpenting adalah ia kini memiliki pasangan lain yang dapat membuatnya meraih kepuasan seks. Yang terpenting kini baginya adalah bahwasanya tidak hanya pria itu yang bisa mencari lawan selingkuh, namun dirinyapun berhak dan sanggup melakukannya. Tentunya dengan bentuk tubuh indah dan wajah manis yang dimilikinya seperti saat ini hal itu sangt mudah.<br /><br />“Mengapa aku harus diam sementara suamiku itu dengan seenaknya mengumbar nafsunya dengan para gadis remaja atau pegawai bawahan di kantornya? Akupun sanggup membuat diriku puas dengan mencari pasangan main yang jauh lebih hebat, tak ada asyiknya bermain dengan hanya satu pasangan seperti ini. Apalagi dengan laki-laki seperti ini, “Ciiih jijik aku..? benaknya berkata sendiri sambil membalik arah badannya kemudian berlalu dan keluar dari kamarnya.<br /><br />Itulah hari-hari yang kini dilalui oleh Tante Rani semenjak ia mengenal Andi dari Bu Henny. Kini hubungannya dengan dua orang itu menjadi semakin akrab saja. Hampir setiap hari mereka menyempatkan diri untuk saling menghubungi. Dengan rutin pula mereka menentukan jadwal kencan mereka seminggu sekali yang mereka lakukan di hotel-hotel berbintang di mana mereka bisa mengumbar nafsu sepuas-puasnya. Sampai kemudian kedua wanita itu memutuskan untuk membeli sebuah Villa mewah secara diam-diam di kawasan Puncak untuk mereka pergunakan sebagai tempat rendezvous yang aman dan nyaman.<br /><br />Seiring dengan waktu berlalu dan hubungan cinta segitiga mereka yang semakin dekat saja dari hari ke hari, dua wanita istri pejabat itupun membuat sebuah perusahaan besar yang berbasis di bidang pengangkutan export-import untuk semakin menutupi kerahasiaan hubungan mereka. Sehingga ketiga orang itupun tak perlu lagi mengatur alasan khusus pada suami mereka untuk dapat bertemu Andi setiap hari, hal itu karena mereka berdua menempatkan diri sebagai dewan komisaris dan direktris pada perusahaan itu. Tiap hari kini mereka dapat melampiaskan nafsu birahi mereka pada Andi, di kantor di villa atau di manapun mereka suka.<br /><br />Kehidupan Pemuda itupun menjadi sangat bahagia, dengan kebutuhan seksual yang selalu dipenuhi oleh dua wanita sekaligus, ia sudah tak perlu memikirkan tentang wanita lagi. Kehangatan kedua wanita paruh baya yang benar-benar pas dengan seleranya itu sudah lebih dari cukup. Materi berupa harta sudah tak masalah lagi, kedudukannya sebagai direktur perusahaan itu sudah menjadikannya benar-benar lebih dari cukup. Hidupnya kini benar-benar bahagia seperti apa yang pernah ia cita-citakan.<br /><br /><br /><br />TAMAT.........<br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8846218209195800226.post-76531918292603076622009-02-16T20:19:00.001+07:002009-02-16T20:19:54.832+07:00Boby<div class="fullpost"><br />Hallo semua, namaku Boby, aku akan menceritakan pengalaman seks-ku yang luar biasa yang pernah kurasakan dan kualami. Sekarang aku kuliah di salah satu PTS terkenal di kedah, dan tinggal di rumah di kawasan elite di keah utara dengan ibu, adik dan pembatuku. Sejak mula lagi aku dan adikku tinggal bersama nenekku di kedah, sementara ibu dan ayahku tinggal di KL karena memang ayah mempunyai perusahaan besar di wilayah Persekutuan, dan sejak nenek meninggal ibu kemudian tinggal lagi bersama kami, sedangkan ayah hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali seperti biasanya sebelum nenekku meninggal. Sebenarnya kami diajak ibu dan ayahku untuk tinggal di KL, namun adik dan aku tidak mau meninggalkan Kedah karena kami sangat suka tinggal di tempat kami lahir.<br /><br />Saat itu aku baru lulus SPM dan sedang menunggu pengumuman hasil periksaan di Kedah, dan karena sehari-hari tidak ada kerjaan, ibu yang saat itu sudah tinggal bersama kami, meminta aku untuk selalu menjemputnya dari tempat aerobik dan senam setiap malam. Ibuku memang pandai sekali menjaga tubuhnya dengan senamerobik dan renang, sehingga walaupun usianya hampir 39 tahun, ibuku masih terlihat seperti wanita 27 tahunan dengan tubuh yang indah dengan kulit putih mulus dan dada yang masih terlihat padat dan berisi walaupun di wajahnya sudah terlihat sedikit kerutan, tetapi akan hilang bila ibu berdandan hingga kemudian terlihat seperti wanita 27 tahunan. Aku mulai memperhatikan ibuku karena setiap aku jemput dari tempat senamnya ibuku tidak mengganti pakaian senamnya dulu setelah selesai dan langsung pulang bersamaku, dan baru mandi dan berganti pakaian setelah kami sampai di rumah. Karena setiap hari melihat ibuku dengan dandanan seksinya, otak ku mulai membayangkan hal-hal aneh tentang tubuh ibuku. Bagaimana tidak, aku melihat ibuku yang selalu memakai pakaian senam ketat dengan payudara yang indah menonjol dan pantat yang masih padat berisi.<br /><br />Suatu hari, saat aku telat menjemput ibuku di tempat senamnya, aku tidak menemukan ibuku di tempat biasanya dia senam, dan setelah aku tanyakan kepada teman ibuku, dia bilang ibuku sedang di sauna dan bilang agar aku menunggu di tempat sauna yang tidak jauh dari ruangan senam. Aku pun beegegas menuju ruangan sauna karana aku tidak mau ibuku menunggu terlalu lama. Saat sampai di sana, wow... aku melihat ibuku baru keluar dari ruangan hanya dengan memakai handuk yang hanya menutupi sedikit tubuhnya dengan melilitkan handuk yang menutupi dada perut dan sedkit pahanya, sehingga paha ibu yang mulus dan seksi itu terlihat dengan jelas olehku. Aku hanya terdiam dan menelan ludah saat ibuku menghanmpiriku dan bilang agar aku menunggu sebentar. Kemudian ibuku membalikkan tubuhnya dan kemudian terlihatlah goyangan pinggul ibuku saat dia berjalan menuju ruangan ganti pakaian. Tanpa sadar krmaluanku mengeras saat kejadian tadi berlangsung. Aku berani bertaruh pasti semua laki-laki akan terpesona dan terangsang saat melihat ibuku dengan hanya memakai tuala yang dililitkan di tubuhnya.<br /><br />Di dalam perjalanan, aku hanya diam dan sesekali melirik ibuku yang duduk di sampingku, dan aku melihat dengan jelas goyangan payudara ibuku saat mobil bergetar bila sedang melalui jalan yang bergelombang atau polisi tidur. Ibuku berpakaian biasa dengan jeans yang agak ketat dan seluar panjang ketat, dan setiap aku melirik ke paha ibu terbayang lagi saat aku melihat paha ibuku yang putih mulus tadi di tempat mandi. "Bob... kenapa kamu diem aja, dan kenapa seluar kamu sayang?" tanya ibuku mengejiutkan aku yang agak melamun membayangkan tubuh ibuku. "tiada apa," jawabku gugup. Kami pun sampai di rumah agak malam karena aku telat menjemput ibuku. Sesampainya di rumah, ibu langsung masuk ke kamarnya dan sebelum dia masuk ke kamarnya, ibu mencium pipiku dan bilang selamat malam. Kemudian dia masuk ke kamarnya dan tidur.<br /><br />Malam itu aku tidak bisa tidur membayangkan tubuh ibuku, gila pikirku dalam hati dia ibuku, tapi... akh.. masa bodoh pikirku lagi. Aku mencoba onani untuk "menidurkan burung"-ku yang berontak minta masuk ke sarang nya. Gila pikirku lagi. Mau mencari ewek malam boleh saja, tapi saat itu aku menginginkan ibuku. Perlahan-lahan aku keluar kamar dan berjalan menuju kamar ibuku di lantai bawah. Adik perempuanku dan pembantuku sudah tidur, karena saat itu jam satu malam. Otakku sudah mengatakan aku harus merasakan tubuh ibuku, nafsuku sudah puncak saat aku berdiri di depan pintu kamar ibuku. Kuputar kenop pintu nya, aku melihat ibuku tidur terlentang sangat menantang. Ibuku tidur hanya menggunakan tuala dan underware yang longgar. Aku berjalan mendekati ibuku yang tidur nyenyak, aku diam sesaat di sebelah ranjangnya dan memperhatikan ibuku yang tidur dengan posisi menantang. Kemaluanku sudah sangat keras dan meronta ingin keluar dari celana pendek yang kupakai.<br /><br />Dengan gemetar aku naik ke ranjang ibu, dan mencoba membelai paha ibuku yang putih mulus dan sangat seksi, dengan tangan bergetar aku membelai dan menelusuri paha ibuku dan terus naik ke atas. Kemaluanku sudah sangat keras dan terasa sakit karena batang kemaluanku terjepit oleh spendaku. Aku kemudian membuka spendaku dan keluarlah "burung perkasa"-ku yang sudah sangat keras. Aku kemudian mencoba mencium leher dan bibir ibuku. Aku mencoba meremas payudara ibuku yang besar dan montok, aku rememas payudara ibu dengan perlahan. Takut kalau ia bangun, tapi karena nafsuku sudah puncak aku tidak mengontrol remasan tanganku ke payudara ibuku. Aku kemudian mengocok batang kemaluanku sambil meremas payudara ibu, dan karena remasanku yang terlalu bernafsu ibu terbangun, "Bobi... kamu... apa yang kamu lakukan, aku ibumu sayang..." sahut ibuku dengan suara pelan aku kaget setengah mati, tapi anehnya batang kemaluan masih keras dan tidak lemas. Aku takut dan malah makin nekat, terlanjur pikirku, aku langsung mencium leher ibuku dengan bernafsu sambil terus meremas payudara ibuku. Dalam pikiranku hanya ada dua kemungkinan, menyetubuhi ibuku kemudian aku kabur atau dia membunuhku. "Cukup Bobi.. hentikan sayang... akh..." kata ibuku. Tapi yang membuatku aneh ibu tidak sama sekali menolak dan berontak. Malah ibu membiarkan bibirnya kucium dengan bebas dan malah mendesah saat kuhisap leher dan di belakang telinganya, dan aku merasa burungku yang dari tadi sudah keras seperti ada yang menekannya, dan ternyata itu adalah paha ibuku yang mulus.<br /><br />"Sayang kalau kamu mau...cakap aja terus terang.. Mami boleh kasi..." kata ibuku di antara desahannya. Aku terkejut setengah mati, berarti ibuku sangat suka aku perlakukan seperti ini. Aku kemudian melepaskan ciumanku di lehernya dan kemudian berlutut di sebelah ibuku yang masih berbaring. Batang kemaluanku sudah sangat keras dan ternyata ibu sangat suka dengan ukuran batang kemaluanku, ibu tersenyum bangga melihat batang kemaluanku yang sudah maksimal kerasnya. Ukuran batang kemaluanku 15 cm dengan diameter kira-kira 4 cm. Aku masih dengan gemas meremas payudara ibu yang montok dan masih terasa padat. Aku membuka tuala yang ibu pakai dan kemudian sambil meremas payudara ibu aku berusaha membuka bra yang ibu pakai, dan satelah bra yang ibuku kenakan terlepas, kulihat payudara ibu yang besar dan masih kencang untuk wanita seumurnya. Dengan ganas kuremas payudara ibu, sedangkan ibu hanya mendesah keenakan dan menjerit kecil saat kugigit kecil puting payudara ibu. Kuhisap puting payudara ibu dengan kuat seperti ketika aku masih bayi. Aku menghisap payudara ibu sambil kuremas-remas hingga puting payudara ibu agak memerah karena kuhisap.<br /><br />Payudara ibuku masih sangat enak untuk diremas karena ukurannya yang besar dan masih kencang dan padat. "Bob kamu dulu juga ngisep susu ibu juga kaya gini..." kata ibuku sambil dia merem-melek karena keenakan puting susunya kuhisap dan memainkannya dengan lidahku. Ibu menaikkan pinggulnya saat kutarik celana pendeknya. Aku melihat seluar dalam yang ibu kenakan sudah basah. Aku kemudian mencium seluar dalam ibuku tepat di atas kemaluan ibu dan meremasnya. Dengan cepat kutarik seluar dalam ibu dan melemparkannya ke sisi ranjang, dan terlihatlah olehku pemandangan yang sangat indah. Lubang kemaluan ibuku ditumbuhi bulu halus yang tidak terlalu lebat, hingga garis lubang kemaluan ibuku terlihat. Kubuka paha ibuku lebar, aku tidak kuasa melihat pemandangan indah itu dan dengan naluri laki-laki kucium dan kuhisap lubang dimana aku lahir 18 tahun lalu. Kujilat kliteris ibuku yang membuat ibuku bergetar dan mendesah dengan kuat. Lidahku bermain di lubang senggama ibuku, dan ibuku malah menekan kepalaku dengan tangannya agar aku makin tenggelam di dalam selangkangannya.<br /><br />Cairan lubang kemaluan ibu kuhisap dan kujilat yang membuat ibuku makin tak tahan dengan perlakuanku, dia mengelinjang hebat, bergetar dan kemudian mengejang sambil menengadah dan berteriak. Aku merasakan ada cairan kental yang keluar dari dalam lubang kemaluan ibu, dan aku tahu ibu baru orgasme. Kuhisap semua cairan lubang kemaluan ibuku hingga kering. Ibu terlihat sangat lelah. Aku kemudian bangun dan dengan suara pelan karena kelelahan ibu bilang, "Sayang sini Mami isep kontolmu," dan tanpa di komando dua kali aku kemudian duduk di sebalah wajah ibuku, dan kemudian dengan perlahan mulut ibuku mendekat ke burungku yang sudah sangat keras. Ibuku membelai batang kemaluanku tapi dia tidak memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Padahal jarak antara mulut ibuku dengan batang kemaluanku hanya tinggal beberapa centi saja. Aku sudah tidak tahan lagi dan kemudian kudorong kepala ibuku dan dengan leluasa batang kemaluanku masuk ke mulut ibu. dengan cepat dan liar ibuku mengocok batang kemaluanku di dalam mulutnya. Aku sudah tidak tahan lagi, kenikmatan yang kurasakan sangat luar biasa dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata, dan akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dan... "Cret.. cret.. crett.." maniku kusemprotlkan di dalam mulut ibuku.<br /><br />Ibu kemudian memuntahkannya dan hanya yang sedikiti dia telan, dan masih dengan liar ibuku membersihkan batang kemaluanku dari sisa-sisa air maniku yang menetes di batang kejantananku. Ibuku tersenyum dan kemudian kembali berbaring sambil membuka pahanya lebar-lebar. Ibuku tersenyum saat melihat batang kemaluanku yang masih dengan gagahnya berdiri, dan seperti sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam sarangnya yang hangat. Aku kemudian mengambil posisi di antara kedua paha ibuku, batang kemaluanku terasa berdenyut saat ibu dengan lembut membelai dan meremas batang kemaluanku yang sudah sangat keras. Dengan tangan yang bergetar kuusap permukaan lubang kemaluan ibuku yang dipenuhi bulu-bulu halus dan sisa cairan lubang kemaluan yang kuhisap tadi masih membasahi bibir lubang kemaluan ibuku yang terlihat sangat hangat dan menantang. "Ayo dong Sayang, kamu kan tahu dimana tempatnya..." kata ibuku pasrah, kemudian tangannya menuntun batang kemaluanku untuk masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tanganku bergetar dan batang kemaluanku terasa makin berdenyut saat kepala batang kemaluanku menyentuh bibir lubang kemaluan ibu yang sudah basah, dan dengan perasaan yang campur aduk, kudorong pinggulku ke depan dan masuklah batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan ibu yang sudah agak membuka, dan tenggelam sudah batang kemaluanku ke dalam liang senggama milik ibuku.<br /><br />Aku merasakan sensasi yang sangat dasyat saat dinding lubang kemaluan ibu seperti memijat batang kemaluanku, gila meski aku pernah setubuh dengan anak ABG, lubang kemaluan ibuku terasa sangat nikmat dan luar biasa di banding dengan yang lainnya. Aku menggoyang pinggulku naik-turun diimbangi dengan goyangan pinggul ibuku yang sangat dasyat dan liar. Kami kemudian berganti posisi dengan ibu berada di atasku hingga ia dapat menduduki batang kemaluanku, dan terasa sekali kenikmatan yang ibu berikan kepadaku. Goyangan yang cepat dan liar dan gerakan tubuh yang naik turun membuat tubuhku hanyut ke dalam kenikmatan seks yang kurasakan sangat dasyat. Tibalah saat ibuku orgasme, goyangannya makin cepat dan desahannya semakin tidak karuan, aku dengan nikmat merasakannya sambil kuhisap dan meremas pauyudara ibu yang bergoyang seirama dengan naik-turunnya tubuh ibuku menghabisi aku. Ibu mengerang dan mengejang saat kurasakan ada cairan hangat yang membasahi batang kejantananku yang masih tertanam di dalam lubang kemaluan ibuku.<br /><br />Beberapa saat setelah ibu terkulai lemas aku merasakan bahwa aku akan mencapai puncak, dan dengan goyangan dan tusukan yang menghujam lubang kemaluan ibuku, "Cret... crett.. cret..." air maniku menghambur di dalam lubang kemaluan ibuku. Aku merasakan nikmat yang tidak dapat kukatakan. Saat aku masih menikmati sisa-sisa kemikmatan itu, ibu mencium bibirku dan berkata, " kamu orgasme biar di mulut Mami aja.. tapi Mami sedap..." Aku hanya terdiam dan malah mencium bibir ibuku yang masih menindih tubuhku dengan mesra. Kemudian ibuku berbaring di sampingku, aku memeluk dia dan kami berciuman dengan mesra seperti sepasang kekasih. Kami pun tertidur karena pertempuran yang sangat melelahkan itu.<br /><br />Pagi harinya saat aku bangun ibuku sudah tidak ada di sebelahku, dan kemudian aku berpakaian dan menuju dapur mencari ibuku, dan kulihat ibuku tengah menyiapkan sarapan bersama adikku yang masih Sekolah. Aku bingung dan segan karena ibuku seakan-akan malam tadi tidak terjadi apa-apa di antara kami, padahal aku telah menyetubuhi ibu kandungku sendiri tadi malam. Seperti biasanya, aku menjemput ibuku dari tempat dia senam, dan saat perjalanan pulang kami berbual tentang persetubuhan kami tadi malam dan kami berjanji hanya kami yang mengetahui kajadian itu. Tiba-tiba saat kereta kami sedang berada di jalan yang sepi dan agak gelap, ibuku menyuruhku menghentikan mobil, aku menurut saja. Setelah mobil di pinggirkan, dengan ganas ibuku mengulum koteku. Kemudian membuka seluarku dan menghisap batang kemaluanku yang sudah keras saat ibuku mengulum bibirku tadi. Aku hanya terengah-engah merasakan batang kemaluanku dihisap oleh ibuku sambil mengocoknya, dan beberapa saat kemudian... "Cret.. cret.. crett.." maniku menyembur di dalam mulut ibuku dan dia menelan habis maniku walaupun ada sedikit yang meleler keluar. Ibuku kemudian membersihkan sisa maniku yang menetes di tangannya dan batang kemaluannku. Tak kusangka ibuku kembali menelan calon-calon cucunya ke dalam perutnya. Tapi aku sih asyik-asyik saja ibuku mau menghisap batang kemaluanku saat kami masih di dalam kereta.<br /><br />Kami berciuman dan melanjutkan perjalana pulang dan kemudian tidur seranjang dan "bermain" lagi. Kami berdua terus melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Sejak persetubuhan kami yang pertama, sebulan kemudian ibuku merasa dia hamil, dan ibu bilang bahwa sebelum bersetubuh denganku, ibu sudah lebih dari 3 bulan tidak bersetubuh dengan ayahku, karena memang ayahku terlalu sibuk dengan perusahaan, dan hotel-hotelnya. Ibuku cakap ibu hamil olehku karena selain dengan ayahku dan aku, ibu belum pernah perhubungan seks dengan lelaki lain. Ibu menggugurkan kandungannya karena dia tidak mau punya bayi dari aku. dan hingga sekarang...<br /><br /><br />TAMAT.............<br /><br /><br /></div>cerita dewasa indohttp://www.blogger.com/profile/01133270816609061835noreply@blogger.com0